39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kausal komparatif, dimana karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat diantara dua maupun lebih
dari dua variabel. Menurut jenis dan teknik pengumpulan data, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya
berbentuk angka. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data-data dalam bentuk angka. Selanjutnya, data-data tersebut diolah, dan selanjutnya dianalisis
untuk mendapatkan informasi ilmiah. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Oleh sebab itu, penelitian ini
menggunakan analisis data sekunder. Menurut pendapat Martono 2010, analisis data sekunder merupakan salah satu varian dari penelitian kuantitatif. Analisis
data sekunder memanfaatkan data yang sudah tersedia dari berbagai sumber, baik lembaga pemerintahan, maupun sumber lainnya.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Kinerja Keuangan Y
Kinerja keuangan perusahaan adalah hasil dari suatu serangkaian proses dengan pengorbanan berbagai sumber daya yang diperlukan. Faktor ini yang
berhubungan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan merupakan
Universitas Sumatera Utara
40
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang ada Widyaningrum, 2014.
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan dua hal, menurut Al-Tuwajid, et.,al dalam Widyaningrum, seperti yang telah dijelaskan dalam
kajian teori pada bab 2 yaitu: market-based measure return dari sebuah saham yang menjadi tolak ukur kinerja dan pengukuran yang kedua dapat dilakukan
yaitu accounting-based measure. Penelitian ini hanya menggunakan pengukuran yang kedua, yaitu hanya berfokus terhadap reaksi pendapatan perusahaan terhadap
perubahan kebijakan yang diambil oleh manajemen, atau pengukuran return yang didasarkan pada kondisi finansial internal perusahaan tanpa memperhitungkan
faktor eksternal. Indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah Return on Asset ROA.
ROA merupakan salah satu rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan atau laba
secara keseluruhan Putra, 2011. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai. Rumus yang digunakan untuk
pengukuran ROA yaitu dengan menghitung laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva, sebagai berikut:
ROA =
���� ������
Universitas Sumatera Utara
41
Keterangan: ROA = Return on Assets
EBIT = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Assets = Total Aktiva
3.2.2 Audit Internal X
1
Audit internal adalah sebuah penelitian yang sistematif dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah 1 informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; 2 risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi; 3 peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; 4 kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; 5 sumber daya yang telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan 6 tujuan organisasi telah dicapai secara efektif – semua
dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif Sawyers,
2005. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan:
Audit internal diukur dengan jumlah auditor internal yang bekerja pada perusahaan.
Audit Internal = Jumlah Auditor Internal Dalam mengukur variabel audit internal, yang pertama dilakukan adalah
dengan menghitung jumlah auditor internal yang dilakukan dalam perusahaan pada periode tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah
Universitas Sumatera Utara
42
auditor terhadap kinerja keuangan perusahaan. Semakin banyak auditor internal suatu perusahaan, maka diharapkan kegiatan pengendalian internal dapat berjalan
semakin efektif, sehingga kinerja perusahaan bahkan kinerja keuangan perusahaan akan menjadi semakin baik.
3.2.3 Intellectual Capital X
2
Intellectual capital adalah produk dari interaksi antara kompetensi, komitmen, dan pengendalian kerja dari karyawan yang dapat dilihat kapasitasnya
dari kualitas kompetensi, komitmen organisasi, dan pengendalian pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Pulic
Sunarsih dan Mendra, 2012, modal intelektual dalam penelitian ini adalah modal intelektual yang diukur berdasarkan pengukuran dari model value added yang
diproksikan dari physical capital VACA, human capital VAHU dan structural capital STVA. Kombinasi dari ketiga value added disimbolkan dengan nama
VAIC
TM
Widyaningrum, 2014. VAIC
TM
mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang merupakan penjumlahan dari VACA, VAHU dan STVA. Rumus VAIC
TM
adalah: VAIC
TM
=VACA+ VAHU+ STVA
Keterangan: VAIC
TM
= Value Added Intellectual Capital VACA = Value Added Capital Coefficient
VAHU = Value Added Human Capital STVA = Value Added Structural Capital
Universitas Sumatera Utara
43
Sebelum menghitung variabel intellectual capital secara keseluruhan, perlu dihitung mengenai nilai tambah atau Value Added VA. Value added
merupakan perbedaan antara penjualan OUT dan input IN. Rumus yang digunakan, yaitu:
VA= OUT – IN Keterangan:
VA = Value Added OUT = Total pendapatan
IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan
Metode VAIC
TM
merupakan kombinasi dari tiga jenis value added, antara lain: 1. Modal yang digunakan Capital Employed CE atau VACA Value
Added Capital VACA merupakan rasio dari VA terhadap CE, yang
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi Utami, 2013. Semakin besar nilai VACA, maka
semakin baik, Ini menunjukkan besarnya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. Sedangkan menurut
Pulic Siahaan, 2013, satu unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain. VACA didefinisikan sebagai total
modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan, diukur dengan Capital Employed Efficiency CEE yang merupakan
indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
44
Rumus untuk CEE yaitu:
CEE =
�� ��
Keterangan: CEE = Capital Employed Efficiency
CE = Dana yang tersedia jumlah ekuitas dan laba bersih VA = Value Added
CEE Capital Employed Efficiency atau VACA dapat dihitung dengan:
CEE =
���� ����������� −�������� ℎ� ������������������������������� ����� ℎ������������������� ℎ
2. Modal Manusia Human CapitalHC atau VAHU
VAHU mengacu pada nilai kolektif dari modal intelektual perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan dan keterampilan yang diukur
dengan HCE Human Capital Efficiency. HCE merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. Rasio ini menunjukkan kontribusi
yang dibuat oleh setiap jumlah rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi Utami, 2013. Menurut Siahaan 2013,
VAHU akan menunjukkan seberapa banyak value added yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Semakin
besar nilai VAHU, maka semakin baik kemampuan human capital untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.
Rumus yang dipakai yaitu: HCE =
�� ��
Universitas Sumatera Utara
45
Keterangan: HCE = Human Capital Efficiency
VA = Value Added HC = Gaji dan tunjangan karyawan
Human Capital Efficiency HCE atau VAHU dapat dihitung dengan:
HCE =
��������������� −�������� ℎ� ������������������������������� ������������������������
3. Modal Struktural Structural Capital SC atau STVA Value Added
Structural Capital STVA dapat didefinisikan sebagai competitive intelligence,
formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan sebagainya yang merupakan hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah
diciptakan dari waktu ke waktu. Rasio ini diukur dengan SCE Structural Capital Efficiency. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan
untuk menghasilkan satu rupiah dari value added dan merupakan indikasi keberhasilan SC dalam menciptakan nilai Siahaan, 2013. SCE menjadi
indikator efisiensi nilah tambah atau value added modal struktural. Dapat dikatakan bahwa, semakin baik SCESTVA in,i maka semakin baik pula
nilai tambah dari modal struktural. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
SCE =
�� ��
Keterangan: SCE = Structural Capital Efficiency
SC = VA-HC VA = Value Added
Universitas Sumatera Utara
46
SCE Structural Capital Efficiency atau STVA dapat dihitung dengan:
SCE =
�������� ℎ� ������������������������������� −������������������������
�������� ℎ� �������������������������������
3.2.4 Good Corporate Governance X
3
OECD Organization for Economic Co-Operation and development dalam Tangkilisan, mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan
hubungan atara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Good corporate
governance juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Good corporate governance dapat memberikan
perangsang atau insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus
memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang lebih efisien.
Variabel good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1 Aktivitas Dewan Komisaris
Aktivitas dewan komisaris merupakan jumlah rapat dewan komisaris perusahaan, yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasihat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Aktivitas dewan
Universitas Sumatera Utara
47
komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah rapat dewan komisaris suatu perusahaan.
Aktivitas Dewan Komisaris = Jumlah Rapat Dewan Komisaris 2
Dewan Direksi Direksi sebagai organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Jumlah anggota direksi disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan
tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta bertindak independen. Dewan direksi diukur
dengan jumlah anggota dewan direksi. Dewan Direksi = Jumlah Anggota Dewan Direksi
3 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali, serta dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya.Komisaris independen diharuskan bebas dari pihak
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi
komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh
ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
48
Komisaris Independen=
������� ����� ��������� ���� ������ ℎ��� ����� ������� ����� ���������
100
4 Komite Audit
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem
pengendalian internal termasuk audit internal yang dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen, yang melakukan manajemen laba
earning management dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Komite audit diukur dengan
jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan. Komite Audit = Jumlah Komite Audit
Berdasarkan uraian diatas, diikhtisarkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi
Operasional Indikator
Skala Ukuran
Variabel Dependen
Kinerja Keuangan Y
Hasil dari suatu serangkaian
proses dengan pengorbanan
berbagai sumber daya yang
diperlukan.
ROA =
���� ������
Rasio
Variabel Independen
Audit Internal Sebuah penelitian
yang sistematif dan Jumlah Auditor Internal
Rasio
Universitas Sumatera Utara
49
Variabel Definisi
Operasional Indikator
Skala Ukuran
X
1
objektif yang dilakukan auditor
internal terhadap operasi dan kontrol
yang berbeda-beda dalam organisasi.
Intellectual Capital
VAIC X
2
Produk dari interaksi antara
kompetensi, komitmen, dan
pengendalian kerja dari karyawan yang
dapat dilihat kapasitasnya dari
kualitas kompetensi,
komitmen organisasi, dan
pengendalian pekerjaan yang
dimiliki oleh karyawan.
VAIC
TM
=VACA+ VAHU+ STVA Rasio
Good Corporate Governance X
3
Aktivitas Dewan
Komisaris X
3.1
Jumlah rapat dewan komisaris
perusahaan, yang bertanggung jawab
dan berwenang dalam mengawasi
tindakan manajemen, dan
memberikan nasihat kepada
manajemen jika dipandang perlu
oleh dewan komisaris.
Aktivitas Dewan Komisaris = Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Nominal
Dewan Direksi X
3.2
Organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggung jawab Dewan Direksi = Jumlah Anggota Dewan Direksi
Nominal
Universitas Sumatera Utara
50
Variabel Definisi
Operasional Indikator
Skala Ukuran
secara kolegial dalam mengelola
perusahaan.
Dewan Komisaris
Independen X
3.3
Anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali,
serta dari hubungan bisnis
atau hubungan lainnya.
Komisaris Independen=
������������������������������� ℎ���
��������������������������
100 Rasio
Komite Audit X
3.4
Bertanggung jawab untuk mengawasi
laporan keuangan, mengawasi audit
eksternal, dan mengamati sistem
pengendalian internal termasuk
audit internal yang dapat mengurangi
sifat opportunistic manajemen, yang
melakukan manajemen laba
earning management
dengan cara mengawasi laporan
keuangan dan melakukan
pengawasan pada audit eksternal.
Komite Audit = Jumlah Komite Audit Nominal
Universitas Sumatera Utara
51
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu Indriatoro dan Supomo, 1999.
Sedangkan, sampel adalah sebagian populasi yang diteliti dengan maksud untuk menggeneralisasikan menarik kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku
bagi populasi Arikunto, 2002. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Perusahaan
perbankan yang tercatat di BEI berjumlah 39 perusahaan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah kumpulan sebagian anggota dari objek yang diteliti Algifari, 2003. Sampel inilah yang akan menjadi fokus bagi peneliti dalam
pengambilan data yang berasal dari populasi yang dipersempit untuk memudahkan dalam penelitian dan lebih efisien. Periode pengamatan dalam
penelitian ini adalah tahun 2012, 2013 dan 2014 yang merupakan data terbaru perusahaan yang dapat memberikan gambaran terkini tentang kinerja keuangan
perusahaan perbankan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian Hakim, 2011: 49. Kriteria dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
52
1 Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2012, 2013, 2014
dan menerbitkan laporan tahunan annual report pada periode tersebut.
2 Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian yaitu audit internal, intellectual capital, dan good corporate governance.
Tabel 3.2 Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2012, 2013, 2014 dan menerbitkan laporan tahunan annual report pada periode
tersebut. 39
Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu audit
internal, intellectual capital, dan good corporate governance. 27
Sampel terpilih 12
Total keseluruhan sampel selama 3 tahun 12 x 3 36
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan melalui dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan
menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu annual report perusahaan yang terdaftar di BEI dari
Universitas Sumatera Utara
53
tahun 2012, 2013, dan 2014 yang diperoleh melalui website IDX Indonesian Stock Exchange.
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, skewness kemencengan distribusi Ghozali : 2006.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jikalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Universitas Sumatera Utara
54
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada perode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebasa dari satu observasi ke observasi lainnya.
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Mpdel
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection yang mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran kecil, sedang, dan besar.
3.5.3 Analisis Regresi Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Hal ini dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
55
penelitian ini jumlahnya lebih dari satu. Persamaan regresi pada penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b
1
X
1
+ … + b
n
X
n
+ e Y = a + b
1
AI + b
2
IC + b
3
GCG + e Dimana:
Y = CFROA a = konstanta
X = variabel independen b = koefisien regresi
AI = Audit Internal IC = Intellectual Capital
GCG = Good Corporate Governance e = error term
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, stidaknya ini dapat diukur dari nilai
statistik F, nilai koefisien determinasi R
2
dalam statistik t. Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut:
3.5.4.1 Analisis Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi dapat dicari dengan rumus Gujarati, 1995: R
2
=
��� ���
= 1 -
∑ ��
2
∑ ��
2
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas Ghozali, 2006. Nilai yang mendekati 1 satu
Universitas Sumatera Utara
56
berarti variabel-variabel indepeden memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
3.5.4.2 Uji
Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Uji F dilakukan dengan menguji secara serempak simultan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-
sama dapat mempengaruhi variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan
dengan nilai F menurut tabel. 1.
Bila F hitung F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Bila F hitung F tabel, variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.4.3 Uji Parsial Uji Statistik t
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t untuk menguji signifikansi pengaruh audit internal, intellectual capital, good corporate governance terhadap
kinerja keuangan. Oleh karena itu, uji t ini digunakan untuk menguji setiap hipotesis H
1
, H
2
, H
3
, H
4
. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Ha ditolak apabila Sig t tingkat signifikansi α 0,05 Ha diterima apabila Sig t tingkat signifikansi α 0,05
Universitas Sumatera Utara
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dalam periode 2012 –
2014. Ada sebanyak 39 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI selama periode tersebut. Pemilihan sampel digunakan dengan metode purposive
sampling. Berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan dengan periode pengamatan 3 tahun, sehingga diperoleh
36 jumlah observasi.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik sampel yang mencakup nilai rata rata mean, nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum,
serta standar deviasi. Hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum Sum
Mean Std. Deviation
Audit_Internal 36
19.00 2471.00
11624.00 322.8889
580.05275 Intellectual_Capital
36 -1.49
.84 -.10
-.0027 .52068
Aktivitas_Dewan_K omisaris
36 4.00
64.00 961.00
26.6944 19.44783
Dewan_Direksi 36
4.00 14.00
302.00 8.3889
2.94985 Dewan_Komisaris_I
ndependen 36
.40 .75
20.59 .5719
.08905 Komite_Audit
36 3.00
8.00 155.00
4.3056 1.43067
Kinerja_Keuangan 36
-4.46 -2.99
-138.82 -3.8562
.44322 Valid N listwise
36
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Data pada Tabel 4.1 dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 36 data, yang
berasal dari 12 perusahaan sampel dikali dengan 3 tahun periode pengamatan.
2. Variabel independen Audit Internal X
1
memiliki nilai minimum 19,00 dan nilai maksimum 2741. Nilai rata-rata variabel adalah
322,8889 dan nilai standar deviasi 580,05275. 3.
Variabel independen Intellectual Capital X
2
memiliki nilai minimum -1,49 dan nilai maksimum 0,84. Nilai rata-rata variabel
adalah -0,027 dan nilai standar deviasi 0,52068. 4.
Variabel independen Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
memiliki nilai minimum 4,00 dan nilai maksimum 64,00. Nilai rata-rata variabel adalah
26,6944 dan nilai standar deviasi 19,44743.
Universitas Sumatera Utara
59
5. Variabel independen Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Dewan Direksi X
3.2
memiliki nilai minimum 4,00 dan nilai maksimum 14,00. Nilai rata-rata variabel adalah 302,00 dan
nilai standar deviasi 2,94985. 6.
Variabel independen Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Dewan Komisaris Independen X
3.3
memiliki nilai minimum 0,40 dan nilai maksimum 0,75. Nilai rata-rata variabel
adalah 0,5719 dan nilai standar deviasi 0,8905. 7.
Variabel independen Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Komite Audit X
3.4
memiliki nilai minimum 3,00 dan nilai maksimum 8,00. Nilai rata-rata variabel adalah 4,3056 dan nilai
standar deviasi 1,43067. 8.
Variabel dependen Kinerja Keuangan Y memiliki nilai minimum - 4,46 dan nilai maksimum -2,99. Nilai rata-rata variabel adalah -
3,8562 dan nilai standar deviasi 0,44322.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi.
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap gejala penyimpangan asumsi klasik.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau variabel residual terdistribusi secara normal. Uji normalitas
Universitas Sumatera Utara
60
dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik. Pada penelitian ini, analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram. Distribusi data
dikatakan normal jika garis tren pada histogram menyerupai bentuk lonceng. Hasil pengujian analisis grafik dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016 Pengujian normalitas data apakah terdistribusi normal atau tidak dengan
melihat grafik histogram dan saja tidak cukup, sehingga perlu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan analisis statistik. Analisis statistik dapat
dilakukan dengan pengujian kolmogorov smirnov. Untuk melihat apakah data
Universitas Sumatera Utara
61
terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal. Apabila nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidakterdistribusi normal. Pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parameters
a,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .27612407
Most Extreme Differences
Absolute .063
Positive .061
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .378
Asymp. Sig. 2-tailed .999
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Hasil uji normalitas dengan dengan menggunakan uji statistik non
parametric kolmogrov-smirnov K-S menunjukkan nilai kolmogrov smirnov K- S sebesar 0,378 dengan nilai signifikansi 0,999. Jika nilai signifikansi di atas 0,05
α 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita uji terdistribusi secara
normal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikansinya melebihi 0,05 α 0,05.
Universitas Sumatera Utara
62
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen. Cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas yaitu
dengan melihat nilai tolerance TOL dan variance inflation factor VIF. Jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
-5.835 .801
-7.284 .000
Audit_Internal .000
.000 .398 2.793
.009 .659
1.517 Intellectual_Cap
ital .049
.114 .058
.436 .666
.753 1.328
Aktivitas_Dewa n_Komisaris
.012 .003
.517 3.702 .001
.687 1.456
Dewan_Direksi .085
.030 .567 2.850
.008 .338
2.962 Dewan_Komisar
is_Independen 1.814
.988 .365 1.837
.076 .340
2.942 Komite_Audit
-.043 .050
-.139 -.870
.391 .522
1.917 a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai
Tolerance 0,10 dan VIF 10. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga
Universitas Sumatera Utara
63
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antarvariabel independen. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel model regresi dalam penelitian ini.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 periode sebelumnya.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan adanya autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.Run test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi yang tinggi. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Runs Test
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016 Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai Run
Testadalah sebesar -0,0451 dengan probabilitas 0,028 lebih besar daripada 0,05
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-.00451 Cases Test Value
18 Cases = Test Value
18 Total Cases
36 Number of Runs
26 Z
2.198 Asymp. Sig. 2-tailed
.028 a. Median
Universitas Sumatera Utara
64
yang berarti dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variabel residu dari satu pengamatan ke
pengamatan lain Ghozali, 2006:105.Heteroskedastisitas terjadi ketika varian residual bersifat tidak konstan. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik. Hasil pengujian
heteroskedastisitas dengan analisis grafik dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Gambar uji scatterplot diatas menunjukkan bahwa data sampel tersebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data yang tersebar berada di
Universitas Sumatera Utara
65
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan sehingga layak dipakai
untuk kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas independen yaitu Audit Internal, Intellectual Capital dan
Good Corporate Governance terhadap variabel terikat dependen yaitu Kinerja Keuangan. Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel di
berikut.
Tabel 4.5 Hasil Persamaan Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
-5.835 .801
-7.284 .000
Audit_Internal .000
.000 .398
2.793 .009
Intellectual_Capital .049
.114 .058
.436 .666
Aktivitas_Dewan_Komisari s
.012 .003
.517 3.702
.001 Dewan_Direksi
.085 .030
.567 2.850
.008 Dewan_Komisaris_Indepe
nden 1.814
.988 .365
1.837 .076
Komite_Audit -.043
.050 -.139
-.870 .391
a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Dari tabel persamaan regresi tersebut, dapat ditulis persamaan regresi sebagai
berikut: KK = -5,835+0AI+0,049IC+0,012ADK+0,085DD+1,814DKI–0,043KA+e
Universitas Sumatera Utara
66
a. Constant = -5,835 negatif, artinya bila komite Audit Internal AI,
Intellectual Capital IC, Aktivitas Dewan Komisaris ADK, Dewan Direksi DD, Dewan Komisaris Independen DKI dan Komite
Audit KA konstan atau tetap, maka Kinerja Keuangan KK sebesar -5,835.
b. Koefisien β1 = 0, artinya Audit Internal tidak akan menaikkan atau
menurunkan Kinerja Keuangan c.
Koefisien β2 = 0,049 positif, artinya setiap kenaikan satu satuan Intellectual Capital akan meningkatkan Kinerja Keuangan sebesar
0,049 dan faktor lain yang memengaruhi dianggap konstan. d.
Koefisien β3 = 0,012 positif, artinya setiap perubahan satu satuan Aktivitas Dewan Komisaris akan meningkatkan Kinerja Keuangan
sebesar 0,012 dan faktor lain yang memengaruhi dianggap konstan. e.
Koefisien β4 = 0,085 positif, artinya setiap perubahan satu satuan Dewan Direksi akan meningkatkan Kinerja Keuangan sebesar 0,085
dan faktor lain yang memengaruhi dianggap konstan. f.
Koefisien β5 = 1,814 positif, artinya setiap perubahan satu satuan Dewan Komisaris Independen akan meningkatkan Kinerja Keuangan
sebesar 1,814 dan faktor lain yang memengaruhi dianggap konstan. g.
Koefisien β6 = -0,043 negatif, artinya setiap perubahan satu satuan Komite Audit akan menurunkan Kinerja Keuangan sebesar -0,043
dan faktor lain yang memengaruhi dianggap konstan.
Universitas Sumatera Utara
67
4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1
Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R
2
yang telah disesuaikan adalah antara 0 dan sampai dengan 1. Nilai R
2
yang mendekati 1 berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Berikut ini merupakan hasil pengujian koefisien determinasi.
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.782
a
.612 .532
.30335 a. Predictors: Constant, Komite_Audit, Intellectual_Capital,
Dewan_Komisaris_Independen, Aktivitas_Dewan_Komisaris, Audit_Internal, Dewan_Direksi
b. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa besarnya nilai koefisien korelasi
R sebesar 0,782 menunjukkan bahwa derajat hubungan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 78,2. Hal ini berarti bahwa
korelasi antara variabel independen dengan dependen kuat karena lebih besar dari 0,5 50.Adjusted R
2
menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi yang terajdi pada variabel independen. Nilai Adjusted
R
2
pada penelitian ini adalah sebesar 0,532. Hal ini berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap kinerja keuangan sebesar 61,2. Variabel
Universitas Sumatera Utara
68
independen penelitian ini dapat menjelaskan kinerja keuangan sebesar persentase tersebut.Sisanya yaitu sebesar 38,2 adalah pengaruh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Untuk mendeteksi pengaruh secara simultan dari variabel independen akanlakukan dengan uji-F, yaitu apakah Audit Internal X
1
, Intellectual Capital X
2
, Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
, Dewan Direksi X
3.2
, Komisaris Independen X
3.3
, Komite Audit X
3.4
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja KeuanganY dengan melihat apakah F hitung F tabel atau F
hitung F tabel dimana tingkat signifikansinya yaitu 0,05.
Tabel 4.7 Hasil Uji F
ANOVA
a
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
4.207 6
.701 7.620
.000
b
Residual 2.669
29 .092
Total 6.876
35 a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan
b. Predictors: Constant, Komite_Audit, Intellectual_Capital, Dewan_Komisaris_Independen, Aktivitas_Dewan_Komisaris, Audit_Internal, Dewan_Direksi
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016. Sesuai dengan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
signifikansi adalah 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga variabel – variabel independen dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.F hitung adalah 7,620 dan F tabel adalah 2,43. F hitung F tabel, sehingga hipotesis alternatif diterima dan dapat disimpulkan
bahwa variabel Audit Internal, Intellectual Capital, Aktivitas Dewan Komisaris,
Universitas Sumatera Utara
69
Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Auditberpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja Keuangan.
4.2.4.3 Uji Parsial Uji Statistik t
Untuk melihat pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen dapat dilihat dengan menggunakan uji-t , yaitu apakah Audit Internal
X
1
, Intellectual Capital X
2
, Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
, Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Dewan Direksi X
3.2
, Komisaris Independen X
3.3
, Komite Audit X
3.4
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kinerja KeuanganY dengan melihat t hitung t tabel atau t hitung t
tabel dimana tingkat signifikasi 0,05.
Tabel 4.8 Hasil Uji t
Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016
.
Nilai T tabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,68830. Dari hasil Uji Signifikan Parsial t di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen secara
parsial, yaitu: a.
Variabel Audit Internal X
1
mempunyai nilai t-hitung sebesar 2,793 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel 2,793
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
-5.835 .801
-7.284 .000
Audit_Internal .000
.000 .398
2.793 .009
Intellectual_Capital .049
.114 .058
.436 .666
Aktivitas_Dewan_Komisaris .012
.003 .517
3.702 .001
Dewan_Direksi .085
.030 .567
2.850 .008
Dewan_Komisaris_Indepen den
1.814 .988
.365 1.837
.076 Komite_Audit
-.043 .050
-.139 -.870
.391 a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan
Universitas Sumatera Utara
70
1,68830 dan memiliki nilai signifikan 0,009 0,05. Hal ini berarti Audit Internal X
1
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y.
b. Variabel Intellectual Capital X
2
mempunyai nilai t-hitung sebesar 0,436 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel
0,436 1,68830 dan memiliki nilai signifikan 0,666 0,05. Hal ini berarti Intellectual Capital X
2
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y.
c. Variabel Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
mempunyai nilai t-hitung sebesar 3,702 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel 3,702
1,68830 dan memiliki nilai signifikan 0,001 0,05. Hal ini berarti Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y.
d. Variabel Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Dewan Direksi X
3.2
mempunyai nilai t-hitung sebesar 2,850 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel 2,850 1,68830 dan
memiliki nilai signifikan 0,008 0,05. Hal ini berarti Dewan Direksi X
3.2
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y. e.
Variabel Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Dewan Komisaris Independen X
3.3
mempunyai nilai t-hitung sebesar 1,837 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel 1,837
1,68830 dan memiliki nilai signifikan 0,076 0,05. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
71
Dewan Komisaris Independen X
3.3
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y.
f. Variabel Good Corporate Governance X
3
dengan indikator Komite Audit X
3.4
mempunyai nilai t-hitung sebesar -0,870 dan nilai t-tabel sebesar 1,68830 sehingga t-hitung t-tabel -0,870 1,68830 dan
memiliki nilai signifikan 0,391 0,05. Hal ini berarti Komite Audit X
3.4
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Y.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Hasil Pengujian Simultan Uji Statistik F
Melalui uji statistik F yang dilakukan, dapat dilihat bahwa variabel Audit Internal X
1
, Intellectual Capital X
2
, Good Corporate Governance X3 dengan indikator Aktivitas Dewan Komisaris X
3.1
, Dewan Direksi X
3.2
, Komisaris Independen X
3.3
, Komite Audit X
3.4
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja Keuangan Y pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
4.3.2 Hasil Pengujian Parsial Uji Statistik t
Pembahasan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial dijelaskan sebagai berikut: a.
Pengaruh Audit Internal terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Audit Internal memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
Kinerja Keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sari
Universitas Sumatera Utara
72
2013. Kaitan antara audit internal dengan kinerja keuangan perbankan dalampenelitian ini menunjukkan keterkaitan yang positif. Hasil analisis
denganmenggunakan regresi menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dari penerapaninternal audit terhadap pelaporan kinerja keuangan
dan pengaruhnya signifikan.
b. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian signifikan parsial menunjukkan bahwa Intellectual Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Keuangan. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo 2014 yang menyatakan bahwa Intellectual Capital
memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. semakin tinggi nilai modal intelektual yang dimiliki perusahaan, maka kinerja
perusahaan semakin meningkat. Artinya, perusahaan yang mengelola sumber daya intelektualnya secara maksimal akan mampu menciptakan
value added dan keunggulan kompetitif yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Pemanfaatan modal
intelektual secara efektif dan efisien akan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian keunggulan kompetitif dan selanjutnya akan
tercermin dalam kinerja perusahaan yang baik.
c. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan