Pengaruh akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal : studi empiris pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta

(1)

i

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN

AUDIT DAN GENDER TERHADAP KUALITAS HASIL

KERJA AUDITOR INTERNAL

(Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

AINIA SALSABILA 107082003391

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

iv


(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ainia Salsabila

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Juni 1989

3. Alamat : Jl. KH. Mukmin RT 05/09 Kel. Belendung Kec. Benda, Kota Tangerang

4. Status dalam Keluarga : Anak ke 4 dari 6 bersaudara 5. Telepon : 085694058895

6. Email : salsabila.ainia@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

1. MI Attaqwa II Tahun 1995-2001 2. MTS Attaqwa Tahun 2001-2004 3. SMA Negeri 2 Tangerang Tahun 2004-2007 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2011

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Rahmatullah Munaf (Alm.) 2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Juli 1948 3. Ibu : Yayah Athiyah

4. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 27 Juli 1963

5. Alamat : Jl. KH. Mukmin RT 05/09 Kel. Belendung Kec. Benda, Kota Tangerang


(7)

vii

THE INFLUENCE OF ACCOUNTIBILITY, AUDIT KNOWLEDGE, AND GENDER TO QUALITY OF WORK OF INTERNAL AUDITORS

( Empirical Studies On The Inspectorate of DKI Jakarta Province)

ABSTRACT

This study examines the influence of accountability, audit knowledge, and gender to quality of work of internal auditors. The respondents in this study were auditors who worked for The Inspectorate of DKI Jakarta Province. The number of auditor who observed in this study was 68 auditors. They came from some auditors who worked inThe Inspectorate of DKI Jakarta Province. The method of determining the sample was purposive sampling method, the data processing methods. That used by researcher were the multiple regression analysis.

The result shows that the accountability, audit knowledge and gender simultaneously and significantly to quality of work of internal auditors.

Keyword: accountability, audit knowledge, gender, quality of work of internal auditor.


(8)

viii

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN AUDIT DAN GENDER

TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)

ABSTRAK

Penelitian ini menguji akuntabilitas, pengetahuan audit, dan gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel penelitian ini adalah 68 auditor dari seluruh auditor yang berada pada Inspektorat Provinsi DKI Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas, pengetahuan audit, dan gender secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.

Kata kunci: akuntabilitas, pengetahuan audit, gender, kualitas hasil kerja auditor internal


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit, dan Gender terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tuaku tercinta Abi (Alm.) yang selalu dihati dan Umi yang telah memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Kakak-kakak dan adik-adik yang selama ini memberikan keceriaan, semangat, motivasi, dan dukungan serta doa baik moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang sarjana.


(10)

x 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE,Ak,MM selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

8. Bapak H. Haerudin, SH, MM, selaku Kepala Sub Bagian Umum Inspektorat Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam mengadakan penelitian di Inspektorat Provinsi DKI Jakarta.

9. Bapak Raditya Teguh, yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyebaran kuesioner kepada auditor di Inspektorat Provinsi DKI Jakarta. 10. Seluruh auditor dan pegawai pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah

memberikan waktunya dalam pengisian kuesioner penelitian penulis dan kerja samanya dalam membantu menyelesaikan penelitian ini.


(11)

xi 11. Seluruh keluarga besar H. M. Idrus dan H. Muh. Nafis yang selalu membantu

dan memberikan dukungan penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

12. Teman dan sahabat Akuntansi D Angkatan 2007 terutama sahabatku tersuneh Zamiroh, Ida Farida, Honimah dan Nursofie yang selalu memberikan keceriaan dan semangat serta motivasi selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh keluarga besar Karate UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu beladiri dan memberikan banyak pengalaman dalam berorganisasi.

14. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2011


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1. Tujuan Penelitian ... 13


(13)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ... 15

1. Pengertian Audit ... 15

2. Tujuan Audit ... 15

3. Jenis-jenis Audit ... 16

4. Standar Audit ... 17

5. Auditor Internal ... 19

6. Kualitas Hasil Kerja ... 31

7. Akuntabilitas ... 33

8. Pengetahuan Audit ... 37

9. Pengertian dan Pandangan Gender ... 41

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 43

C. Hubungan Antar Variabel ... 45

1. Akuntabilitas dengan Kualitas Hasil Kerja Auditor ... 45

2. Pengetahuan Audit dengan Kualitas Hasil Kerja Auditor ... 47

3. Gender dengan Kualitas Hasil Kerja Auditor ... 48

D. Kerangka Pemikiran ... 49

D. Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

1. Tempat Penelitian ... 52


(14)

xiv

C. Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Metode Analisis Data ... 53

1. Uji Kualitas Data ... 53

2. Uji Asumsi Klasik ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 58

1. Variabel Independen ... 58

2. Variabel Dependen ... 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Provinsi DKI Jakarta 62 1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

2. Struktur Organisasi ... 65

3. Rincian Kegiatan Auditor ... 67

4. Karakteristik Responden ... 68

B. Analisis Deskriftif Kualitatif ... 72

1. Uji Validitas ... 72

2. Uji Reliabilitas ... 74

C. Analisis dan Pembahasan ... 76

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

2. Hasil Uji Hipotesis ... 79


(15)

xv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 87

C. Keterbatasan dan Saran ... 89

DAFTARPUSTAKA ... 92


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 44

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 60

4.1 Auditor Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta ... 64

4.2 Rincian Kegiatan Auditor Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta .. 68

4.3 Karakteristik Data Kuesioner ... 69

4.4 Deskriptif Responden ... 69

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas ... 72

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Audit ... 73

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal ... 73

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal Setelah Menghilangkan Pertanyaan Tidak Valid ... 74

4.9 Hasil Uji Reliabitas ... 75

4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ... 77

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 79

4.12 Hasil Uji F Statistik ... 81


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 50

4.1 Bagan Organisasi Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta ... 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Data ... 76


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Surat Penelitian Skripsi ... 95

2 Surat Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta 96 3 Surat Keterangan Penelitian Sekretariat Daerah ... 97

4 Kuesioner Penelitian ... 98

5 Deskriptif Responden ... 104

6 Daftar Jawaban Responden ... 106

7 Output Analisis Data ... 113


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri dari Inspektorat Jendral Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga Negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Inspektorat Wilayah

Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah Kabupaten/ Kota

(Itwilkab/Itwilkot), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan lembaga pemeriksa eksternal yang independen.

Kondisi pengawasan terhadap aset-aset negara saat ini banyak mulai diperhatikan. Tingkat penyelewangan dan penyalahgunaan asset-aset yang dimiliki oleh Negara sangat tinggi, ini terbukti dari banyaknya para pejabat yang tertangkap karena terlibat kasus-kasus penyelewengan dan penyalahgunaan aset-aset negara. Maka dari itu sangatlah penting untuk pemerintah melakukan pengamanan terhadap asset-aset yang dimiliki oleh negara.


(20)

2 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa Pengawasan intern

pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pengawasan intern di lingkungan Departemen, Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dilaksanakan oleh lnspektorat Jenderal dan lnspektorat Utama/lnspektorat untuk kepentingan Menteri/Pimpinan LPND dalam upaya pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kendalinya. Pelaksanaan fungsi lnspektorat Jenderal dan lnspektorat Utama/lnspektorat tidak terbatas pada fungsi audit tapi juga fungsi pembinaan terhadap pengelolaan keuangan negara. Pengawasan intern di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Inspektorat Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kepentingan Gubernur/Bupati/Walikota dalam melaksanakan pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada di dalam kepemimpinannya.


(21)

3 Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang berada di bawah Presiden melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keberadaan beberapa unsur Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) seperti disebutkan di atas perlu didukung dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan tentang pengawasan intern pemerintah yang merumuskan ketentuan-ketentuan pokok dalam bidang pengawasan intern pemerintah dalam rangka menjamin terlaksananya pengawasan intern pemerintah yang efektif dan efisien. Mengingat sampai saat ini belum seluruh APIP mempunyai standar yang seragam, untuk itu perlu disusun standar audit yang berlaku bagi seluruh APlP.

Audit internal adalah salah satu bentuk upaya dalam mencegah terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan asset-aset negara. Oleh karena itu, diperlukanlah orang-orang yang memiliki kemampuan yang memiliki keahlian khusus dalam mencegah terjadinya hal-hal yang mengakibatkan kerugian yang dapat terjadi di lingkungan pemerintahan.

Berbeda dengan akuntan publik yang bisa bersikap etis dengan menolak memberikan opini atas laporan keuangan yang mengandung salah saji dan meminta klien mencari akuntan lain, tetapi hal ini tidak akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan atau kehilangan keanggotaan dari organisasinya. Sebagai pekerja, auditor internal mendapatkan penghasilan dari organisasi dimana dia bekerja, berarti auditor internal


(22)

4 sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini konflik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas audit internal. Auditor internal sebagai pekerja didalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau objek audit yang dilakukannya. Jika auditor internal diminta untuk melanggar kode etik mereka atau standar praktik professional, pilihan yang tersedia bisa tidak menyenangkan. Menolak permintaan klien bisa menyebabkan auditor internal kehilangan pekerjaan mereka, apalagi bila mereka tidak memiliki independensi (Sawyer, 2009:35).

Oleh karenanya, Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan, menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu dijaga dengan menempatkan aspek moralitas ditempat yang tertinggi. Akuntan bukan hanya sekedar ahli tetapi harus dapat melaksanakan pekerjaan profesinya dengan hati-hati (due professional care) dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesi yang ada.

Dalam fungsinya sebagai pengawas dan konsultan intern pemerintah, tentu kualitas hasil kerja auditor ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil serta mempengaruhi kualitas hasil auditnya. Menurut Tan dan Alison (1999), kualitas hasil kerja audit tersebut berhubungan dengan seberapa baik


(23)

5 sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan.

Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Sehingga auditor dituntut harus memiliki rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam setiap melaksanakan pekerjaanya dan memliki sikap profesional, agar dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pengauditan, sehingga akuntabilitas dan profesionalisme merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor.

Mardisar dan Sari (2007:2) kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Menurut Messier dan Quilliam (1992) dalam Mardisar dan Sari (2007:3) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan.

Dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP (2007) dijelaskan bahwa akuntabilitas juga dapat berarti sebagai


(24)

6 perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya tersebut pada umumnya berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam konteks negara dapat berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam, peralatan, uang, dan kekuasaan hukum dan politik.

Selain itu, akuntabilitas juga dapat diuraikan sebagai kewajiban untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya tertentu. Dalam konteks ini, pengertian akuntabilitas dilihat dari sudut pandang pengendalian dan tolok ukur pengukuran kinerja.

Dalam penelitian Mardisar dan Sari (2007:11), akuntabilitas diukur dengan seberapa besar motivasi auditor dalam menyelesaikan pekerjaan, dan keyakinan bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan serta mengukur seberapa besar usaha (daya pikir) auditor untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa


(25)

7 akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kualitas hasil kerja auditor.

Banyak penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan serta pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaannya. Messier dan Quilliam (1992) dalam Mardisar dan Sari (2007:3) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan. Tetlock dan Kim (1987), juga mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan memmbagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan intruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelompok yang diberikan intruksi awal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexpore accountability); ketiga, kelompok yang diberikan intruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi intruksi ini baru disampaikan setelah meraka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibanding kelompok lainnya. Mereka melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang dapat dipercaya dan realistis.


(26)

8 Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan suatu pekerjaan menentukan bagaimana sebuah informasi diproses. Hasil dari informasi yang diproses tersebut, akan mempengaruhi respon, keputusan ataupun tindakan yang akan diambil.

Selain akuntabilitas yang harus ada dalam seorang auditor, Pengetahuan seorang auditor dalam bidang audit juga dapat mempengaruhi kualitas hasil audit yang dilakukan. Menurut Mardisar dan Sari (2007:20), akuntabilitas memiliki interaksi dengan pengetahuan untuk menghasilkan kualitas hasil kerja auditor yang baik sehingga pengujian yang dilakukan menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor tersebut.

Pengetahuan sangat penting untuk dimiliki oleh semua auditor, terlebih pengetahuan di bidang akuntansi dan auditing. Kedua pengetahuan tersebut merupakan dasar yang penting yang menjadi modal selama mereka bekerja sebagai seorang akuntan, terlebih pada saat melakukan pengauditan atas laporan keuangan. Pengetahuan audit bisa diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar, loka karya, serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor juniornya. Pengetahuan juga bisa di peroleh dari frekuensi seorang akuntan public dalam melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik


(27)

9 dari pada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya.

Menurut Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007:8), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi.

Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999), membuktikan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja auditor jika kompleksitas pekerjaan yang dihadapi sedang/menengah. Adapun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan audit dalam melakukan sebuah pekerjaan akan

mempengaruhi auditor dalam menyeleksi kesalahan dan mendeteksi risiko-risiko yang akan terjadi selama proses audit. Hasil yang diperoleh auditor akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.

Kualitas hasil kerja auditor juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-masing akuntan. Karakteristik individu tersebut salah satunya adalah jenis kelamin yang telah membedakan individu sebagai sifat dasar pada kodrat manusia. Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita,


(28)

10 dilandaskan kepada pengakuan bahwa, ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat (misalnya secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran gender dapat diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah.

Menjadi laki-laki atau perempuan bukanlah sebuah pilihan, itu sudah menjadi satu paket yang diberikan Tuhan termasuk sifat dan karakteristik seseorang. Sejauh mana sifat dan karakter ini mampu mempengaruhi cara kerja seseorang. Profesi auditor, khususnya internal auditor atau lebih sering dikenal dengan sebutan Satuan Pengawas Intern (SPI) saat ini didominasi oleh kaum adam. Komposisi antara laki-laki dan perempuan yang berprofesi menjadi auditor sangat jauh berbeda. Memang profesi ini sama sekali tidak bersinggungan dengan persoalan gender, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk profesi ini pun tidak ada kaitannya dengan gender. Meskipun demikian fakta dan data yang ada, keberadaan perempuan dalam profesi ini sangat minim sekali.

Adapun cara pandang auditor dalam menyelesaikan suatu informasi berhubungan dengan tanggung jawab (akuntabilitas) dan risiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgement yang dibuatnya akan mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi ini antara lain meliputi faktor akuntabilitas, pengetahuan audit dalam memperoleh dan mengevaluasi informasi, serta


(29)

11 kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah faktor gender juga akan mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor internal. (Jamilah, 2007:2).

Menurut Jamilah (2007:2), gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor internalseiring dengan terjadinya perubahan pada kompleksitas tugas dan pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King (1992) dalam Jamilah (2007:2) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria.

Sedangkan menurut hasil penelitian Trisnaningsih (2003:1045), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan atau kesetaraan komitmen organisasional, komitmen professional, motivasi dan kesempatan kerja antara auditor pria dan wanita, tetapi untuk kepuasan kerja, menunjukkan adanya perbedaan antara auditor pria dan wanita. Artinya antara auditor pria dan wanita memiliki komitmen yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan audit tetapi memiliki kepuasan yang berbeda dalam menghasilkan sebuah hasil kerja yang berkualitas.

Dalam uraian-uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui


(30)

faktor-12 faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor internal. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender mempengaruhi variabel kualitas hasil kerja auditor internal, khususnya pada auditor pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit, dan Gender

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal”.

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007). Dimana perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Tahun penelitian, dimana penelitian sebelumnya adalah pada tahun 2007, sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada tahun 2011. 2. Pada penelitian sebelumnya menggunakan dua variabel independen.

Pada penelitian sekarang, penulis menambahkan satu variabel independen yaitu gender, yang telah disarankan pula oleh peneliti sebelumnya. Selain itu, variabel tersebut juga merupakan bagian dari karakteristik dalam menetukan kualitas hasil kerja auditor internal dan peneliti juga ingin mengetahui apakah dalam auditor pemerintah terdapat perbedaan kualitas dalam menghasilkan suatu pekerjaan audit,khususnya dari segi gender.

3. Pada penelitian sebelumnya objek penelitian adalah akuntan public yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Pekanbaru dan Padang oleh Mardisar dan Sari (2007), sedangkan


(31)

13 penelitian sekarang objek penelitian adalah auditor pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal?

2. Apakah pengetahuan audit berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal?

3. Apakah gender berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal?

4. Apakah akuntabilitas, pengetahuan audit, dan gender bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan audit auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.

c. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.

d. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.


(32)

14 2. Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya :

a. Bagi Dunia Akademis

Penelitian ini hendaknya diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang akuntansi khususnya masalah auditing dan pemeriksaan keuangan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya yang ingin memperdalam masalah auditing yang berkaitan dengan kualitas hasil kerja auditor internal.

b. Bagi Auditor Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, auditor pemerintah DKI Jakarta dapat memberikan motivasi dan koreksi dalam peningkatan kinerja serta agar dapat memacu semangat untuk berusaha memperoleh hasil kerja audit yang berkualitas agar bermanfaat untuk pengembangan daerah khususnya DKI Jakarta.

c. Bagi penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal. Penelitian ini juga digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(33)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Audit

Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber, yaitu:

a. “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh

pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukunganya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” (Sukrisno Agoes,

2004)

b. “Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh

seorang yang independen dan kompeten.” (Arens dan Loebbecke,

2003)

c. “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.” (Mulyadi, 2002)

2. Tujuan Audit

Tujuan umum audit dalam Kell, Johnson dan Boynton (2002: 6) adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semu hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan tujuan audit spesifik


(34)

16 ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga auditor harus memahami asersi-asersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.

3. Jenis-jenis Audit

Menurut Kell, Johnson dan Boynton (2002: 8-9) terdapat tiga (3) jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah:

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Audit Ketaatan

Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah audittee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.

c. Audit Operasional

Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi


(35)

17 dan efektivitasnya. Pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.

4. Standar Audit

Standar audit di Indonesia dikenal dengan nama Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang disusun oleh suatu komite khusus dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, terdiri dari 10 (sepuluh) standar yang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar. Standar auditing ini diikhtisarkan sebagai berikut:

a. Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor.

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu

pelaksanaan auditing.

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika


(36)

18 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan.

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus


(37)

19 dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

5. Auditor Internal

a. Pengertian Auditor Internal

Auditor internal seluruh dunia melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan menejemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan berbagai aktivitas yang dilakukan auditor.

Menurut Agoes (2004:221) pengertian audit internal adalah:

“Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian perusahaan, baik terhadap

laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”.

Menurut Mulyadi (2008:29) pengertian audit internal adalah: “Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menetukan baik tidaknya penjagaan terhadapkekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”.

Sawyer (2009) menyatakan bahwa audit internal adalah “Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menetukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa


(38)

20 diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.”

Pengertian audit internal menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) PSA (Pernyataan Standar Auditing) no. 69 paragraf 6 ialah:

“Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tigagolongan tujuan berikut ini: keandalan pelaporan, efektifitas dan efisiensi operasi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

Sedangkan pengertian audit internal menurut “Professional

Practices Framework” : International Standards for The

Professional Practice of Internal Audit, IIA (2004) adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi (consulting) yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah (to add value) serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manejemen risiko (risk management), pengendalian (control) dan proses tata kelola (governance prosses).

Aktivitas auditor internal dilakukan dalam kondisi budaya yang beragam dalam organisasi yang bervariasi baik dalam tujuan,


(39)

21 ukuran, maupun struktur dan oleh orang didalam atau diluar organisasi. Perbedaan ini bisa jadi mempengaruhi praktek auditor internal disetiap kondisi. Namun kepatuhan terhadap Standard for The Professional Practice of Internal Auditing (standar) merupakan hal yang penting untuk mencapai tanggung jawab auditor internal.

Pada pemerintahan, auditor internal merupakan unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jendral Kementerian, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga Negara dan

BUMN/BUMD, Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota

(Itwilkab/Itwilkot), dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) yang merupakan lembaga pemeriksa independen. Auditor eksternal sendiri merupakan unit pemeriksa yang berada diluar organisasi yang diperiksa.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan tentang pengertian audit internal. Audit internal adalah suatu fungsi atau kegiatan yang bebas dalam suatu organisasi dan sebagai pelayanan jasa dalam organisasi tersebut.

b.Perbedaan Antara Auditor Internal dan Eksternal

Aktivitas auditor internal dan eksternal bisa jadi tumpang tindih dalam hal penelaah kecukupan control pada fungsi akuntansi, namun perbedaan antara kedua bidang ini jauh lebih banyak daripada kesamaannya akibat adanya tujuan yang berbeda.


(40)

22 Tanggung jawab auditor eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan yang bertujuan menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan perusahaan dan hasil untuk periode tersebut. Mereka juga meyakinkan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) dan diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya, bahwa aktiva telah diamankan dengan semestinya.

Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan control serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko terkait dalam menjalankan usaha. Perbedaan Auditor Eksternal dan Internal adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Ekternal

AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL

Merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen.

Merupakan orang yang independen diluar perusahaan.

Melayani kebutuhan organisasi,

meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

Melayani pihak ketiga yang

memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.


(41)

23

AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL

Fokus pada kejadian-kejadian

dimasa depan dengan mengevaluasi

kontrol yang dirancang untuk

meyakinkan pencapaian tujuan

organisasi.

Fokus pada ketepatan dan

kemudahan pemahaman dari

kejadian masa lalu yang

dinyatakan dalam laporan

keuangan.

Langsung berkaitan dengan

pencegahan kecurangan dalam

segala bentuknya/perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

Sekali-sekali memperhatikan

pencegahan dan pendeteksian

kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara material.

Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk

menanggapi kebutuhan dan

keinginan dari semua tingkatan manajemen.

Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan meupun secara mental.

Menelaah aktivitas terus menerus. Menelaah catatan-catatan yang

mendukung laporan keuangan

secara periodik-biasanya sekali setahun.

Laporan auditor internal tidak berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangna tetapi berupa temuan

pemeriksaan (audit finding)

mengenai penyimpangan dan

kecurangan yang ditemukan,

kelemahan pengendalian intern,

besera saran-saran perbaikkannya.

Laporan auditor eksternal berisi opini mengenai kewajaran laporan

keuangan, selain itu berupa

management letter, yang berisi pemberitahuan kepada manajemen

mengenai kelemahan-kelemahan

dalam pengendalian intern beserta sran-saran perbaikkannya.

Auditor internal mendapatkan gaji dan tunjangan lainnya sebagai pegawai perusahaan.

Auditor eksternal mendapat audit fee atas jasa yang diberikannya.

Sumber: Sawyer, 2009:8

c. Persamaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal

Menurut Agoes (2004:225), terdapat lima persamaan diantara auditor internal dengan auditor eksternal, yaitu:


(42)

24

1) Masing-masing auditor harus mempunyai latar belakang

pendidikan dan pengalaman kerja di bidang akuntansi, keuangan, perpajakan, manajemen dan komputer.

2) Keduanya harus membuat rencana pemeriksaan (audit plan), program pemeriksaan (audit program) secara tertulis.

3) Semua prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan harus

didokumentasikan secara lengkap dan jelas dalam kertas kerja pemeriksaan (audit working papers).

4) Audit staf harus selalu melakukan Continuing Profesional Education (Pendidikan Profesi Berkelanjutan).

5) Baik Internal Auditor maupun Eksternal Auditor harus mempunyai

Audit Manual, sebagai pedoman dalam melaksanakan

pemeriksaannya dan harus memiliki Kode Etik serta sistem pengendalian mutu.

d. Fungsi Auditor Internal

Sawyer (2009) mengemukakan bahwa fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen. Tujuannya adalah

membantu tingkatan manajemen, agar tanggung jawabnya

dilaksanakan secara efektif.

Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja audit internal dalam mencapai tujuannya:


(43)

25

1) Membahas, menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan

pengandallian akuntansi, keuangan serta operasi.

2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.

3) Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi

dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan risiko kerugian.

4) Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.

5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam menilai kinerja, prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi agar dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaan tugas dan tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang terdapat dalam organisasi sehingga dalam organisasi dapat berjalan efektif dan merupakan penilaian independen.

e. Teknik-teknik Audit Internal

Sawyer (2009:109-403), menjelaskan tentang teknik-teknik audit internal sebagai berikut:


(44)

26 1) Penentuan Risiko

Penentuan risiko (risk assessment) adalah identifikasi dan anallisis risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan (entitas), yang membentuk suatu dasar untuk menetukan cara pengelolaan risiko. Auditor internal harus memasukkan hasil penentuan risiko ke dalam program audit untuk mengurangi risiko. Risiko terdiri atas: a) Risiko bawaan, yaitu kerentanan suatu asersi atas terjadinya

salah saji yag material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur kontrol internal terkait yang ditetapkan.

b) Risiko control, yaitu risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan atau prosedur kontrol internal suatu entitas.

c) Risiko deteksi, yaitu risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.

2) Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Dalam survey pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan operasi, dan control yang diterapkan. Auditor internal sebaiknya melakukan survey dalam langkah dasar, sebagai berikut:


(45)

27 a) Melakukan studi awal, mencakup penelahaana atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen lain yang membantu untuk lebih memahami subjek audit.

b) Pendokumentasian, mengarah pada pertemuan awal auditor dengan manajer.

c) Mengumpulkan bahan bukti

d) Mengamati, pengamatan dilakukan terus selama survey

pendahuluan.

e) Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survey pendahuluan.

3) Program Audit

Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan

bukti audit dan untuk memungkinkan auditor internal

mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, ekonomis dan efektifitas yang akan diperiksa. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survey pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.

4) Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan lapangan merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif

mengenai aktivitas entitas atau instansi pemerintah.

Mengevaluasinya dan melihat apakah aktivitas tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah


(46)

28 ditetapkan, serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.

Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk

menetukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi

sebagaimana mstinya dan mencapai tuuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai manajer, sedangkan tujuan audit ditetapkan oleh auditor.

5) Temuan Audit

Selama pelaksanaan pekerjaan, auditor internal mengidentifikasi

kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan.

Penyimpangan-penyimpangan dari norma atau criteria yang dapat diterima disebut temuan audit (audit findings). Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang dapat dilaporkan haruslah:

a) Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.

b) Di dokumentasikan dengan fakta, opini, dan dengan bukti yang memadai, kompeten dan relevan.


(47)

29 d) Relevan dengan masalah-masalah yang ada.

e) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan

memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan. Dalam temuan audit ini, auditor memberikan rekomendasi kepada manajemen. Rekmendasi menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol.

Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab manajemen. Lebih disukai auditor internal mengusulkan metode tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen.

Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah membahasnya denag manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan.

6) Kertas Kerja

Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang diperoleh dan analilsis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas


(48)

30 kerja bersi dokumenttasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

a) Rencana audit, termasuk program audit.

b) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektifitas system control internal.

c) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai.

d) Penelahaan kertas kerja oleh penyelia. e) Laporan audit.

f) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda, yaitu:

a) Untuk mendukung laporan audit.

b) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelahaan instruksi dan arahan, analisis system dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.

c) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan

temuan-temuan audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk

menetukan terjaid dan luasnya kondisi-kondisi yang

mengandung kelemahan.

d) Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan.

e) Untuk menjadi dasar penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian audit.


(49)

31 f) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan kecurangan, tuntutan hukum dan klaim asuransi.

g) Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam

mengevaluasi pekerjaan audit internal dan kemudian menggunakannya dalam penilaian audit eksternal atas sistem control internal organisasi.

h) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelahaan selanjutnya.

i) Untuk membantu memfasilitasi penelahaan baik auditor

eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal.

j) Menjadi bagian dokumentasi.

6. Kualitas Hasil Kerja

Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan (Tan dan Alison, 1999).

Menurut Irahandayani (2003) dalam Mardisar dan Sari (2007), kualitas kerja auditor dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat dipertanggungjawabkan).


(50)

32 Kualitas hasil kerja juga tidak terlepas dari kualitas audit yang dimiliki oleh auditor. Menurut Basuki dan Krisna (2006:209), menyatakan bahwa kualitas audit meerupakan suatu issue yang komplek. Terdapat begitu banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, tergantung dari sudut mana masing-masing pihak memandangnya. Kualitas audit merupakan hal ynag sulit untuk diukur sehingga membuatnya menjadi suatu hal yang sensitive bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta independensinya dengan klien.

Selain itu, Otley dan Pierce (1996) dalam Basuki dan Krisna (2006:210), menyatakan kualitas audit sebenarnya melekat pada auditor sebagai pihak pelaksana dari audit, sehingga kualitas audit sangat bergantung pada judgement dan integritas dari auditor itu sendiri. Jika auditor adalah seseorang yang berkualitas tinggi dan melakukan pekerjaannya dengan professional, maka dia akan menghasilkan output yang berkualitas pula,karena diasumsikan mampu mencegah dan mendeteksi praktek-praktek akuntansi yang dipertanyakan dan melaporkan error dan irregularities dalam akuntansi klie. (Basuki dan Krisna, 2006:210).


(51)

33

7. Akuntabilitas

Tetclock (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk

dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha

mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Manakala Libby dan Luft (1993), Cloyd (1997) dan Tan dan Alison (1999) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan tesebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Menurut Libby dan Luft (1993), dalam kaitannya dengan akuntabilitas seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu.

Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan (Cloyd, 1997) dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keingian dan usaha seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Menurut Tan dan Alison (1999), seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang


(52)

34 supervisor/manajer/pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah.

Cloyd (1997) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian Cloyd (1997) membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999) dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas kerja yang dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten dengan Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas (secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.

Dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP (2007) dijelaskan bahwa akuntabilitas juga dapat berarti sebagai perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya tersebut pada umumnya berupa


(53)

35 sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam konteks negara dapat berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam, peralatan, uang, dan kekuasaan hukum dan politik.

Selain itu, akuntabilitas juga dapat diuraikan sebagai kewajiban untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya tertentu. Dalam konteks ini, pengertian akuntabilitas dilihat dari sudut pandang pengendalian dan tolok ukur pengukuran kinerja.

Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhannya. Akuntabilitas yang demikian ini meliputi pertanggungjawaban diri sendiri mengenai segala sesuatu yang dijalankannya yang hanya diketahui dan dipahami oleh dia sendiri. Oleh karena itu, akuntabilitas internal ini disebut juga sebagai akuntabilitas spiritual. Ledivina V. Carino (Pusdiklatwas, 2007), mengatakan bahwa dengan disadarinya akuntabilitas spiritual ini, maka pengertian accountable atau tidaknya seseorang bukan hanya dikarenakan dia tidak sensitif terhadap lingkungannya. Akan tetapi, lebih jauh dari itu yakni seperti adanya perasaan malu atas warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian dari suatu bangsa, kurang nasionalis, dan sebagainya. Akuntabilitas yang satu ini sangat sulit untuk diukur karena tidak adanya


(54)

36 indikator yang jelas dan diterima oleh semua orang serta tidak ada yang melakukan pengecekan, pengevaluasian, dan pemantauan baik sejak tahap proses sampai dengan tahap pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri. Semua tindakan akuntabilitas spiritual didasarkan pada hubungan seseorang tersebut dengan Tuhan. Namun, apabila benar-benar dilaksanakan dengan penuh iman dan takwa, kesadaran akan akuntabilitas spiritual ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pencapaian kinerja orang tersebut. Itulah sebabnya mengapa seseorang dapat melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang berbeda dengan orang lain, atau mengapa suatu instansi dengan instansi yang lainnya dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas yang berbeda terhadap suatu pekerjaan yang sama.

Akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan masyarakat. Kegagalan seseorang untuk memenuhi akuntabilitas eksternal mengakibatkan pemborosan waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber daya yang lain, penyimpangan kewenangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat kepadanya.

Akuntabilitas eksternal lebih mudah diukur mengingat norma dan standar yang tersedia memang sudah jelas. Kontrol dan penilaian dari pihak eksternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu system dan prosedur kerja. Akuntabilitas eksternal baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi merupakan hal yang paling banyak


(55)

37 dibicarakan dalam konteks akuntabilitas. Akuntabilitas eksternal terdiri dari :

a. Akuntabilitas Eksternal untuk Pelayanan Publik pada Organisasi Sendiri

Dalam akuntabilitas ini, setiap tingkatan pada hierarki organisasi diwajibkan untuk accountable kepada atasannya dan kepada yang mengontrol pekerjaannya. Untuk itu, diperlukan komitmen dari seluruh petugas untuk memenuhi kriteria pengetahuan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sesuai dengan posisi tersebut.

b. Akuntabilitas Eksternal untuk Individu dan Organisasi Pelayanan Publik di luar Organisasi Sendiri

Akuntabilitas ini mengandung pengertian akan kemampuan untuk menjawab setiap pertanyaan yang berhubungan dengan capaian kinerja atas pelaksanaan tugas dan wewenang. Untuk itu, selain kebutuhan akan pengetahuan dan keahlian seperti yang disebutkan sebelumnya, juga dibutuhkan komitmen untuk melaksanakan kebijakan dan program-program yang telah dijanjikan/dipersyaratkan sebelum dia memangku jabatan tersebut.

8. Pengetahuan Audit

Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007:8), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah


(56)

38 pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi) antara kebijakan-kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah distandarkan.

Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang audior melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangna seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki pengethauan yang cukup memadai akan tugasnya.

Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs 1992). Secara umum seorang auditor harus

memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai General auditing,

Functional Area, computer auditing, Accounting Issue, Specific Industri, General World knowledge (pengetahuan umum), dan Problem solving knowledge (Bedard & Michelene 1993) dalam Mardisar dan Sari (2007:8). Pengetahuan auditor digunakan sebagai salah satu kunci kefektifan kerja. Dalam audit, pnegetahuan tentang bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan penting unutk membuat perencanaan audit yang efektif (Noviyani,2002) dalam Herawaty dan Susanto (2008:16). Seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan akan lebih ahli dalam melaksankan tugasnya terutama dengan pengungkapan kekeliruan.


(57)

39 Cloyd (1997) menemukan bahwa besarnya usaha (proksi dari variabel akuntabilitas) yang dicurahkan seseorang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki. Cloyd (1997) juga menemukan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kualitas hasil kerja.

Spilker (1995) dalam Mardisar dan Sari (2007:8) mengungkapkan bahwa karakteristik sebuah pekerjaan seperti tingkat kerumitan dan jumlah informasi yang disajikan/tersedia mempengaruhi hubungan pengetahuan, akuntabilitas dan kualitas hasil kerja. Pada pekerjaan yang lebih sederhana faktor usaha dapat menggantikan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang (bersifat subsitusi) dan pengetahuan memiliki hubungan yang positif terhadap kualitas hasil kerja. Sedangkan untuk pekerjaan yang lebih rumit, akuntabilitas tidak lagi bersifat subsitusi dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Penelitian Cloyd (1997) juga membuktikan bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi. Tan dan Alison (1999) melakukan penelitian yang sama dengan Cloyd (1997) dan membutikan bahwa pengetahuan dapat memperkuat hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja jika kompleksitas pekerjaan yang dihadapi sedang/menengah. Untuk pekerjaan dengan kompleksitas rendah akuntabilitas dan pengetahuan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil kerja. Sedangkan untuk kompleksitas


(58)

40 pekerjaan tinggi, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja jika didukung oleh pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999), membuktikan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja auditor jika kompleksitas pekerjaan yang dihadapi sedang/menengah. Adapun SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Pernyataan standar umum pertama SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara) yang tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang


(59)

41 cukup sebagai auditor. Auditor harus memiliki dan meningkatkan pengetahuan mengenai metode dan teknik audit serta segala hal yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan pemerintahan. Keahlian auditor menurut Tampubolon (2005) dalam Efendy (2010) dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman yang memadai dalam melaksanakan audit.

9. Pengertian dan Pandangan Gender

Pengertian dari gender yang pertama ditemukan dalam kamus adalah penggolongan secara gramatikal terhadap kata benda dan kata-kata lain yang berkaitan dengannya, yang secara garis besar berhubungan dengan keberadaan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan.

Pandangan mengenai gender dapat diklasifikasikan, pertama; kedalam dua model yaitu equity model dan complementary contribution model, kedua; kedalam dua stereotipe yaitu Sex Role Stereotypes dan Managerial Stereotypes (Gill Palmer dan Tamilselvi Kandasaami, 1997) dalam Trisnaningsih (2003:1038). Model pertama mengasumsikan bahwa antara laki-laki dan wanita sebagai profesional adalah identik sehingga perlu ada satu cara yang sama dalam mengelola dan wanita harus diuraikan akses yang sama. Model kedua berasumsi bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan cara menilai, mencatat serta


(60)

42 mengkombinasikan untuk menghasilkan suatu sinergi. Pengertian klasifikasi stereotype merupakan proses pengelompokan individu kedalam suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu berdasarkan anggota kelompok. Sex role stereotypes dihubungkan dengan pandangan umum bahwa laki-laki itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam pertanggungjawaban manajerial. Wanita dilain pihak dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitif dan lebih rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi dibandingkan laki-laki. Manajerial

stereotypes memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai

seseorang yang memiliki sikap, perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih dimiliki laki-laki dibandingkan wanita.

Menurut Schwartz (1996) dalam Trisnaningsih (2006:1038) bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang kerja yang paling sulit bagi wanita karena intensitas pekerjaannya. Meski demikian, bidang ini adalah bidang yang sangat potensial terhadap perubahan, dan perubahan tersebut dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi wanita. Schwartz juga mengungkapkan bahwa sangat mudah untuk mengetahui mengapa jumlah wanita yang menjadi partner lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu alasan yang dikemukakannya adalah adanya kebudayaan yang diciptakan untuk laki laki (patriarkhi), kemudian adanya stereotype tentang wanita, terutama adanya pendapat yang menyatakan bahwa wanita


(61)

43 mempunyai keterikatan (komitmen) pada keluarga yang lebih besar daripada keterikatan (komitmen) terhadap karir.

Menurut Jamilah (2007:2), gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor internalseiring dengan terjadinya perubahan pada kompleksitas tugas dan pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King (1992) dalam Jamilah (2007:2) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kualitas hasil kerja auditor internal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti, akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut bayak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi auditor internal untuk menghasilkan para auditor yang berkualitas serta menunjukkan hasil- hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas hasil kerja audit internal.


(62)

44

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No. Peneliti &

Tahun

Judul Variabel yang

Diteliti

Hasil Penelitian

1 Mardisar dan

Sari (2007) Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor

Kualitas hasil kerja auditor, akuntabililtas dan pengetahuan Untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas seorang auditor harus memiliki akuntabilitas dan

pengetahuan yang tinggi.

2 Yanti Pia

(2009) Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor

Kualitas hasil kerja auditor, akuntabilitas, kompetensi dan independensi Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor, tetapi akuntabilitas dan

independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas hasil kerja auditor.

4 Hafifah (2010) Pengaruh

Akuntabilitas, Independensi, Pengetahuan dan Pengalaman Audit terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor

Kualitas hasil kerja auditor, independensi, pengetahuan dan pengalaman audit Akuntabilitas, independensi, dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor, tetapi

pengalaman audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kulaitas hasil kerja auditor.

5 Mabruri & Winarna (2010)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi kualitas Hasil Kerja Auditor di Lingkunagan Pemerintah Daerah Kualitas hasil kerja auditor, independensi, obyektifitas, pengalaman kerja, pengetahuan dan integritas auditor. Obyektifitas, pengalaman kerja, pengetahuan dan intergritas auditor berpengaruh signifikan terhadasp kualitas hasil kerja auditor, sedangkan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.


(63)

45

No. Peneliti & Tahun

Judul Variabel yang

Diteliti

Hasil Penelitian

6 Istihayu Putri

Buansari (2010) Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi, Independensi, Kecerdasan emosional terhadap kualitas hasil kerja auditor internal Akuntabilitas, kompetensi, independensi, kecerdasan emosional dan kualitas hasil kerja auditor internal Akuntabilitas dan independensi tidak signifikan terhadap kualitas hasil auditor internal, sedangkan kompetensi dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor internal.

7 Jamilah, dkk

(2007) Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Audit Judgement Audit judgement, gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas.

Gender dan komplesitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement, sedangkan tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgement.

Sumber: Data yang diolah

C. Hubungan Antar Variabel

1. Akuntabilitas dengan Kualitas Hasil Kerja Audit Internal

Auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kualitas audit menjadi sangat penting, karena auditor menarik kesimpulan berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukannya dan kemudian pekerjaa audit yang telah dilakukannya dan kemudian menyampaikan kesimpulan dan juga rekomendasi kepada para pemakai


(64)

46 yang berkepentingan. Berkualitas atau tidaknya hasil audit akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor. Semakin kompleks dan rumitnya system kerja dan kegiatan operasional suatu entitas menjadi penyebab semakin penting dan diperlukannya seorang akuntan yang memiliki akuntabilitas yang tinggi. Seorang auditor yang berperan sebagai pihak ketiga yang menjembatani pihak dalam dan luar entitas, tentu kualitas audit menjadi factor yang secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Dewasa ini auditor memiliki peran yang cukup penting sebagai pihak yang memberikan penilaian dan saran-saran dalam bentuk opini dan rekomendasi.

Disamping, semakin kompleks dan rumitnya system kerja dan kegiatan operasional suatu entitas, mengakibatkan semakin sulitnya memeriksa laporan keuangan sebagai salah satu objek pemeriksaan. Selain laporan keuangan, kegiatan operasional yang juga merupakan objek pemeriksaan, semakin rumit untuk dievaluasi dan diberikan saran atau rekomendasi jika terjadi ketidakefektifan, ketidakefisienan, dan ketidakekonomisan dalam entitas.

Besarnya peran seorang auditor maka semakin besar pula tanggung jawabnya, karena itu auditor harus memiliki rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang tinggi atas setiap tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.


(65)

47 Menurut penelitian yang dilakukan Cloyd (1997), meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kulitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian Cloyd (1997) membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi.

Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999) melakukan penelitian dengan mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Cloyd, hasil penelitiannya membuktikan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, sedang maupun tinggi. Sedangkan menurut penelitian Mardisar dan Sari (2007:20) menunjukkan bahwa akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kuallitas hasil kerja dengan kompleksitas tugas yang rendah.

2. Pengetahuan Audit dengan Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal

Pengetahuan akuntan publik bisa diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor yuniornya. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan public melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya.

Pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam


(1)

119

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

A.

HASIL UJI NORMALITAS

B.

HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

95.0% Confidence

Interval for B Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 12.917 6.734


(2)

120

TAK .668 .210 .356 .249 1.087 .881 1.135

TPA .463 .151 .333 .160 .765 .924 1.082

JENIS KELAMIN

-1.023 1.027 -.107 -3.074 1.029 .948 1.055

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) TAK TPA

JENIS KELAMIN

1 1 3.723 1.000 .00 .00 .00 .02

2 .269 3.722 .00 .00 .00 .94

3 .006 26.013 .00 .65 .62 .04

4 .003 33.682 1.00 .35 .37 .00

C.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 39.70 53.63 47.34 2.477 68

Std. Predicted Value -3.084 2.542 .000 1.000 68

Standard Error of Predicted Value

.611 1.722 .917 .237 68

Adjusted Predicted Value 38.42 53.16 47.31 2.513 68

Residual -11.208 7.535 .000 3.813 68

Std. Residual -2.873 1.931 .000 .977 68

Stud. Residual -2.995 1.972 .004 1.009 68

Deleted Residual -12.185 7.855 .032 4.068 68

Stud. Deleted Residual -3.205 2.019 .001 1.027 68

Mahal. Distance .655 12.064 2.956 2.137 68

Cook's Distance .000 .195 .017 .031 68


(3)

121

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 39.70 53.63 47.34 2.477 68

Std. Predicted Value -3.084 2.542 .000 1.000 68

Standard Error of Predicted Value

.611 1.722 .917 .237 68

Adjusted Predicted Value 38.42 53.16 47.31 2.513 68

Residual -11.208 7.535 .000 3.813 68

Std. Residual -2.873 1.931 .000 .977 68

Stud. Residual -2.995 1.972 .004 1.009 68

Deleted Residual -12.185 7.855 .032 4.068 68

Stud. Deleted Residual -3.205 2.019 .001 1.027 68

Mahal. Distance .655 12.064 2.956 2.137 68

Cook's Distance .000 .195 .017 .031 68

Centered Leverage Value .010 .180 .044 .032 68


(4)

(5)

123

HASIL UJI ANALISIS REGRESI

A.

KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .545a .297 .264 3.901

a. Predictors: (Constant), JENIS KELAMIN, TPA, TAK b. Dependent Variable: TKH

B.

HASIL UJI F STATISTIK

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 411.048 3 137.016 9.002 .000a

Residual 974.173 64 15.221

Total 1385.221 67

a. Predictors: (Constant), JENIS KELAMIN, TPA, TAK b. Dependent Variable: TKH

C.

HASIL UJI t STATISTIK

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.917 6.734 1.918 .060

TAK .668 .210 .356 3.184 .002

TPA .463 .151 .333 3.057 .003

JENIS KELAMIN -1.023 1.027 -.107 -.996 .323


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGALAMAN KERJA DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman Kerja dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada

0 2 19

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR Pengaruh Akuntabilitas Dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan Yogyakarta).

0 3 13

AUEP11. PENGARUH AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR

0 0 25

PERSEPSI AUDITOR TENTANG PENGARUH PENGETAHUAN AUDIT, AKUNTABILITAS, INDEPENDENSI, DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR

0 0 16

PENGARUH KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, DAN GENDER TERHADAP KEUALITAS KERJA AUDITOR INTERNAL DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi empiris pada Inspektorat Wilayah Provinsi Jawa Timur) - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

PENGARUH KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, DAN GENDER TERHADAP KEUALITAS KERJA AUDITOR INTERNAL DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi empiris pada Inspektorat Wilayah Provinsi Jawa Timur) - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, DAN GENDER TERHADAP KEUALITAS KERJA AUDITOR INTERNAL DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi empiris pada Inspektorat Wilayah Provinsi Jawa Timur) - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN GENDER TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 17

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN GENDER TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA SELATAN - POLSRI REPOSITORY

0 0 21