Tabel 5.5. Kejadian Major Adverse Cardiovascular Event
pada pasien Infark Miokard Akut MACE
Frekuensi n Persentase
Gagal Jantung Kongestif 37
38,95
Aritmia
37 38,95
Kematian
11 11,58
Syok Kardiogenik 10
10,52
Total 95
100,0
5.1.8. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Kematian
Pada tabel 5.6., didapatkan bahwa kematian terjadi pada 12,2 pasien IMA 11 sampel, dimana proporsi kematian pada kelompok hiponatremi sebesar
21,6 8 sampel dan normonatremi sebesar 5,7 3 sampel.
Tabel 5.6. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Kematian Kadar Natrium
Admisi Kematian
n p value
Ya Tidak
n n
Hiponatremi
8 21,6
29 78,4
37 100
0,045 Normonatremi
3 5,7
50 94,3
53 100
Total 11
12,2 79
87,8 90
100 Fisher’s Exact Test
5.1.9. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Gagal Jantung Kongestif
Dari total 90 subjek, gagal jantung dialami pada 37 pasien 41,1 selama masa perawatan. Sebanyak 59,5 22 sampel gagal jantung kongestif terjadi
pada kelompok hiponatremi, sedangkan sebanyak 16,7 15 sampel terjadi pada kelompok normonatremi tabel 5.7..
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Gagal Jantung Kongestif
Kadar Natrium Admisi
Gagal Jantung Kongestif n
p value Ya
Tidak n
n Hiponatremi
22 59,5
15 40,5
37 100
0,003 Normonatremi
15 16,7
38 71,7
53 100
Total 37
41,1 53
58,9 90
100
5.1.10. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Aritmia
Dari hasil distribusi silang tabel 5.8., proporsi kejadian aritmia pada kelompok hiponatremi sebesar 56,8 21 sampel, dan pada kelompok
normonatremi sebesar 30,2 16 sampel.
Tabel 5.8. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Aritmia Kadar Natrium
Admisi Aritmia
n p value
Ya Tidak
n n
Hiponatremi
21 56,8
16 43,2
37 100
0,012 Normonatremi
16 30,2
37 69,8
53 100
Total 37
41,1 53
58,9 90
100
5.1.11. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Syok Kardiogenik
Kejadian syok kardiogenik dialami 10 pasien IMA selama masa perawatan, dengan kejadian syok kardiogenik pada kelompok hiponatremi sebesar
10,8 4 sampel dan normonatremi sebesar 11,3 6 sampel tabel 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan Syok Kardiogenik Kadar Natrium
Admisi Syok Kardiogenik
n p value
Ya Tidak
n n
Hiponatremi 4
10,8 33
89,2 37
100 1,000
Normonatremi 6
11,3 47
88,7 53
100 Total
10 11,1
80 88,9
90 100
Fisher’s Exact Test
Kejadian MACE pada pasien IMA dijumpai lebih banyak terjadi pada kelompok hiponatremi 86,5 dibandingkan dengan kelompok normonatremi
43,4. Kemudian pasien IMA yang tidak mengalami MACE lebih sering dijumpai pada kelompok normonatremi 56,6 sedangkan kelompok
hiponatremi hanya sebagian kecil 13,5 tabel 5.10..
Tabel 5.10. Distribusi Silang Kadar Natrium Admisi dan
Major Adverse Cardiovascular Event Kadar Natrium
Admisi Major Adverse Cardiovascular
Event n
p value Ya
Tidak n
n Hiponatremi
32 86,5
5 13,5
37 100
0,0001 Normonatremi
23 43,4
30 58,6
53 100
Total 55
61,1 35
38,9 90
100 5.2.
Pembahasan
Hiponatremi merupakan suatu gangguan elektrolit dimana terjadi penurunan konsentrasi natrium menjadi kurang dari 135mEqL. Keadaan ini
sering dijumpai pada pasien yang dirawat dengan infark miokard akut. Dari penelitian ini dijumpai 41,1 pasien IMA mengalami kejadian hiponatremia
tabel 5.3.. Hal ini serupa dengan penelitian oleh Mati et al pada tahun 2012 di
Universitas Sumatera Utara
India, dimana didapati 43 pasien infark miokard akut mengalami hiponatremi. Hiponatremi tersebut dapat terjadi kemungkinan karena adanya sekresi dari
vasopressin non osmotik yang mengakibatkan gangguan dari ekskresi air. Selain itu, AVP atau vasopressin ini juga mempengaruhi tonus vaskular, kontraksi
jantung, dan bisa mempengaruhi hemodinamik jantung serta remodeling dari miokard.
Pasien IMA yang mengalami hiponatremi berkaitan dengan munculnya berbagai kejadian buruk, yaitu berupa komplikasi kardiovaskular Mati et
al. ,2012. Sesuai dengan yang telah didiskusikan sebelumnya, Major Adverse
Cardiovascular Event atau kejadian mayor kardiovaskular pada pasien IMA
dikelompokkan menjadi 4, yaitu kematian, syok kardiogenik, gagal jantung kongestif dan aritmia.
Dari hasil penelitian ini melalui analisis univariat, diketahui bahwa gagal jantung kongestif 38,95 dan aritmia 38,95 merupakan kejadian MACE
yang paling sering terjadi. Sedangkan yang paling jarang adalah syok kardiogenik 10,52 tabel 5.5.. Hal ini disebabkan karena kompleksnya etiologi dari gagal
jantung, seperti hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gaya hidup, infeksi dan kondisi medis lain. Selain itu, gagal jantung sering menjadi tahap terminal
dari berbagai penyakit Ponikowski et al., 2014. Kemudian menurut Grasso dan Brenner 2014, aritmia merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada pasien
infark miokard akut. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Surhano dan Rochmah 2005, dimana didapati kejadian cardiac event
terbanyak pada pasien IMA adalah gagal jantung 36,84. Sedangkan kejadian yang paling sedikit diantara keempat MACE yang diteliti adalah syok kardiogenik
4,2. Penelitian oleh Harsoor, Kinagi dan Afiya 2014 juga mendapatkan hasil yang serupa, dimana kejadian MACE pada pasien IMA yang paling sering
dijumpai adalah gagal jantung kongestif 54, diikuti dengan aritmia 18 dan kematian 15.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis bivariat, didapatkan insiden kematian lebih banyak terjadi pada kelompok hiponatremi 21,6 daripada
kelompok normonatremi 5,7, dengan p0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hiponatremi dengan
kejadian kematian tabel 5.6.. Meningkatnya kejadian mortalitas berkaitan dengan adanya inflamasi, NT-proBNP, serta penurunan massa otot dan alkalin
fosfatase pada pasien hiponatremi Wannamethee et al.,2015. Dalam studinya di tahun 2011, Tang dan Hua menemukan bahwa insiden kematian lebih banyak
dijumpai pada kelompok hiponatremi 13,7 daripada normonatremi 7,3 dengan nilai p0,001. Selain itu, Goldberg et al juga meneliti hubungan antara
hiponatremi dan mortalitas pada pasien infark miokard akut di tahun 2004, melalui analisis kaplan-meier ditemukan bahwa pasien yang mengalami
hiponatremi secara signifikan memiliki mortalitas lebih besar, yaitu 17,9 dibandingkan dengan pasien yang normonatremi 6,2.
Data penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian gagal jantung kongestif didapatkan sebanyak 59,5 pada kelompok hiponatremi. Melalui analisis chi-
square , didapatkan hubungan yang kuat antara munculnya hiponatremi dengan
terjadinya gagal jantung kongestif p=0,003 tabel 5.7.. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tada et al 2011, yaitu melalui kurva kaplan-meier
didapatkan insiden gagal jantung kongestif secara signifikan lebih tinggi pada pasien hiponatremi 20,7 dibandingkan pada pasien normonatremi 5,4
dengan p =0,002. Kemudian, hasil studi oleh Gandhi, Akholkar dan Bharmal 2015 juga membuktikan adanya hubungan antara hiponatremi dengan gagal
jantung kongestif pada pasien IMA, yaitu kejadian gagal jantung dijumpai sebanyak 57 pada kelompok hiponatremi dan 13 pada kelompok
normonatremi. Diperkirakan hal ini terjadi karena hiponatremi saat admisi dapat menyebabkan terjadinya aktivasi neurohormonal yang berlebihan pada pasien
IMA, sehingga pasien berisiko untuk mengalami gagal jantung Goldberg et al
.,2006.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian ini, didapatkan bahwa hiponatremi dengan kejadian aritmia memiliki hubungan yang signifikan p = 0,012, dimana kejadian aritmia dijumpai
lebih banyak pada kelompok hiponatremi dengan persentase 56,8, sedangkan kelompok normonatremi sebesar 30,2 tabel 5.8.. Diperkirakan adanya
ketidakseimbangan dari elektrolit akan mempengaruhi kecepatan konduksi jantung. Hal ini sejalan dengan penelitian Harsoor, Kinagi dan Afiya pada tahun
2014, dimana dari analisis multivariat regresi logistik ditemukan lebih banyak kejadian aritmia pada kelompok hiponatremi 30 dibandingkan pada kelompok
normonatremi 6 dengan nilai p yang sangat signifikan, yaitu p0,01. Dari penelitian ini, tidak didapati adanya hubungan antara hiponatremi
dengan kejadian syok kardiogenik pada pasien IMA tabel 5.9.. Hal ini disebabkan tingginya kejadian mortalitas di rumah sakit pada pasien yang
mengalami syok kardiogenik, yaitu sebesar 60 Hochman et al., 2000. Sehingga tidak tercatat sebagai syok kardiogenik, melainkan kematian. Selain itu
juga disebabkan karena perbedaan kejadian syok kardiogenik di kedua kelompok hiponatremi dan normonatremi pada penelitian ini relatif sama, yaitu dengan
prevalensi kejadian syok kardiogenik pada kelompok hiponatremi sebesar 10,8 dan normonatremi sebesar 11,3. Oleh karena itu, analisis bivariat tersebut
menunjukkan tidak ada perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian, kejadian MACE terjadi sebanyak 61,1
pada pasien IMA. Melalui analisis bivariat antara kadar natrium dan MACE, didapati bahwa kejadian MACE terjadi lebih banyak pada kelompok hiponatremi,
yaitu sebesar 86,5. Setelah dilakukan uji kemaknaan menggunakan chi-square, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara
hiponatremi dengan kejadian Major Adverse Cardiovascular Event p0.001 tabel 5.10.. Hal ini disebabkan karena pada pasien yang mengalami hiponatremi,
akan terjadi aktivasi dari sistem renin - angiotensin aldosteron, peningkatan kadar norepinefrin dan epinefrin, serta gangguan aliran darah ginjal dan hepar yang
lebih berat Goldberg et al.,2006. Kejadian tersebut menjelaskan hubungan antara hiponatremi dengan timbulnya kejadian buruk pada pasien IMA. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, terbukti bahwa hipotesis mengenai adanya hubungan antara hiponatremi dengan kejadian Major Adverse Cardiovascular Event adalah benar.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan