yaitu dalam hal kerugian disebabkan oleh adanya perbuatan sengaja willfull misconduct atau kelalaian berat gross negligence dari pengangkut. Sedangkan
unbreakable limit, artinya tidak dapat dilampauidengan alasan apapun. Hal ini berarti tanggungjawab pengangkut dengan ganti rugi yang harus dibayarkan tidak
boleh melebihi jumlah yang dinyatakan.
26
B. Hak Dan Kewajiban PERUM DAMRI Sebagai Pengangkut
1. Hak PERUM DAMRI sebagai Pengangkut Pelaku usaha
Secara umum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Indonesia tidak dijumpai definisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.
Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
penumpang danatau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan.
Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu;
a. Badan Usaha Milik Negara BUMN
Ada yang berbentuk perusahaan perseroan Persero, contohnya PT Kereta Api Indonesia Persero, dan PT Garuda Indonesia Airlines Persero, dan PT
Pelayaran Nusantara Indonesia Persero. Ada juga yang berbetuk Perusahaan Umum Perum, contohnya Perum DAMRI.
b. Badan Usaha Milik Swasta BUMS
Umumnya berbentukbadan hukum perseroan terbatas, contohnya PTLintas
26
Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 30-39.
Universitas Sumatera Utara
Sumatera, PT Samudra Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, dan PT Lion Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi, contohnya Taksi
Kopti Jaya. Akan tetapi, ada juga yang berbetuk persekutuan bukan badan hukum CV, contohnya CV Titipan Kilat.
c. Badan Usaha Milik Perseorangan
Contohnya PO Putra Remaja. Berdasarakan uraian diatas, dapat disimpulkan kriteria pengangkut menurut
Undang-Undang Pengangkutan Indonesia adalah: 1
Perusahaan penyelenggara pengangkutan; 2
Menggunakan alat pengangkut mekanik; 3
Penerbit dokumen pengangkutan; dan 4
Memperoleh izin usaha dari pemerintah Indonesia.
27
Sedangkan pengertian pelaku usaha dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan KonsumenPasal 1 butir 2 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, yaitu: Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia,
baik sendiri maupun bersama-sama melaluiperjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
28
PERUM DAMRI sebagai pengangkut yang merupakansalah satu badan usaha milik negara, PERUM DAMRI sendiri mengikuti yang terdapat dalam Undang-
27
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 54-55.
28
Yusuf Shofie, Penyelsaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK Teori dan Praktek Penegakan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003,hal 13.
Universitas Sumatera Utara
Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
29
“Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati,Perusahaan Angkutan Umum berhak
memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Menurut UULAJ Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, hak-hak perusahaan pengangkutan umum, yaitu:
Pasal 195, menyatakan bahwa: Ayat 1
“Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkutjika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang
ditetapkan sesuai dengan perjanjian pengangkutan”. Ayat 2
“Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan”.
Ayat 3 “Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1”. Pasal 196, menyatakan bahwa:
30
Pengangkutan umum berhak memperoleh kembali dokumen pengangkutandari penumpang danatau pengirim barang sebagai bukti bahwa
biaya pengangkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah dikembalikan kepada penumpang atau pengirim.
31
29
Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta
Jakarta Timur.
30
Siti Nurbaiti, Op.Cit, Lampiran 1 Pasal 195-196 UULAJ, hal 276.
31
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.,hal 154.
Universitas Sumatera Utara
Dapat diperjanjikan pula bahwa perusahaan pengangkutan umum berhak menolak mengangkut barang yang dilarang undang-undang atau membahayakan
ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu,misalnya, barang seludupan, petasan, berbagai jenis narkotika, ekstasi, minuman keras, ataupun
hewan yang dilindungi. Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai badan usaha dimana dalam
bidang pengangkutan merupakan pengangkut juga diatur di dalam Undang- UndangNo. 8Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak pelaku
usaha, yaitu: Pasal 6bagian kedua yang menyatakan bahwa:
a Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; b
Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen; d
Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang
diperdagangkan;
e Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
32
2. Kewajiban PERUM DAMRI sebagai pelaku usaha pengangkut
Kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang serta menerbitkan dokumen pengangkutan dan sebagai imbalan haknya
memeperoleh biaya pengangkutan dari penumpang atau pengirim barang.Pihak- pihak dapat juga memperjanjikan bahwa di samping kewajiban utama,
pengangkut mempunyai kewajiban pelengkap, yaitu: a.
Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang diangkut dengan sebaik-baiknya.
32
Yusuf Shofie, Op.Cit, pasal 6 UUPK, hal 151.
Universitas Sumatera Utara
b. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat pemberhentian atau di
tempat tujuan dengan aman dan selamat. c.
Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap, tidak rusak, atau tidak terlambat.
33
Kewajiban PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta, secara khusus adalah mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan dengan
selamat dan untuk pengaturan kewajiban yang lain tetap berpedoman dan mengikuti yang terdapat pada undang-undang.
34
Pasal 189menyatakan bahwa: Kewajiban perusahaan angkutan umum dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan UULAJ antara lainterdapat dalam:
Pasal 186 menyatakan bahwa: Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang danatau barang setelah
disepakati perjanjian angkutan danatau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang danatau pengirim barang.
Pasal 187menyatakan bahwa: Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah
dibayar oleh penumpang danatau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan.
Pasal 188menyatakan bahwa: Perusahaan angkutan umum wajibmengganti kerugian yang diderita
olehpenumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayananangkutan.
33
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal 152.
34
Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta
Jakarta Timur.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan
tanggungjawabnyasebagaimana dimaksud dalam pasal 188. Pasal 190menyatakan bahwa:
Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat menurunkan penumpang danatau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika penumpang
danatau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan.
Pasal 191 menyatakan bahwa: Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan
oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggara angkutan.
Pasal 192 menyatakan bahwa: Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau
dihindari atau karena kesalahan penumpang”. Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian biaya”. Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dimulai sejak
Penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang disepakati”. Ayat 4 “Pengangkut tidak bertanggungjawab atas kerugian barang bawaan
penumpang, kecuali jika penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengangkut”.
Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya ganti kerugian diatur dengan peraturan pemerintah”.
Pasal 193 menyatakan bahwa:
Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat
penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari
atau kesalahan pengirim”. Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata-nyata dialami”.
Universitas Sumatera Utara
Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati”.
Ayat 4 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab jika kerugian disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan
angkutan barang”. Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur dengan
peraturan pemerintah”. Pasal 194 menyatakan bahwa:
Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan angkutan umum”. Ayat 2 “Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak
ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari terhitung mulai tanggal
terjadinya kerugian”.
35
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai suatu badan usaha dalam bidang pengangkutan yaitu pengangkut juga diatur di dalam Undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, kewajiban pelaku usaha, yaitu: Pasal 6 bagian kedua menyatakan bahwa:
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikandan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; d.
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standartmutu barang danatau jasa
yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau
mencobabarang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa
yangdiperdagangkan; g.
Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
36
35
Siti Nurbaiti, Op.Cit, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, hal 273-275.
36
Yusuf Shofie, Op.Cit, UUPK, hal 151-152.
Universitas Sumatera Utara
C. Hak Dan Kewajiban Penumpang Bus DAMRI