mempertahankan perusahaam memfokus pada tujuannya dan akuntabel untuk tindakannya.
Dengan kata lain perusahaan perlu menerapkan aturan tata kelola perusahaan yang memadai dan kredibel. Banyak negara melihat praktik-praktik
tata kelola perusahaan yang lebih baik sebagai suatu cara untuk memperbaiki dinamika ekonomi dan dengan demikian memperkuat kinerja ekonomi secara
keseluruhan. Pentingnya tata kelola perusahaan yang baik juga disoroti oleh turbulensi dalam pasar keuangan akhir-akhir ini.
2.3 Mekanisme Good Corporate Governance
Dalam suatu pelaksanaan aktivitas perusahaan, prinsip good corporate governance GCG dituangkan dalam suatu mekanisme. Mekanisme ini
dibutuhkan agar aktivitas perusahaan dapat berjalan secara sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Mekanisme governance menurut Akhmad Syakhroza,
2002:27 dapat diartikan sebagai berikut “suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan tersebut”.
Sementara menurut Ahmad Daniri, 2005:8 mekanisme good corporate governance yaitu suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh
organ perusahaan Direksi, Dewan Komisaris, RUPS guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma yang berlaku”.
Menurut Boediono 2005 mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional
Universitas Sumatera Utara
perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya, sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah agency. Maka untuk meminimalkan konflik
kepentingan antara principal dan agent akibat adanya pemisahan pengelolaan perusahaan, diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi konflik kepentingan
conflict of interest tersebut. Menurut Iskandar Chamlao 2000 dalan Lastanti 2004, mekanisme
dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan
komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan
mekanisme internal, seperti pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar. Mekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan
dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab
manajer, pemilik dapat mengukur, menilai sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik. Selain itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan
yang dibuat berdasarkan angka-angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan Jensen dan Meckling, 1976; Watts dan Zimerman, 1986, dalam Arifin, 2005:18.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Mekanisme Pemantauan Pengendalian Internal
Komposisi dewan merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi keuangan. Melalui perannya dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan keuangan yang berkualitas. Dalam penelitian ini, pemantauan terhadap terselenggaranya sistem pengendalian intern dalam rangka mewujudkan good
corporate governance terdiri dari Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Ukuran Dewan Direksi.
2.3.1.1 Ukuran Dewan Komisaris
Menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme
yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Dewan komisaris ini merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas Zehnder, 2000 dalam
FCGI, 2000. Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada
fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Menurut Jensen 1993 bahwa fungsi monitoring yang dilakukan oleh komisaris diambil dari teori agensi.
Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama
Universitas Sumatera Utara
untuk mengontrol perilaku opurtunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Dari fungsi dewan
tersebut, terlihat bahwa jumlah komisaris berpengaruh terhadap nilaikinerja perusahaan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi
oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah yang tepat agar dewan komisaris dapat bekerja secara efektif dan
menjalankan corporate governance dengan bertanggungjawab kepada pemegang saham Puspitasari dan Ernawati, 2010.
Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu
dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham Wardhani,
2006. Dewan komisaris secara legal bertanggungjawab untuk menetapkan sasaran korporat, mengembangkan kebijakan yang luas dan memilih personil
tingkat atas untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan, serta menelaah kinerja manajemen untuk menyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik.
2.3.1.2 Dewan Direksi
Pada dasarnya direksi merupakan organ kepercayaan perseroan yang akan bertindak mewakili perseroan dalam segala macam tindakan hukumnya untuk
mencapai tujuan dan kepentingan perseroan. Direksi bertanggungjawab penuh atas manajemen perusahaan. Setiap anggota direksi bertanggungjawab penuh dan
secara pribadi jika ia bersalah atau lalai dalam menjalankan tugas-tugasnya. Direksi diharuskan oleh undang-undang perseroan terbatas untuk menjalankan
Universitas Sumatera Utara
dengan itikad baik dan penuh tangung jawab, tugas-tugasnya untuk kepentingan perusahaan.
Dalam menerapkan prinsip good corporate governance dalam perseroan, komposisi direksi harus diperhatikan sedemikian rupa sehingga dalam
menjalankan perseroan dapat memungkinkan mengambil keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti tidak
mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis. Tergantung dari sifat khusus
suatu perseroan, paling sedikit 20 dari jumlah anggota direksi harus berasal dari kalangan di luar perseroan guna meningkatkan efektivitas atas peran manajemen
dan transparansi dari pertimbangannya. Anggota berasal dari kalangan di luar perseroan itu harus bebas dari pengaruh anggota dewan komisaris dan anggota
direksi lainnya serta pemegang saham pengendali. Direksi yang dalam ini bertugas mengelola perusahaan diwajibkan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Menurut Solihin 2009:116,
fungsi pengelolaan perusahaan oleh dewan direksi mencakup lima tugas utama, yaitu:
1. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan, serta
penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang. 2.
Manajamen risiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem
pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan.
4. Komunikasi, mencakup tugas yang memstikan kelancaran komunikasi antara
perusahan dengan pemangku kepentingan. 5.
Tanggung jawab sosial, mencakup perencanan tertulis yang jelas dan terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.3.1.3 Proporsi Komisaris Independen
Kedudukan Komisaris Independen sangat kritikal agar pengambilan keputusan Dewan Komisaris bersifat objektif dalam mengevaluasi kinerja
manajemen perusahaan. Dari perspektif keagenan, keberadaan Komisaris Independen dapat mengurangi benturan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajemen perusahaan, dikarenakan fungsi pengawasannya dapat dilakukan dengan menyuarakan pendapat yang independen dalam rapat Solomon
dan Solomon, 2004. Mayangsari 2003 dalam Rafriny 2012 menyatakan bahwa keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan guna memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait dengan perusahaan.Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan
yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait Susiana dan Herawaty, 2007.
Menurut Farida, Prasetyo dan Herwiyati 2010 dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan.
Komposisi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris perusahaan. Komisaris Independen berperan penting dalam hal kepentingan manajemen, perusahaan dan pemegang saham berbeda,
seperti dalam pengambilan keputusan atas aksi korporasi. Independensi dari Komisaris Independen berkontribusi penting dalam pengambilan keputusan
Dewan Komisaris. Mereka memiliki pandangan yang objektif dalam menilai kinerja Direksi.
Kriteria yang harus dimiliki oleh komisaris independen menurut Surat edaran BI No.912DPNP tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum adalah sebagai berikut: a.
Tidak memiliki hubungan keuangan, yakni apabila menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya
danatau Direksi pengurus Bank, dari perusahaan yang Pemegang Saham Pengendali PSP nya pengurus Bank, dan atau dari Pemegang Saham
Pengendali PSP Bank. b.
Tidak memiliki hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris Bank lainnya menjadi
pengurus, menjadi pengurus pada perusahaan yang PSP nya pengurus Bank dan menjadi pengurus atau pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP Bank.
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak memiliki hubungan kepemilikan, yakni apabila menjadi pemegang
saham pada perusahaan yang PSP nya adalah pengurus dan PSP Bank danatau menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP Bank.
d. Tidak memiliki hubungan dengan Bank apabila:
a memiliki saham Bank lebih dari 5 lima perseratus;
b menerimamemberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman
darikepada Bank yang menyebabkan pihak pemberi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak penerima, seperti pihak terafiliasi
dan transaksi keuangan. c
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum menyatakan
bahwa anggota dewan komisaris independen ditetapkan paling kurang 50 lima puluh perseratus dari jumlah anggota dewan komisaris.
Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari
seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. INDP =
Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
2.3.2 Mekanisme Pemantauan Pengungkapan 2.3.2.1 Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk
oleh dewan komisaris. Komite Audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas
Universitas Sumatera Utara
dan tanggung jawab utama untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip good corporate governance terutama transparansi dan disclosure diterapkan secara
konsisten dan memadai oleh para eksekutif. Forum For Corporate Governance in Indonesia FCGI mengemukakan
bahwa komite audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan pengawasan secara menyeluruh dalam hal memberikan pengawasan secara
menyeluruh dalam hal: a.
Laporan Keuangan Komite audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan bahwa
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah gambaran yang sebenarnya.
b. Pengawasan Kontrol Corporate Control
Komite audit memberikan pengawasan independen atas masalah atau hal-hal yang berpotensi mengandung risiko.
c. Tata Kelola Perusahaan
Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan good corporate governance apakah telah dijalankan sesuai Undang-Undang
dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang
pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum menyatakan bahwa seorang komite audit haruslah a seorang komisaris independen; b seorang dari
pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi dan c seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau
perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Komite audit dalam penelitian ini diukur menggunakan skala rasio melalui presentase anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap
seluruh anggota komite audit. AUDT =
Jumlah anggota komite audit luar Jumlah seluruh anggota komite audit
2.4 PenelitianTerdahulu