Pembahasan Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

Tabel 4.9 Pengujian Koefisien Determinasi Variabel Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Proposi Komisaris Independen dan Komite Audit terhadap ROAR² Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai R square sebesar 0,188, hal ini berarti 18,8 kinerja perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen dan komite audit dalam perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Sedangkan sisanya sebesar 81,2 dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of the Estimate standar deviasi artinya menilai ukuran varian dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 1,63429. Semakin kecil standar deviasinya berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

Hasil pengujian statistik dengan uji t-menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris X 1 berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan ROA. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,129 0,05 dan nilai t hitung 1,535 t tabel 2,064.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yolanda 2013 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,433 a ,188 ,148 1,63429 a. Predictors: Constant, Komite Audit, Komisaris Independen, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Universitas Sumatera Utara Pada statistik deskriptif terlihat jelas bahwa nilai rata-rata dewan komisaris cukup banyak, yaitu sebanyak lima orang. Namun rata-rata jumlah dewan komisaris masih dibawah jumlah dewan direksi. Ukuran anggota dewan komisaris yang masih dibawah jumlah dewan direksi membuat tugas pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak maksimal dikarenakan jumlah dewan direksi dan dewan komisaris tidak sebanding. Ukuran dewan komisaris sebaiknya ditambah sebanyak jumlah dewan direksi atau lebih agar pengawasan menjadi lebih efektif. Dengan banyaknya jumlah anggota dewan komisaris, maka pengawasan terhadap dewan direksi menjadi jauh lebih baik, nasehat dan masukan untuk dewan direksi pun menjadi lebih banyak. Sehingga kinerja dari manajemen menjadi lebih baik dan meningkatnya kinerja perusahaan.Hal ini diperkuat dengan penelitian Chtourou et al 2001 yang menyatakan bahwa dengan jumlah dewan yang semakin besar maka mekanisme monitoring manjemen perusahaan akan semakin baik. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Bambang Listyo Purno 2013 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan CFROA. Dewan komisaris akan lebih efektif dalam menjalankan tugasnya apabila jumlahnya tidak melebihi tujuh atau delapan orang. Semakin besar ukuran dewan komisaris maka akan semakin besar kecurangan dalam pelaporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Jensen 1993 dan Yemarck 1996 dalam Wardhani 2007 menyebutkan bahwa kerugian dari jumlah personil dewan komisaris yang besar berkaitan dengan dua hal, yaitu; dengan meningkatnya jumlah personel dewan komisaris dan turunnya kemampuan mereka dalam mengendalikan manajemen maka akan meningkatkan Universitas Sumatera Utara permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi. Sehingga, menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol. Pleffer Salancik 1978 dalam Wardhani 2007 juga menjelaskan bahwa peningkatan kebutuhan akan personel komisaris yang besar disebabkan oleh semakin besarnya kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif. Semakin besar perusahaan, maka kebutuhan akan dewan komisaris juga semakin tinggi. Walaupun belum menunjukkan hasil yang signifikan, ukuran dewan komisaris perlu diperhatikan. Tidak hanya ukuran dewan komisaris saja yang perlu diperhatikan, namun keefektifan seorang dewan komisaris juga perlu diperhatikan.Efektif atau tidaknya seorang dewan komisaris dapat dilihat dari kinerja keuangan ROA yang menunjukkan kinerja yang bagus. Hasil pengujian statistik dengan uji t-menunjukkan bahwa variabel dewan direksi X 2 secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan ROA. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,073 0,05 dan nilai t hitung 1,814 t tabel 2,064.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bambang Listyo Purno 2013 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Namun, penelitian ini tidak mendukung dengan hasil penelitian Dwipayana Danil Peruno 2015 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Dewan direksi dikatakan berpengaruh positif Berdasarkan hasil statistik deskriptif, nilai rata-rata dewan direksi cukup banyak, yaitu sebanyak tujuh orang. Jumlah direksi yang banyak akan membuat kinerja lebih baik karena dengan Universitas Sumatera Utara jumlah yang banyak, akan mempermudah dewan direksi memonitoring tindakan top manajemen dalam melakukan tindakan manipulasi laba atau kecurangan dalam laporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Pleffer Salancik 1978 bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi. Selain itu ujung tombak dari efektivitas serta efisiensi perusahaan bergantung pada mekanisme pengelolaan manajemen perusahaan yang menjadi tugas dari direksi. Baik atau buruknya kinerja akan bergantung pada kemampuan dewan direksi sebagai resource perusahaan secara lebih baik. Untuk mendapatkan kinerja yang baik dibutuhkan independensi dewan direksi. Pada penelitian ini, proporsi saham yang dimiliki oleh anggota direksi baik secara sendiri-sendiri atau bersama samatidak melebihi 25 dua puluh lima persen, sehingga dewan direksi akan lebih independen dalam menjalankan perusahaan dan disusul dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Pada penelitian ini, nilai rata-rata proporsi dewan komisaris independen X 3 sudah memenuhi kriteria, yaitu sebesar 59,33 dari jumlah dewan komisaris yang ada. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,254 0,05 dan nilai t hitung 1,150 t tabel 2,064. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyarini dan Lilik Purwanti 2014 dan diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Coller dan Gregory dalam Tetty Sulistiyo Rini 2009 Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka semakin mudah untuk mengendalikan dan memonitor kegiatan perusahaan. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wulandari 2006, Darwis 2009 dan Romano et al. 2012 menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut Darwis 2009 keberadaan komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja sehingga keberadaan komisaris independen ini tidak untuk menjalankan fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan independensinya untuk mengawasi kebijakan direksi. Kondisi ini dipertegas dengan adanya hasil survey Asian Development Bank dalam Gideon Boediono 2005 yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Berdasarkan hal-hal tersebut, diduga komisaris independen tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Padahal, proporsi dewan komisaris independen pada hasil penelitian ini sudah memenuhi kriteria sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Komite Audit X 4 merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di BEI memiliki kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah satu tugasnya berkaitan dengan audit eksternal yang berhubungan dengan audit internal dan pengendalian internal. Karena berbicara mengenai internal Universitas Sumatera Utara perusahaan, maka anggota komite audit diambil dari luar yang disebut dengan pihak independen. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,335 0,05 dan nilai t hitung 0,970 t tabel 2,064. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifiningtiyas 2014 dan diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Siallagan dan Machfoedz dalam Ekowati Dyah Lestari 2011 yang menyatakan bahwa keberadaan Komite Audit secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keberadaan Komite Audit dilihat efektif dalam mengurangi perilaku disfungsional yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham, baik itu pemegang saham pengendali maupun pemegang saham minoritas, dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekanisme good corporate governance mampu mengurangi tindakan manipulasi laba oleh manajemen. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, komite audit yang berasal dari luar minimal sebesar 51 dari jumlah komite audit. Pada penelitian ini, nilai rata-rata untuk variabel komite audit sudah memenuhi kriteria, yaitu sebesar 58,89 dari jumlah komite audit yang ada. Jumlah komite audit yang memenuhi kriteria tidak menjamin kefektifan kinerja komite audit dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja keuangan perusahaan. hal ini terbukti Universitas Sumatera Utara dari hasil penelitian yang menyatakan komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa mekanisme GCG yang meliputi ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen dan komite audit secara parsial sendiri-sendiri berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Pada penelitian ini masing-masing variabel tidak dapat menunjukkan hasil yang signifikan karena dipengaruhi nilai ROA yang tidak bagus. Dapat dilihat dari hasil statistik deskriptif yang menunjukkan nilai minium ROA bernilai negatif, yaitu -7,58. Nilai ROA ini diperoleh dari Bank Century Intervest Corp Tbk pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 nilai ROA dari bank ini naik, tetapi masih menunjukkan nilai negatif, yaitu -4,96. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari nilai ROA suatu perusahaan. ROA bernilai positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, ROA bernilai negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan, dengan kata lain perusahaan merugi. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini menyatakan bahwa mekanisme GCG yang meliputi ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen dan komite audit secara parsial sendiri-sendiri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa mekanisme GCG yang meliputi ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen dan komite audit secara simultan serempak berpengaruh positif dan Universitas Sumatera Utara signifikan terhadap kinerja keuangan ROA. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai nilai F hitung F tabel 4,742 2,76 dan nilai signifikansi 0,002 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang Listyo Purno 2013, Candra Riqi Triwinasis 2013 dan Dwipayana Danil Peruno 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya mekanisme GCGpada suatu perusahaan maka kecurangan- kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajer akan berkurang denganadanya pengawasan dari dewan komisaris sehingga manajer bekerja secara efektif dan efisien. Dalam penelitian lain, Irmala Sari 2010 menegaskan bahwa “lembaga perbankan sebenarnya telah memiliki kontribusi positif untuk kinerja perusahaan yang menunjukkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memecahkan masalah agency khususnya perusahaan perbankan”. Mekanisme GCG juga akan membuat investor memberikan respon yang positif terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian mekanisme GCG di perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Universitas Sumatera Utara 68

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 14 22

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012.

1 8 16

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 12

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

1 1 10

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 23

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

2 5 4

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 12

ABSTRAK PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11