11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dalam mengelola suatu organisasi atau perusahaan mulai dari
tahap perencanaan sampai tahap evaluasi dan perbuatan dalam situasi tertentu, dimana setiap sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan Riani,
2007:9. Konsep kinerja keuangan menurut Indriyo Gitosudarno dan Basri 2002:275 adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang
dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Untuk mencapai kinerja perusahaan yang baik, perusahaan perlu
mengelola setiap faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien. Faktor produksi merupakan sumber daya yang digunakan oleh perusahaan dalam proses
produksi barang dan jasa. Salah satu faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan yaitu sumber daya manusia. Manusia merupakan faktor produksi
yang sulit untuk dikendalikan dan keinginannya sulit diintegrasikan karena dalam diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda.
Salah satu penghambat tercapainya tujuan perusahaan adalah karena terdapatnya perbedaan kepentingan antara pihak-pihak dalam suatu perusahaan,
hal ini disebut dengan teori keagenan Agency Theory. Agency Theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan pemegang saham menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional disebut agents yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya
pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan
Universitas Sumatera Utara
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang sefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Mereka,
para tenaga-tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan, sehingga dalam
hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agents-nya pemegang saham. Namun, pada sisi lain pemisahan seperti ini memiliki segi negatifnya.
Adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarahkan pada proses memaksimalkan kepentingan
pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang ditanggung oleh pemilik perusahaan. Lebih lanjut pemisahan ini dapat pula menimbulkan kurangnya
transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan yang ada, misalnya antara pemegang saham
dengan pengelola manajemen perusahaan dan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.
Dalam perspektif agency theory, agen manajer mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahan dan mengambil keputusan. Masalah keagenan muncul
akibat adanya konflik kepentingan antara agen dengan principal yang ingin memperoleh return maksimal. Manajer seharusnya mengelola perusahaan dengan
baik agar kepentingan principal menjadi optimal, namun kenyataannya manajer lebih mengedepankan kepentingannya sendiri yang disebut dengan tindakan
moral hazard. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk memberikan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan
sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya.
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yang menunjukkan kinerja keuangan yang telah dicapainya. Kinerja
keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Efektivitas apabila manajemen
memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai ratio
perbandingan antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal. Ada kalanya kinerja keuangan mengalami
penurunan. Untuk memperbaiki hal tersebut, salah satu caranya adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio
keuangan. Ross et al., 2009:78 menyatakan bahwa rasio merupakan cara untuk membandingkan dan menyelidiki hubungan yang ada diantara berbagai bagian
informasi keuangan. Rasio yang umum digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
1. Rasio likuiditas, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo Raharjaputra, 2011:199.
2. Rasio solvabilitas atau yang lebih dikenal dengan rasio leverage adalah
rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri shareholders equity yang telah
disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur creditors Raharjaputra, 2011:200.
3. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan para eksekutif
perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
Universitas Sumatera Utara
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri shareholders equity Raharjaputra, 2011:205.
Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode
berikutnya dan dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap
periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada pada stakeholder.
2.1.1 Return On Assets ROA
Return On Assets ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini yang paling sering disoroti, karena mampu
menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. Lebih khusus menurut Gilbert Syofyan, 2003 ukuran profitabilitas yang tepat dalam menilai
kinerja industri perbankan adalah ROA. ROAdigunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset. Hal tersebut membuktikan bahwa suatu bank semakin produktif.
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio ROA sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian
Universitas Sumatera Utara
diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari
modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Home dan Wachowicz
2005:235, “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang
diivestasikan”. Home dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
ROA =
Laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa
Total aktiva
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “ Nilai ini
mencerminkan pengembalian perusahan dari seluruh aktiva atau pendanaan yang diberikan pada perusahaan” Wild, Subramanyam dan Halsey, 2005:65.
2.2 Good Corporate Governance