Anatomi Telinga Tengah TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 2.1. Gambaran antomi telinga secara umum Sumber : Ballenger’s Otholaryngology Head and Neck Surgery Ed.16 Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi untuk menggetarkan membran timpani ke perilimfa telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang dengan antrum mastoideum Snell, 2006. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari meningens dan lobus temporalis otak didalam fossa cranii media Snell, 2006. Universitas Sumatera Utara Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian digantikan dengan jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dengan bulbus superior V. jugularis interna Snell, 2006. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari arteri karotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari 2 buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba Esutachius, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk m. Tensor timpani. Septum tulang yang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat Snell, 2006. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang yang tidak beraturan, yaitu auditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar m. Stapedius Snell, 2006. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani. Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membrana ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahata otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancarkan ke anterior dan inferior umbo Snell, 2006. Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, di bagian atasnya terdapat incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica malearis anterior dan posterior, yang menuju prosesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi plica –plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian yang lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrana Universitas Sumatera Utara timpani oleh membrana mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n. Auriculotemporalis dan ramus auricularis n. Vagus Snell, 2006. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama koklea yang ada di bawahnya. Di atas dan di belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedius. Pada sisi medial fenestra terdapat skala vestibuli perilimfa telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra koklea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana timpani sekundaria. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilimfa ujung buntu skala timpani Snell, 2006. Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenetsra vestibuli. Tonjolan ini menyokong m. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut prosesus kokleariformis. Di sekeliling takik ini tendon m. Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei Snell, 2006. Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia kanalis nervus fasialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang pyramis Snell, 2006. Tulang- tulang pendengaran terdiri dari malleus, incus, dan stapes. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri dari caput, collum, prosesus longum aau manubrium, sebuah prosesus anterior dan prosesus lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat erat dengan membran timpani, sehingga manubrium ini dapat dilihat pada saat pemeriksaan dengan otoskop Snell, 2006. Universitas Sumatera Utara Incus mempunyai corpus yang besar dan dua krus, corpusnya berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Sedangkan crusnya dibagi dua, yaitu crus longum dan crus breve. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Pinggir basis dari stapes akan melekat dengan pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare Snell, 2006. Otot-otot penggerak tulang pendengaran terdiri dari m. Tensor timpani dan m. Stapedius. M. Tensor timpani berfungsi secara refleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan membran timpani dan dipersarafi oleh cabang n. Trigeminus. M. Stapedius berfungsi secara refleks meredam getaran stapes dengan menarik kolumnanya dan otot ini dipersarafi oleh n. Fasialis Snell, 2006. Tuba Eustachius, terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba berhubungan dengan nasofaring dengan berjalan melalui pinggir atas m. Konstriktor faringes superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan nasofaring Snell, 2006. Antrum mastoideum terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus. Diameter auditus lebih kurang 1 cm Snell, 2006. Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad antrum. Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan serebelum. Dinding inferior berlubang – lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semcisirkularis posterior Snell, 2006. Cellulae mastoideum adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan dengan antrum dan kavum timpani. Rongga – rongga ini dilapisi oleh membrana mukosa Snell, 2006. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Tulang temporal kanan, gambaran lateral. Sumber : Ballenger’s Otholaryngology Head and Neck Surgery Ed.16 2.2 Otitis Media Supuratif Kronik OMSK 2.2.1 Definisi