komplikasi lainnya yang muncul adalah tromboflebitis sinus lateralis sebanyak 1 orang 2,6 dan meningitis+subdural empiema 1 orang 2,6. Komplikasi
intrakranial lainnya seperti abses otak dan hidrosefalus otitis tidak ditemukan pada penelitian ini.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan diperoleh data dengan cara observasi rekam medis menggunakan tabel
checklist mengenai prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi. Data tersebut dijadikan dasar dalam melakukan pembahasan dan dijabarkan sebagai berikut.
5.2.1. Prevalensi OMSK Tipe Bahaya
Sebanyak 39 dari 53 pasien OMSK tipe bahaya pada penelitian ini menderita komplikasi, yaitu 34 orang 87,2 yang menderita komplikasi tunggal, yaitu
komplikasi intratemporal, dan yang menderita 2 komplikasi sekaligus majemuk sebanyak 5 orang 12,8, yaitu intratemporal + ekstratemporal 1 orang 2,6 dan
intratemporal + intrakranial 4 orang 10,2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dubey pada tahun 2009 di RS. Port Moresby Papua, didapatkan 70 kasus OMSK
tipe bahaya, 47 orang 67 menderita komplikasi tunggal, yaitu dengan rinician 8 orang 11 yang menderita komplikasi intrakranial dan 39 orang 56 yang
menderita komplikasi ekstrakranial. Jumlah penderita yang mengalami 2 komplikasi sekaligus majemuk adalah 23 orang 33. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Dubey pembagian komplikasinya adalah intrakranial dan ekstrakranial, yang mana ekstrakranial sama dengan intretemporal dan ekstratemporal.
Dari data diatas, dapat dilihat penderita OMSK tipe bahaya di Papua, New Guinea lebih banyak yaitu 70 orang, sedangkan di RSUP H. Adam Malik berjumlah
39 orang. Komplikasi tunggal lebih sering dijumpai pada kedua penelitian, 67 pada penelitian Dubey dan 87,2 pada penelitian ini. Komplikasi majemuk lebih jarang
dijumpai pada penelitian ini, yaitu hanya 12,8 sedangkan pada penelitian Dubey sebanyak 33. Terdapatnya kasus OMSK tipe bahaya dengan komplikasi yang lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi di RS. Port Moresby Papua, New Guinea dibandingkan penelitian ini kemungkinan dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan di Papua yang menyebabkan
kasus OMSK tipe bahaya sulit ditangani dengan cepat sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi atau dikarenakan pendataan surveilans yang lebih baik di RS.
Port Moresby daripada di RSUP H. Adam Malik Medan sehingga lebih banyak kasus yang tercatat. Dari hasil penelitian dapat dihitung prevalensi OMSK tipe bahaya
berkomplikasi terhadap populasi OMSK tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 sampai dengan 2013 dengan rumus berikut
5.2.2. Distribusi Frekuensi Komplikasi OMSK Tipe Bahaya
Dari hasil penelitian didapatkan komplikasi yang paling sering muncul adalah komplikasi intratemporal. Komplikasi intratemporal yang paling sering diderita
adalah mastoiditis sebanyak 26 orang 66,7, kemudian mastoiditis + labirinitis sebanyak 10 orang 25,6, dan mastoiditis + paresis nervus fasialis sebanyak 3
orang 7,7. Dari data diatas, dapat dilihat komplikasi intratemporal yang paling sering
dijumpai pada pasien OMSK tipe bahaya adalah mastoiditis, karena semua pasien OMSK tipe bahaya berkomplikasi yang sebanyak 39 orang 9100 menderita
mastoiditis, kemudian diikuti labirinitis 10 orang 25,6 dan, paresis nervus fasialis 3 orang 7,7. Sangat jarang dijumpai komplikasi intratemporal yang hanya 1 jenis
saja dalam penelitian ini, hampir semua pasien OMSK tipe bahaya ini memiliki komplikasi intratemporal yang majemuk multikomplikasi.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pallegrini 2011 di Argentina dengan 17 orang sampel, didapatkan komplikasi intratemporal yang paling sering
dijumpai adalah mastoiditis yaitu sebanyak 9 orang 52,9, kemudian komplikasi labirinitis sebanyak 7 orang 41,2 dan paresis nervus fasialis sebanyak 1 orang
Prevalensi OMSK tipe bahaya berkomplikasi : Sampel yang berkomplikasi
= 39 = 0,735 x 100 = 73,5 Populasi total OMSK tipe bahaya
53
Universitas Sumatera Utara
5,9. Petrositis yang juga merupakan salah satu komplikasi intratemporal OMSK tipe bahaya juga, tetapi tidak ditemukan di penelitian tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Pallegrini menyimpulkan mastoiditis sebagai komplikasi intratemporal yang tersering, sejalan dengan penelitian ini, dimana
komplikasi intratemporal tersering juga mastoiditis. Kasus mastoiditis pada penelitian ini lebih sering dijumpai dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pallegrini, kemungkinan dikarenakan sudah lebih baiknya kesadaran penderita OMSK tipe bahaya di Argentina, untuk segera memeriksakan dirinya saat tanda
– tanda awal OMSK sudah muncul sehingga komplikasi mastoiditis tidak banyak
ditemukan, begitu pula dengan labirinitis dan paresis nervus fasialis yang juga lebih sering dijumpai pada penelitian ini.
Adanya kejadian komplikasi intratemporal majemuk pada penelitian ini dikarenakan sawar perlindungan dari setiap struktur yang ada di telinga tengah telah
terlampaui sehingga sangat mungkin untuk terjadi komplikasi yang banyak pada satu orang. Pada penderita OMSK tipe bahaya saat belum terjadi komplikasi berarti sawar
perlindungan masih utuh dan belum rusak. Menurut Helmi 2007 sawar perlindungan pada telinga tengah yang pertama adalah mukosa kavum timpani,
apabila sawar perlindungan ini rusak maka akan ada perlindungan selanjutnya yaitu tulang kavum timpani dan tulang mastoid, apabila sawar ini juga rusak maka akan
menyebabkan seluruh struktur telinga di intretamporal seperti labirin, tulang mastoid, nervus fasialis, dan tulang petrous akan terkena penyebaran penyakit sehingga
muncul komplikasi intratemporal. Pada komplikasi ekstratemporal dapat terjadi abses subperiosteal Bezold, di
penelitian ini terdapat 1 orang 2,6 yang menderita abses Bezold, pasien tersebut juga menderita komplikasi intratemporal. Menurut Doan 2003, tidak banyak lagi
kasus abses Bezold ini ditemukan karena penggunaan antibiotik yang sudah luas pada saat ini, laporan kasus abses Bezold di Inggris dari tahun 1966 sampai 2001 hanya
mencapai 27 kasus, karena itu sangat jarang ditemukannya kasus abses Bezold pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini mendapatkan komplikasi ekstratemporal yang bersamaan dengan komplikasi intrakranial, hal tersebut terjadi dikarenakan telah rusaknya
pembatas subperisoteal dengan struktur di telinga tengah, pada saat pus hasil infeksi OMSK sudah menyebar ke tulang mastoid, dan menembus ujung prosesus
mastoideus maka pus akan mempunyai jalan untuk menyebar ke struktur leher dan akhirnya akan menyebabkan pus ini terkumpul dan membentuk abses
subperiotealBezold Gross,2010, karena itu sesuai dengan penelitian ini pada penderita komplikasi ekstratemporal juga terdapat komplikasi intratemporal.
Komplikasi intrakranial
meliputi meningitis,
subdural empiema,
tromboflebitis sinus lateralis, hidrosefalus otitis, dan abses otak. Pada penelitian ini ditemukan 4 pasien dengan komplikasi intrakranial, yaitu 2 orang 5 yang
menderita meningitis, 1 orang 2,6 dengan tromboflebitis sinus lateralis dan 1 orang 2,6 dengan meningitis + subdural empiema, sedangkan untuk komplikasi
intrakranial lainnya seperti hidrosefalus otitis dan abses otak tidak dijumpai. Semua pasien yang menderita komplikasi intrakranial juga menderita komplikasi
intratemporal. Penelitian yang dilakukan oleh Dubey 2009, ditemukan komplikasi intrakranial yang paling sering dijumpai adalah meningitis yaitu sebanyak 13 orang
19, kemudian tromboflebitis sinus lateralis 10 orang 14 dan abses otak 6 orang
9 dan
sisanya menderita
komplikasi ekstrakranial
intratemporalekstratemporal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dubey tersebut, komplikasi intrakranial yang paling sering dijumpai pada penelitian ini
adalah meningitis, lebih tingginya kasus komplikasi intrakranial pada penelitian yang dilakukan oleh Dubey, kemungkinan dikarenakan penanganan OMSK tipe bahaya
yang terlambat sehingga terjadi penyebaran penyakit ke dalam struktur intrakranial. Munculnya komplikasi intrakranial yang bersamaan dengan intratemporal
pada penelitian ini dikarenakan setelah infeksi menembus beberapa sawar perlindungan pada telinga tengah, maka infeksi dapat menyebar ke arah kranial
sehingga menyebabkan munculnya komplikasi intrakranial Helmi,2007 , karena itu
Universitas Sumatera Utara
pada penelitian ini seluruh pasien yang menderita komplikasi intrakranial juga menderita komplikasi intratemporal.
Secara keseluruhan dari penelitian ini, didapatkan angka frekuensi yang bervariasi dari setiap penelitian, perbedaan angka frekuensi pada setiap komplikasi
OMSK tipe bahaya tersebut kemungkinan dikarenakan kurangnya kesadaran pasien untuk segera memeriksakan dirinya saat tanda-tanda OMSK mulai muncul dan
beberapa dari mereka melakukan pengobatan sendiri dengan obat – obatan tradisional
selama bertahun – tahun, sehingga komplikasi OMSK tipe bahaya tidak dapat
dicegah dari awal. Hal tersebut terdapat di riwayat anamnesa dan pengobatan yang tercatat di rekam medis pasien.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN