Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja

perhatian, dan mudah melupakan sesuatu. Pada jam kerja lembur operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi tidak melakukan kerja khusus, dan tetap melaksanakan pekerjaan seperti biasanya, adapun tugas operator unit Instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi yaitu: a Pengendalian Distribusi b Pengendalian Netralisasi c Pengendalian Chlorinasi d Pengendalian Filter. e Pengendalian Clarifier f Pengendalian Koagulasi g Pengendalian Intake dan RWT Operator bertugas mengawasi, mencatat dan membuat laporan hal ini menimbulkan rasa bosan karena pekerjaan yang hanya terlalu monoton.Kejadian tersebut sesuai dengan pendapat Wignjosoebroto 2000 yang menjelaskan bahwa lelah monotonis yang dirasakan disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat monoton atau lingkungan kerja yang sangat menejmukan serta pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan skill. Akibat dari monotonnya pekerjaan yang dijalani, operator mengaku sering menguap dan mengantuk.

5.2 Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja

Pada hasil uji chi square antara shift kerja dengan kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,005 dimana p 0,05, berdasarkan perhitungan di atas menunjukan bahwa X 2 hitung 8.067 X 2 tabel 7.879 hal ini berarti Ho ditolak yang menyatakan ada hubungan jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan kerja pada operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi. Adanya hubungan antara jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan kerja ini disebabkan karena terganggunya waktu tidur pada malam hari yang mengakibatkan operator sering merasa mengantuk dan ingin Universitas Sumatera Utara berbaring, serta waktu siang yang tidak bisa dimanfaatkan dengan baik untuk tidur karena adanya gangguan-gangguan dari lingkungan sekitar. Selanjutnya tanggung jawab yang harus dijalani pada malam hari juga menimbulkan beban kerja khususnya beban psikologi yang berdampak pada timbulnya stress yang salah satu akibatnya dapat menyebabkan terjadinya kelelahan karena harus selalu memonitor proses pengolahan air menuntut operator untuk selalu siaga untuk melakukan penjagaan. Keadaan irama sirkadian yang terganggu pada malam hari juga menjadi penyebab timbulnya kelelahan pada operator karena fungsi tubuh yang tidak sesuai dimana tubuh beraktivitas pada malam hari dan istirahat pada siang hari. Irama sirkadian yang di maksud menurut Winarsunu 2008 yang menjelaskan bahwa selama 24 jam tubuh mempunya 2 fase, yaitu fase ergotrophic dimana pada siang hari semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan, serta fase trophotropic dimana pada malam hari tubuh melakukan pembaharuan cadangan energy atau penguatan kembali. Seluruh pekerja yang melakukan lembur yaitu pada waktu malam hari dan hingga waktu pagi hari, ini dapat dikaitkan dengan sistem kerja shift yang juga dilaksanakan pada malam hari. Menurut Setyawati 2010, shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan irama sirkadian Circadian rhythm pada beberapa penelitian mengenai circadian rhythm, bekerja pada malam hari akan menimbulkan kondisi produktivitas kerja rendah, menimbulkan gangguan kesehatan, gangguan pola tidur, mudah lelah serta gangguan kesehatan lainya. Menurut Pulat dalam Setyawati 2010, Pengaruh shift kerja malam hari berpengaruh terhadap berkurangnya kapasitas kerja fisik saat bekerja. Terlebih pada shift malam membuat tidak adanya kesempatan untuk tidur pada malam hari. Sementara itu kualitas tidur pada siang hari tidak akan sebaik pada tidur malam. Hal Universitas Sumatera Utara ini juga akan diperburuk dengan adanya kegiatan pada siang hari, terutama pada pada pekerja yang telah menikah. Hal ini terlihat pada jawaban responden pada pertanyaan nomor 15 dimana responden sudah merasa lelah sebelum bekerja. Hasilnya pemulihan kembali kondisi tubuh tidak akan optimal. Jika hal tersebut terakumulasi hingga waktu yang lama maka akan berpengaruh dengan kelelahan pekerja. Selain itu penelitian yang dilakukan Ummul et. al. 2012 pada pekerja kereta api menyatakan bahwa dari 6 gejala stress utama yang dipelajari, kelelahan berada pada peringkat pertama pada pekerja shift kereta api. Selanjutnya, hal ini juga didukung oleh pendapat Mohren yang dikutip oleh Ummul et. al. 2012 yang mengatakan bahwa shift kerja memiliki prevalensi lebih tinggi secara signifikan terhadap terjadinya kelelahan. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN