10
akan menimbulkan biaya keagenan yang harus dikeluarkan perusahaan sehingga biaya untuk mengurangi kerugian karena ketidakpatuhan setara dengan
peningkatan biaya enforcement-nya. Menurut Jensen dan Meckling 1976 biaya keagenan yang timbul terdiri dari:
1. The monitoring expenditure by the principle monitoring cost, yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi perilaku
dari agent dalam mengelola perusahaan. 2. The bounding expenditure by the agent bounding cost, yaitu biaya yang
dikeluarkan oleh agent untuk menjamin bahwa agent bertindak untuk kepentingan principal.
3. The residual loss, yaitu nilai kerugian yang dialami principal akibat keputusan yang diambil oleh agent, yang menyimpang dari keputusan
yang dibuat oleh principal. Dengan adanya GCG, diharapkan pihak manajemen dapat memenuhi
tanggung jawabnya sehubungan dengan kepentingan pemegang saham.
2.2. Good Corporate Governance GCG 2.2.1. Pengertian Good Corporate Governance GCG
Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Adapun Daniri 2005
peningkatan biaya enforcemen en
t t
n -nya. Menuru
ru t
t Je
J nsen dan Meckling 1976 biaya
keagenan yang timb b
ul ul terdiri dari:
1. Th Th
e e monitoring
g expendi
di tu
ure re b
b y
y th th
e e pr
p in
in ci
i pl
pl e monitoring
g c
c ost, yaitu biaya
pengaw aw
asan y
yan an
g dikeluarkan oleh principa a
l l
untuk k
mengawa asi perilaku
l l
da dari
ri ag
ag ent da
da la
la m mengelola pe
ru sahaan.
2. 2.
The bo bo
un ding
e xpenditure by
th e agent
t bounding c os
ost, y y
ai ai
tu tu
b bi
iaya y a
ang di
di k
kelu arkan oleh
ag ent unt
uk menjami
n bahwa
t agent
b b
erti ti
nd ndak
ak u
u ntuk
k t
ke pe
nt ingan principa
l. 3.
. The residu
al l
os s
, ya
it u
ni lai
ke ru
gian y an
g dialami pr
in ci
c pal aki
i ba
ba t
l keputusan yang dia
mb il oleh agent
, yang menyimpang da ri
i kep p
u utusan
n yang d
d ib
ib ua
ua t
t ol
eh pr p
inci i
pa pal.
Dengan adanya GCG, diharapkan pihak manajemen dapat me me
me me
nu nu
h hi
ta tang
ng gu
gung ng
j j
aw aw
ab ab
ny ny
a a
se se
hu hu
bu bu
ng ng
an an d
d en
en ga
g n ke
ke pe
pe nt
nt in
inga ga
n n
pe pe
me me
ga ga
ng ng
s s
ah ah
am am.
.
2.2. Good Corporate Governanc c
e GCG 2.2.1. Pengertian Good Corpora
ate Gover r
n nance GCG
Menurut Komite Cadburry, GCG
G adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar menc
n apai keseimbangan antara kekuatan serta
11
menyatakan bahwa GCG adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan direksi, dewan komisaris, RUPS guna
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan tentang peran dewan komisaris, direksi, Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dan para
stakeholder lainnya. 2. Suatu sistem check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.
2.2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG
Dalam penerapan GCG terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar GCG dapat terlaksana dengan baik. Prinsip-prinsip GCG diperlukan
untuk mencapai kesinambungan usaha sustainability perusahaan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan stakeholders. Secara umum ada lima
prinsip dasar dalam GCG menurut KNKG 2006, yakni: transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness.
memberikan nilai tambah ke ke
pa pa
d da pemegan
ang g
saham secara berkesinambungan dalam jangka panja
ja n
ng, dengan tetap memperhatikan k
k epentingan stakeholders
lainnya, berla la
n ndaskan peraturan
n p
peru ru
nd n
an an
ga ga
n n
da a
n n
norma yang b b
er erlaku. Dari definisi
di atas d dapat disimpul
ul ka
ka n
n ba
b hwa GCG merupa
ka ka
n: n:
1. Su Su
at at
u u
strukt kt
u ur
yang mengatur pola hu bu
ng ngan
a ten
nta tang
ng peran
d d
ewan ko
k mi
i s
sa ri
s, dir ek
si, Rapat Umum Pemegan g
Saha m
m RUP UP
S S
d an p
p ara
st t
a akeh
older lainny a.
2. Suat
u sistem check an
d bala
nc e
men ca
ku p perimbanga
n ke
w wena
a ng
ngan an
atas pengendali
an per
usahaa n
ya ng
d ap
at memba
tasi munculnya
d dua peluang
ng :
pengelolaan yang sal ah dan penyalahg
unaan aset perusahaan. 3.
Suat u
pr pr
o oses y
y ang
g tr
tr an
a sparan
a atas pe
p nentua
uan n
tu ju
an perusahaa
aa n,
n, pencapaian, dan pengukuran k
k in
in erjanya.
2. 2.
2. 2.2.
2 Pr
Pr in
in si
si p-
p pr
pr in
in si
si p
p Go
Go od
od C
C orporate Gover
er na
na nc
nc e
e G
G CG
CG
Dalam pe pe
ne ne
ra rapa
pa n
n G
G CG
C ter
er da
da pa
pa t bebe
be ra
ra pa
pa p
ri ri
ns nsip
ip -p
p rinsip
p y
y an
an g
g harus dipenuhi
hi a
a ga
ga r
r G
GCG dapat terlaksan na denga
gan baik. Prinsip-prin i
si si
p p
GC GC
G diperlukan
untuk mencapai kesinambungan n usaha su
s stainability perusahaan dengan tetap
memperhatikan pemangku kepen nti
t ngan
s stakeholders. Secara umum ada lima
prinsip dasar dalam GCG menu urut
t KNKG 2006, yakni: transparency,
12
1. Transparency Keterbukaan Informasi Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukan informasi, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Informasi material dan relevan adalah
informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan tersebut, atau yang mempengaruhi secara signifikan risiko serta prospek
usaha perusahaan yang bersangkutan. 2. Accountability Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Dalam hal ini, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibility Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku dalam hal ini termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan
lingkungan hidup, kesehatankeselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
pengambilan kepu u
tu tu
s san maupun dalam m
m en
en gu
g ngkapkan informasi material
dan releva va
n n mengenai p
p erusahaan. Informasi mat
t er
erial dan relevan adalah info
fo r
rmasi yang dap p
at mem em
pe p
ng n
ar aruh
uh i
i na
naik ik
t t
ur ur
unnya harga sa saham perusahaan
tersebut ut
, , atau y
y an
a g memp
p enga
g ruhi secara si
i gn
gnifikan n
risiko se ert
rt a prospek
us us
ah ah
a a
pe p
rusa a
ha ha
an yang bersangkutan.
2. 2.
Ac A
cou un
ta bility Akuntabilitas
Ak Ak
untabilitas ad al
ah kej
el as
an f un
gsi, struktur, siste
te m
m dan
n pe
rtangg un
gjawaban o rg
an p erus
ahaa n
sehingga p en
gelola an
n per r
us usah
ahaa a
n n
terlaksana sec ara
ef ek
tif. Dalam
h al
i ni
, pe
ru sa
haan harus d ik
k elola se
c cara
a benar, t
eruk ur dan
ses uai dengan kep
en ti
ngan p er
us ahaan
de deng
g a
an tet t
ap ap
memper hi
hi t
tu ng
k kan
ke ke
pe pe
nt nt
in i
gan pe
pe me
megang s
h aham dan peman
ngk gk
u u
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperluka ka
n un untu
tu k
me me
nc nc
ap ap
ai ai
k k
in in
er er
ja ja
y y
an an
g g be
be rk
rk es
e inam
m bu
bung ng
an an.
3. 3
Re Re
sp sp
on on
si sibi
bi l
lity ty
P Pertanggu
gungjawa w
ban n
Pertanggungjawaban peru usahaan ad
adalah kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap k korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Peratu
u r
ran yang berlaku dalam hal ini termasuk yang berkaitan dengan masala
lah h pajak, hubungan industrial, perlindungan
13
4. Independency Kemandirian Indepedensi atau kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Fairness Kesetaraan dan kewajaran
Fairness kesetaraan dan kewajaran didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup kejelasan hak pemodal, sistem hukum dan penegakan
peraturan untuk melindungi hak investor khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan seperti insider trading, fraud,
dilusi saham, KKN, dll.
2.2.3. Manfaat Good Corporate Governance GCG
Suatu perusahaan yang ingin menuai manfaat dari pasar modal atau jika ingin menarik modal jangka panjang, maka penerapan GCG secara konsisten dan
efektif akan mendukung tercapainya hal tersebut. Penerapan prinsip dan praktik GCG akan meningkatkan keyakinan investor terhadap perusahaan. Daniri 2005
menjelaskan bahwa manfaat dari GCG dalam perusahaan yakni sebagai berikut: 1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung
pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini dapat berupa kerugian yang ditanggung perusahaan
dikelola secara pr pr
of ofesional
ta np
np a
a benturan kepentingan dan
pengaruhtek k
a anan dari pihak manapun yang tid
d ak
ak sesuai dengan peraturan
perund ndang-undangan yan
n g be
be rl
r ak
ak u
u da
da n pr
pr insip-prinsip ko
korp rp
orasi yang sehat. 5. F
Fairness Kes s
et e
ar ar
aa aa
n dan kewajaran Fa
a ir
ir ne
ness ss
keseta ta
ra ra
an dan kewaj
ar an dide
fi fi
ni ni
si si
kan se e
ba ba
ga ga
i i
perlakua uan yang
ad ad
il il
dan n
s etar
a di dalam memenuhi hak-ha
k st
ak akeh
e ol
l de
de r
r y
y an
an g tim
mbul r
r berd
d as
arkan perjan ji
an serta per at
uran perun da
ngan yan g
be b
rlak k
u. u. F
Fairnes ss
ju u
ga mencakup keje la
san ha k
pemoda l,
sistem hukum da
dan pe pe
ne ne
ga ga
kan pe
raturan un
tu k
melind un
gi hak
i nv
es tor khus
us ny
a pe me
g gang saham
am minoritas dari ber
ba gai
be ntuk kec
ur anga
n seperti insider tr ad
ding, fr fraud
d, di
lusi s
ah am
, ,
KK KK
N N,
d d
ll ll.
.
2 2.2.3. Manfaat Good Corporate Gov
v er
e nance GCG
Su Su
at at
u u
pe pe
ru ru
sa sa
ha ha
an an
y y
an an
g g
ingin menuai m m
an an
fa fa
at at
d d
ar ar
i i
pa pa
sa sa
r r
m mo
da dal
l at
atau au
j jika
in ingi
gin n
me m
narik mo mo
da dal
l ja
jang ng
ka ka
p p
anjang ng
, , ma
ma k
ka p p
en en
er er
ap ap
an G
GCG CG
secara ko ko
ns nsi
iste ten dan
efektif ak
akan an
m mendukung tercapain
n ya
y hal
t tersebut. Penerapan p
p ri
ri n
ns i
ip dan praktik GCG akan meningkatkan keyaki
inan investo or terhadap perusahaan. Daniri 2005
menjelaskan bahwa manfaat dari G GCG dal
a am perusahaan yakni sebagai berikut:
1. Mengurangi agency cost, ya yai
itu suatu biaya yang harus ditanggung
14
sebagai akibat penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal cost of capital, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas
dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder pemangku kepentingan dalam lingkungan perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai
strategi serta kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena pada umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal
dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
Manfaat GCG bukan hanya untuk saat ini atau dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya
suatu perusahaan sekaligus pilar untuk memenangkan persaingan di era global.
2.2.4. Faktor-faktor Corporate Governance GCG
Dalam pelaksanaannya, GCG dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal Daniri, 2005. Faktor internal adalah faktor-faktor pendorong
keberhasilan pelaksanaan praktik GCG yang berasal dari dalam perusahaan, seperti terdapatnya budaya perusahaan corporate culture yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja di perusahaan, adanya berbagai peraturan 2. Mengurangi biaya m
m od
od l
al cost of f
ca ca
pi pi
tal, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
n p
perusahaan yang baik tadi menyeb ebab
a kan tingkat bunga atas
dana a
a a
t tau sumber daya ya
ya ng
g d
d ip
i in
in ja
ja m
m ol
l eh
e perusahaan se
e ma
m kin kecil seiring
d dengan turunny
ny a
a ti
i n
ngkat risiko perusah h
aa a
n. n.
3. Me e
ni ni
ng ng
ka ka
tkan n n
il il
ai ai s
aham perusahaan se ka
kali li
gu gu
s dapa pa
t me
me ni
n ngkatk
kan citra pe
pe ru
ru saha
a a
an di
ma ta publik da
la m
jangka panja ng
. 4
4. Men nc
iptakan duku ng
an para st ak
eholder pe
mangku k ep
penting ng
an an
dalam m
r li
ing ku
ngan perusahaa n
terh ad
ap keb
erad aan perusahaan
dan b b
er er
ba b
gai i
st rategi s
er ta
k ebijakan
yan g
di te
mp uh
perusahaa n,
karena pa d
da umumn n
ya ya
mereka mendapat ja mina
n bahwa me
re ka j
uga mendapat man fa
a at mak
k s
sima al
da ri
seg al
a ti
ti nd
nd ak
ak an
an dan operasi
i p
p er
er us
us ah
ah aa
a n
da la
m me
me nciptaka
ka n
n kemakmuran dan kesejahtera
aa an.
. Ma
Ma nf
nf aa
aa t
t GC
GC G
G bu
bu ka
ka n
n ha
ha ny
y a untuk saat i
i ni
ni a
a ta
ta u
u da
da la
la m
m ja
ja ng
ng ka
ka p
en n
de de
k, k, t
t et
et api
da dala
lam m
ja ja
ngka p p
an an
ja jang
ng d
ap ap
at at
m m
enja di
di p p
il ila
ar utama ma
p p
en en
du u
ku kung
ng tumbuh ke
ke mb
mb a
angnya suatu peru
sa sa
ha haan sekaligus pilar un
ntuk mem emenangkan persainga
a n
n di
di era global.
2.2.4. Faktor-faktor Corporate e Governan
nce GCG
Dalam pelaksanaannya, GC C
G G
dipe n
ngaruhi oleh 2 faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal Daniri, 2005. F
F ak
ak to
r internal adalah faktor-faktor pendorong
15
dan kebijakan yang mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG, adanya sistem audit yang efektif, adanya keterbukaan informasi bagi publik dll.
Adapun faktor eksternal adalah berbagai faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, seperti
sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin supremasi hukum yang konsisten dan efektif, adanya dukungan pelaksanaan GCG dari sektor
publiklembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Corporate Governance dan Clean Government menuju Good Government
Governance yang sebenarnya.
2.2.5. Sistem dan Mekanisme Corporate Governance
Secara umum terdapat 2 struktur kepengurusan perusahaan yakni one tier board system dan two tier board system. Pada perusahaan di Indonesia, umumnya
menganut two tier board system yang dimana terdiri dari dewan komisaris serta direksi yang mempunyai tugas, fungsi dan wewenang pengelolaan terpisah dari
dewan komisaris sebagai pengawas perusahaan. Menurut Bacon dan Brown dalam Daniri 2005, ada 3 karakteristik utama two tier board system, yaitu:
1. Struktur two tier board system memang benar-benar memisahkan antara fungsi, tugas dan wewenang dewan pengelola perusahaan dewan direksi
dengan dewan pengawas perusahaan dewan komisaris. 2. Pemisahan secara fisik antara tugas dan wewenang kedua dewan ini dapat
menghindari campur tangan dan tugas ganda. Adapun faktor ek
k st
st e
ernal adalah berbaga a
i i
faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
g sangat mempe p
ngaruhi keberhasilan p p
en en
erapan GCG, seperti sistem huk
k u
um yang g
baik sehin in
gg gg
a ma m
mp mpu
u me
menj nj
amin suprema masi hukum yang
konsis is
te n dan
n efek
k ti
ti f,
f adanya dukung
g an pelak
k sa
sa naan
n GCG
d d
ar a
i sektor pu
publiklem emba
baga ga
pem m
er er
i inta
han yang d ih
arapkan dapa t
t pu
p la m
m el
el ak
ak sa
s nakan
n Good
Corp por
or at
ate Go Go
ve rnan
ce dan Clean
Go vernment
m enuju
t Good
od G
G ov
o ernm
m en
e t
Go Gove
vernanc ce
yang sebenarn ya
.
2. 2.2
2.5. S
Si stem
da n Mekanism
e Corp
or ate Go
ve rnance
Secara umum te rdap
at 2
struktu r
kepe ng
ur us
an perusahaan
ya a
kni one t
tier er
bo boar
a d
sy stem d
an tw
o tier b oa
rd system. Pada
p erusahaan di
Indones ia
a, um umumny
ny a
a menganut two
ti tier
b b
oa d
rd sys s
te te
m m
y y
an a
g di di
ma mana
na t
ter di
di i
ri d
dar i
i d
dewan komisaris se se
r rt
a a
d ir
ir ek
e si yang mempunyai tugas, fungs
i dan wewenang pengelolaan terpi
pi s
sah h da
da ri
de dewa
wan n
ko ko
mi mi
sa sa
ri ri
s s
se se
ba ba
ga ga
i i
pe pe
ng ng
aw awas
as p
p erus
s ah
ah aa
aan n.
M M
en en
ur ur
ut ut
B B
ac ac
on on
d d
an an
B Bro
ro wn
wn d
da alam
Da Da
ni niri
ri 20
20 05
05 ,
, a a
da da
3 k
k ar
arakterist st
ik ik
utama m
two ti tier boa
rd rd
sy sy
st st
em em
, , ya
ya it
it u:
u: 1. Struktur two tier board
system mem emang benar-benar memisahkan antara
fungsi, tugas dan wewena nang dewan
n pengelola perusahaan dewan direksi dengan dewan pengawas pe
perusa h
haan dewan komisaris. 2. Pemisahan secara fisik antara
a t
tugas dan wewenang kedua dewan ini dapat
16
3. Dalam two tier board system ini dewan pengawas sama sekali tidak diberi wewenang untuk campur tangan dalam pengelolaan perusahaan. Dewan
pengawas perusahaan benar-benar didorong untuk melaksanakan tugas utamanya yakni dalam memberi pengawasan dan saran bagi direktur
lainnya. Pengawasan dalam perusahaan dilakukan oleh dewan komisaris dibantu
oleh komite-komite yang dibentuknya. Pada two tier board system semua komite diciptakan sebagai wahana penyeimbang bagi perusahaan untuk menjamin
perusahaan bisa dikelola dengan baik, efektif dan profesional. Menurut Barnhart dan Rosenstein 1998, mekanisme corporate governance dalam suatu perusahaan
dibagi menjadi dua yakni mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal merupakan yang berhubungan langsung dengan pengambilan
keputusan, seperti dewan direksi, dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif. Adapun mekanisme eksternal seperti pengendalian oleh
pasar dan level debt financing. Mekanisme corporate governance diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara agent dan principal sehingga
dapat berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan.
2.2.5.1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain Tarjo, 2008. Kepemilikan institusional biasanya memiliki porsi kepemilikan yang besar pada perusahaan sehingga
memiliki pengawasan yang lebih ketat terhadap pihak manajemen. pengawas perusahaa
a n
n be
benar-benar di
di do
d rong untuk melaksanakan tugas
utamanya y yakni dalam memberi pengawasan
n dan saran bagi direktur
lain n
n nya.
Pengaw w
as a
an d d
al al
a am perusahaan dilakukan ol
l eh
eh dew
w an
a komisar
aris dibantu ol
ol eh
kom m
it it
e e
-k -k
o omite ya
ya ng
dibentuknya .
Pada two tier b
b oa
o rd sys
ys te
te m
m semua k
k omite
dicipt pt
ak ak
an a
seb eb
ag ai w
ah ana penyei
mb ang bagi p
er usah
aa a
n n
un ntu
tuk k
menjam min
pe eru
rusa s
haan an
b is
a dikelola den
gan baik ,
efektif da n
pr ofesional.
M M
en e
ur ur
ut ut
B B
ar ar
nhar r
t da
da n
n Ros
se ns
tein 1998, mekan
is me co
rp orate
go ve
rnance dalam sua t
tu per er
us s
ah a
aan dibagi
menjadi dua y
ak ni m
ek an
isme i nternal
da n
mekanism e
e ekstern na
l l.
Me M
kan ni
sme internal merupakan yang berh
ub un
ga n langsung dengan
p pengam
ambilan n
keputusa n,
s ep
p er
er ti
ti d
dewan direk k
si si,
, dewan ko
komisaris, ,
kep ep
em em
il il
ikan m
anajerial da dan
n ko
kompensasi eksekutif. Adapun mek k
an an
i isme eksternal seperti pengendalian
an o
ole le
h pa
pa sa
sar r
da d
n n
le le
ve ve
l l
de de
bt bt
f f
in in
an an
ci ci
ng ng
. .
Me M
kanisme corp rp
or or
at at
e e
go go
ve ve
rn rn
an an
ce ce
d d
ih iharap
ap ka
kan n
da da
pat m
meng ng
ur ur
angi kon n
fl fl
ik ik k
kea a
ge ge
na na
n n
yang g
t t
er er
ja ja
di ant nt
ar ar
a a
ag g
en ent
t d d
an a
t t
principa pa
l l
s eh
ehingga l
l dapat be
rd rd
am am
pa k
k pada meningkatny nya nilai
i pe
p rusahaan.
2.2.5.1. Kepemilikan Institusio onal
Kepemilikan institusional adalah
h kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga sep ep
erti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
17
Tarjo 2008 menyatakan bahwa investor institusional sebagai pemilik mayoritas sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan tanpa
harus melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Ekspropriasi merupakan cara memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi
kekayaan dari pihak lain Claessens et al., 2000 dalam Tarjo, 2008. Komitmen pemegang saham mayoritas untuk meningkatkan nilai perusahaan yang juga nilai
pemegang saham ini sangat kuat karena apabila pemegang saham mayoritas melakukan ekspropriasi pada saat dia memegang saham dalam jumlah besar, maka
para pemegang saham minoritas dan pasar saham akan mendiskon harga pasar saham perusahaan tersebut, sehingga akan merugikan pemegang saham mayoritas
itu sendiri. Adapun Laila 2011 menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh
investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif terhadap setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor
institusional mengawasi pihak manajemen dalam pemanfaatan aktiva perusahaan sehingga tidak terjadi pemborosan oleh pihak manajemen. Penurunan pemborosan
dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja pihak manajemen dan meningkatkan reputasi perusahaan. Peningkatan reputasi perusahaan yang lebih baik dapat
meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan berujung pada peningkatan nilai perusahaan.
2.2.5.2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
harus melakukan ekspropriasi si
t t
e er
h hadap peme
mega ga
ng saham minoritas. Ekspropriasi merupakan cara m
m em
aksimumkan kesejahteraan s sen
en diri dengan distribusi
kekayaan dar ar
i i pihak lain Clae
e s
ssen en
s s
et t
a a
l l
. ,
, 20
00 dalam Tarjo,
20 2
08. Komitmen pemega
gang saham may ay
or or
it it
as a
untuk meningkatka ka
n n
ni ni
la la
i i
p perusahaan yan
ang juga nilai pe
e m
megang g
s s
ah aham
am ini s
s a
angat kuat karena apab
il il
a a
pe pe
mega gang
ng s
sah a
am m may
a oritas
melaku ku
ka ka
n n
ek sp
p r
ro pria
si pada saat dia
m emegang saha
m da
la am
m juml
ml ah
ah b
b es
es ar, m
maka pa
a ra
ra pemeg
g an
g saham minoritas da n
pa sar saha
m akan men
di i
sk s
on h h
ar ar
g ga pas
a ar
sa saha
ha m
pe pe
ru sahaan tersebut,
seh ingga
ak an mer
ug ikan pemegang sa
h ham
ma mayo
yo ritas
itu send d
ir i.
Adapun Laila 2011 me
nyatakan bahwa pengawasan yang dil
a akukan
an ole h
h investor
i ns
ti tusi
si on
on al
al d
iang g
ga g
p p
ma mamp
m u menj
nj ad
adi mekanism e
e mo
mo ni
tori ng
yang efek ek
t tif
f te
terhadap setiap keputusan yang diamb mb
il il
oleh manajer. Hal ini disebabkan in n
ve ve
st st
o or
in in
st st
it it
us io
io na
na l
l me
me ng
ng aw
aw as
as i
i pi
pi ha
ha k
k manajemen da
a la
la m
m pe
pe ma
ma nf
nf aa
aa ta
ta n
n ak
ak ti
ti v
va p p
er erus
us ah
ah a
aan se
sehi hing
ngga ga
tidak ter er
ja ja
di di
p p
em m
bo bo
ro ro
san ol
oleh eh p
p i
ihak m m
an an
aj aj
emen en
. .
Pe Pe
nurunan pe pe
mb mb
o orosan
dalam peru r
sa sa
ha haan akan meningkatk
kan kin e
erja pihak manajemen n
d d
an an meningkatkan
reputasi perusahaan. Peningkat an reputasi
i perusahaan yang lebih baik dapat meningkatkan kemakmuran pemeg
gang sah h
a am dan berujung pada peningkatan nilai
perusahaan.
18
keputusan perusahaan Laila, 2011. Jensen dan Meckling 1976 menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi
masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Dalam kepemilikan manajerial yang tinggi, kemungkinan terjadinya perilaku opportunistic manajer akan menurun karena manajer merasakan langsung
dampak atas setiap keputusan yang diambil. Setiap keputusan yang diambil oleh manajer akan menentukan dampak yang diterima pemegang saham, sehingga
manajer sekaligus pemegang saham akan selalu berupaya meningkatkan nilai perusahaan agar terciptanya kemakmuran bagi dirinya sendiri selaku pemegang
saham perusahaan. Sementara apabila dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya akan
mementingkan kepentingannya sendiri Christiawan dan Tarigan, 2007.
2.2.5.3. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-
mata demi kepentingan perusahaan KNKG, 2006. Menurut Amri 2011, tanggung jawab komisaris independen adalah sebagai berikut:
1. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik di dalam
masalah keagenan dari mana a
je je
r r
d dengan men
en ye
ye laraskan kepentingan-kepentingan
manajer dengan pem m
e egang saham.
Dala lam kepemilikan ma
ma na
a je
er rial
al yan
an g
g ti
ti ng
ng gi, kemung
g ki
k nan terjadinya
perila a
k ku opport
rt un
u istic
c ma
m najer akan menurun karena
m manaje
e r
r merasaka
kan n
langsung da
dampak a a
ta ta
s s
se se
tiap k k
e ep
ut us
an yang di am
bil. Setia p ke
kepu pu
tusan n
ya ya
ng ng
diamb bil
i oleh
mana a
je jer
r akan n
m enen
tu kan dampak
y an
g diterima pem
eg an
ng g
sa a
ha ha
m, m,
sehing gga
ma mana
naje j
r se se
ka ligus pemega
ng saham
a kan selalu berupaya me
n ningka
katk tkan
an nilai
ai pe
pe ru
r saha
ha an a
ga r terciptanya
ke makm
ur an b
ag i
dirinya sendiri se la
k ku p
p em
emeg eg
ang saham
m perusahaan.
Seme ntar
a ap
ab il
a dala
m pe rusa
haan tanpa k
kepemilik kan
n m
manaje e
rial, manajer yang b ukan pemegang
sa ham kemungkinan
h hany
y a
a akan
n mement
in gk
an k k
ep ep
e en
ti ng
g anny
y a se
send n
iri Chr hr
is is
ti awan dan
T T
ar ar
ig ig
an , 20
07 7
.
2. 2.
2 5.3. Komisaris Independen
Ko Ko
mi mi
sa sa
ri ri
s s
in in
de de
pe pe
nd nd
en en
a a
da da
lah an an
gg ggot
ot a
a de
de wa
wa n
n ko
ko mi
mi sa
sa ri
ri s
s ya ya
ng ng t
t i
idak tera
rafi fili
li as
asi i
de de
ng ngan
an d
direk ek
si si, angg
g ot
ot a dewa
w n ko
o mi
misaris la
la in
in ny
ny a
a da da
n n
pe pe
me mega
gang ng saham
pengendali, serta bebas dari hubu ungan bisn
snis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya u
untuk bertin n
d dak independen atau bertindak semata-
mata demi kepentingan perusaha haan K
KNKG, 2006. Menurut Amri 2011, tanggung jawab komisaris independen
n a adalah sebagai berikut:
19
perusahaan melalui pemberdayaan fungsi dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara
efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. 2. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka
komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas
strategi tersebut. b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-
manajer profesional. c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik. d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan
yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik.
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktik good corporate governance
dipatuhi dan diterapkan dengan baik. efektif dan lebih memb
mb e
er ik
an nilai i
t t
am am
bah bagi perusahaan. 2. Dalam upay
ay a
a untuk melaksanakan tanggung ja a
wa w
bnya dengan baik maka komi
misaris independen h h
ar ar
us us
s s
ec ec
ar ar
a a
pr pr
oa o
ktif mengupa a
ya ya
kan agar dewan komisaris me
me la
a ku
ku kan pengawasan
d dan
an me
me mb
m erikan na
si si
hat kepada di
i re
reks ksi
i y yang t
t er
er ka
ka it
dengan, n
amun t
id ak
ak t t
er e
batas s
pa a
da da
hal-hal l
sebagai be
be rikut:
t: a.
. Me
mastikan b
ahwa per us
ah aan memi
li ki
strategi bi
i sn
s is y
y an
an g
g efekti
i f,
f termasuk di da
la mnya
m em
antau ja
dwal, anggaran d
dan e
efe fe
kt kt
if i
itas stra
te gi
t er
sebut. b. Memastikan
b ahwa
p erusahaa
n meng
angkat eksekutif da
an man najer
r- mana
je j
r r
pr pr
of of
es es
io io
na na
l. c. Memastikan bahwa
p p
er er
u usahaan memiliki informasi, si
sis stem
em pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
k. d
d. M
Mema a
st stik
ik an
an b
bahwa a
p per
erus us
ah ah
aa aan mema
a tu
tuhi hi
h h
k uk
um d
dan per r
un unda
da ngan
ya ya
ng ng
b berlaku maupu
u n
n nilai-ni
nilai yang ditetap ap
ka ka
n pe p
rusa sa
ha haan dalam
menjalankan operas sinya.
e. Memastikan resiko d dan potens
s i
i krisis selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik.
f Memastikan prinsip-prins
s ip dan praktik good corporate governance
20
Keberadaan komisaris independen juga dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih objektif dan menempatkan
kewajaran dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Hal ini diharapkan dapat
mendorong reaksi positif pasar karena kepentingan pemegang saham terlindungi Darwis, 2009 dalam Laila, 2011. Adapun jumlah komisaris independen dalam
perusahaan harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan OJK No.33POJK.042014, proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan minimal 30 dari anggota dewan komisaris
yang terdiri dari lebih 2 anggota. Untuk dewan komisaris yang beranggotakan 2, maka 1 diantaranya wajib merupakan komisaris independen. Menyangkut
keberadaan komisaris dalam two tier board system, sangat dianjurkan agar dewan komisaris didominasi atau seluruhnya diisi para komisaris independen sehingga
keberadaannya lebih efektif dalam menjalankan fungsinya terutama melindungi kepentingan pemegang saham Daniri, 2005.
2.2.5.4. Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan
komisaris Kep-643BL2012. Menurut KNKG 2006, komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa:
kewajaran dan kesetaraan di an an
t tara berbaga
ga i
i ke
k pentingan termasuk kepentingan
pemegang saham m m
in inoritas dan stakeholder lainnya.
Ha H
l ini diharapkan dapat r
mendorong re reaksi positif pasar
r kar
ar en
en a
a ke
ke pe
pe ntin
in gan pemegang
g s
s aham terlindungi
Darwi wi
s s, 2009 dalam
m La
La il
l a,
a 2011. Adapun j
j um
m la
a h
h ko
ko m
misaris indepe penden dalam
pe e
r rusahaan
n h h
ar arus
us dap
p at
at m
men jamin ag
ar mekanis
me me
p p
enga a
wa wa
sa sa
n n berjalan
n secara efekti
ti f
f da
da n
n sesu
u ai
ai d
en ga
n peraturan pe
ru ndang-undang
an .
Be e
rd rd
asarkan Pera tu
ran OJK No
.33POJK.042014, pr op
oporsi si k
kom om
isaris is
in in
de depend
nd en
d al
am suatu perus ah
aa n
mi nima
l 30
dari anggota dew
wan k k
om omis
i aris
yang t t
e er
diri dari lebi h 2
an ggot
a. U
nt uk
d ew
an kom is
ar is yang bera
n nggotakan
n 2 2,
m maka
1 diantaranya wajib merupakan kom
is aris independen.
M Menya
yangku ut
kebera d
da an
k om
m is
is ar
ar i
is dalam two ti
t er board
rd system, ,
sang g
at at
d d
ia ia
nj ur
ka n agar dew
w an
an ko
komisaris didominasi atau seluruhnya ya d
diisi para komisaris independen seh ehin
ingg gg
a ke
ke be
be ra
r da
daan an
ny ny
a a
le le
bi bi
h h
ef ef
ek ek
ti ti
f f
da da
lam menjalan n
ka ka
n n
fu fu
ng ng
si si
ny ny
a a
te te
ru ru
ta ta
m ma m
m el
elin in
du du
ngi ke
kepe pe
nt nt
in i
gan peme me
ga ga
n ng sah
ah am
am D
an ir
iri, i,
2 200
005.
2.2.5.4. Komite Audit
Komite Audit adalah kom mite yang
d dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dalam me embant
t u
u melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris Kep-643BL2012. Menu
nur rut KNKG 2006, komite audit bertugas
21
1. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, 2.
Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, 3.
Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan
4. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh komite audit untuk memastikan bahwa tercapainya kinerja perusahaan yang lebih baik dan mampu meningkatkan nilai
perusahaan Chan dan Li, 2008 dalam Laila, 2011. Anggota komite audit terdiri dari orang-orang yang independen, seperti komisaris yang tidak terlibat dalam
pengurusan perusahaan dan pihak-pihak yang terafiliasi. Berdasarkan Kep- 643BL2012, komite audit paling sedikit terdiri atas 3 orang anggota. Berdasarkan
praktik dan pengalaman dalam lingkup internasional, kebanyakan dari komite audit yang efektif terdiri dari 3 sampai 5 anggota KNKG, 2002. Apabila suatu komite
audit beranggotakan terlalu sedikit, maka akan berdampak pada minimnya ragam pengalaman anggota Daniri, 2005.
2.3. Nilai Perusahaan 2.3.1. Pengertian Nilai Perusahaan