2.10 Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan karsinoma nasofaring Perez C.A, 2004. Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa
kemoterapi. Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit-penyakit maligna dengan menggunakan sinar pengion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor
sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat.
Karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi terpenting Gunadi dan Amriatun, 1996. Strategi pengobatan
radioterapi konvensional untuk karsinoma nasofaring lokoregional lanjut adalah radiasi eksterna dengan total dosis mencapai 66-70 Gy untuk T1-T2 dan 70-75 Gy
untuk T3-T4, selama 7 minggu, 5 kali penyinaran dalam seminggu dengan 2 Gy perfraksi. Pada saat dosis mencapai 40 Gy, medulla spinalis harus dikeluarkan
dari lapangan radiasi, sedangkan dosis untuk leher bawah dan fosa supraklavikula dengan lapangan dari anterior sampai dengan 50 Gy dengan 2 Gy perfraksi
2.11 Teknik Radioterapi Dapat Dilakukan Dengan Cara : a. Radiasi Eksterna
Pengobatan kanker dengan menggunakan teknik radioterapi dapat dilakukan dengan cara radiasi ekterna. Sumber sinar berupa sinar-X atau
radioisotop yang ditempatkan di luar tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi. Besar energi yang diserap oleh suatu tumor tergantung dari :
Besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi Jarak antara sumber energi dan tumor, Kepadatan massa tumor.
Pada radiasi eksterna cakupan daerah yang memperoleh radiasi cukup luas, meliputi bukan hanya tumor primer dan jaringan sehat sekitarnya saja tetapi
juga kelenjar getah bening setempat. Makin luas cakupan radiasi makin banyak
jaringan sehat yang terikutserta terkena radiasi. Susworo R,2007
Universitas Sumatera Utara
b Radiasi Interna
Sumber energi ditaruh di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam rongga tubuh. Adapun tujuan pemberian brakhiterapi pada karsinoma
nasofaring antara lain : Untuk memberikan dosis boster pada tumor primer yang telah
memperoleh radiasi eksterna. Untuk menghindari kelenjar parotis serta jaringan sehat sekitarnya memperoleh dosis berlebihan dari radiasi eksterna.
Ada beberapa jenis radiasi interna : a.
Interstitial Radioisotop yang berupa jarum ditusukkan ke dalam tumor, misalnya
jarum radium atau jarum irridium.
b. Intracavitair
Pemberian radiasi dapat dilakukan dengan :After loading Suatu aplikator kosong dimasukkan ke dalam rongga tubuh ke tempat tumor. Setelah aplikator
letaknya tepat, baru dimasukkan radioisotop ke dalam aplikator itu. Instalasi Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam rongga tubuh, misal : pleura
atau peritoneum. c.
Intravena Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I
131
Radioisotop yang penting dari unsure iodium yang disuntikkan IV akan diserap oleh tiroid
untuk mengobati kanker tiroid.
2.12 Penatalaksanaan Radioterapi Pada Karsinoma Nasofaring
Sebelum diberi terapi radiasi, dibuat penentuan stadium klinik, diagnosis histopatologik, sekaligus ditentukan tujuan radiasi, kuratif atau paliatif. Mental
dan fisik penderita perlu dipersiapkan demikian pula keluarganya diberikan penjelasan mengenai tindakan pengobatan ini, tujuan pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul selama periode pengobatan. Pemeriksaan fisik dan Penanganan karsinoma nasofaring yang disesuaikan dengan stadiumnya
dapat dijabarkan sebagai berikut Kentjono A.W, 2003:
Universitas Sumatera Utara
1 Stadium I : Radioterapi dosis tinggi pada tumor primer di nasofaring dan radiasi
profilaktik di daerah leher. Stadium II : 1 Kemoradiasi, atau
Radioterapi dosis tinggi pada tumor primer di nasofaring dan radiasi profilatik di daerah leher.
Stadium III : 1 Kemoradiasi 2 Radioterapi dosis tinggi teknik hiperfraksinasi ditujukan pada tumor primer
di nasofaring dan kelenjar leher bilateral bila ada. 3 Diseksi leher mungkin dapat dikerjakan, misalnya pada tumor leher persisten
atau renkuren asalkan tumor primer di nasofaring terkontrol. Stadium IV : 1 Kemoradiasi
2 Radioterapi dosis tinggi atau teknik hiperfraksinasi ditujukan pada tumor primer di nasofaring dan kelenjar leher bilateral klinis positif
3 Diseksi leher dapat dikerjakan bila tumor leher persisten atau rekuren asalkan tumor primer di nasofaring sudah terkontrol.
4 Kemoterapi untuk karsinoma nasofaring untuk stadium IV C Pada stadium ini, terdapat tiga tahapan selanjutnya, yang terbagi menjadi
tahapan IVA,IVB dan IVC •
Stadium IVA. Pada stadium IVA karsinoma nasofaring sudah menyebar kebagian saraf cranial,dan tersebar di sekitaran tengkork dn tulang
dagu.karsinoma nasofaring juga kemungkinan sudah menyebar ke bagian getah bening lainnya yang terdapat di bagian tubuh pasien.
• Stadium IVB. Dengan ukuran yang lebih besar dari 6 cm. karsinoma sudah
menyebar ke area collarbonie dan juga, pada bagian atas bahu pasiennya. •
Stadium IVC. Pada stadium IVC ini karsinoma sudah tersebar ke kelenjar getah bening lainnya yang berdekatan dan kemungkinan menginfeksi
kelenjar getah bening yang berada dalam seluruh tubuh manusia.
Universitas Sumatera Utara
2.13 Teknik Radioterapi Karsinoma Nasofaring 1. Persiapan