4.2 PEMBAHASAN
Analisis data hubungan hemoglobin dan limfosit terhadap penyinaran Radioterapi disebut juga penyinaran dan dipilih sebagai salah satu metode
pengobatan pada pasien karsinoma nasofaring. Dengan pemberian secara fraksinasi diharapkan kondisi pasien semakin membaik karena pemberian
fraksinasi secara optimal sudah dapat dicapai. Sehingga prinsip dalam Radioterapi untuk mematikan sebanyak mungkin sel-sel karsinomakanker dapat dicapai
dengan tetap melindungi semaksimal mungkin jaringan sehat disekelilingnya. Bila hal ini menjadi semakin parah, biasanya akan ada efek rasa ingin muntah yang
muncul dan tak jarang pasien membutuhkan obat penahan rasa sakit dan membutuhkan suplemen gizi yang lebih.
Pada kasus ini produksi Hb naik 4,24 dan pada penderita ini Hb turun 4,07 . Peningkatan Hb pada kasus ini dapat disebabkan oleh variasi individu
atau injeksi obat eritropoetin selama penyinaran sehingga produksi Hb meningkat. Radiasi pengion mengganggu sistem nilai hemoglobin dan
menyebabkan penurunan jumlah total sel darah. Peningkatan produksi Hb pada penderita setelah mendapat radiasi dapat disebabkan Gangguan sistem nilai
hemoglobin akibat penyinaran radioterapi pada kedua kasus yang diteliti memiliki peluang yang sama besar. Besarnya penurunan sel darah
tergantung dari besarnya dosis radiasi yang diterima, jumlah sel sumsum tulang yang terkena radiasi dan kemampuan sel sumsum tulang melakukan regenerasi.
Efek radiasi yang ditimbulkan oleh penyinaran teleterapi Cobalt 60 ini dapat diminimalisir dengan melakukan proteksi radiasi. Pemberian dosis radiasi
secara fraksinasi bertujuan untuk mengurangi efek radiasi, karena dengan adanya dosis fraksinasi akan memberikan kesempatan pada sel sehat untuk
meregenerasi dirinya. Simulasi yang dilakukan sebelum penyinaran untuk menentukan luas lapangan radiasi, arah penyinaran, jarak sentrasi dan sudut
penyinaran harus cermat dan teliti sehingga terapi yang diberikan dapat membunuh sel kanker, tetapi efek pada jaringan sehat seperti sumsum tulang
dapat diminimalisir. Penggunaan blok untuk melindungi jaringan sehat dan penentuan marker sebagai batas-batas lapangan penyinaran juga harus sesuai
dengan kondisi tumor pasien dan jaringan sehat di sekitar tumor.
Universitas Sumatera Utara
Kadar hemoglobin pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudahmendapatkan radioterapi belum pernah diteliti sehingga pengamatan kadar
hemoglobin pada pasien karsinoma nasofaring di bangsal Telinga Hidung Tenggorok Kepala-Leher Rumah Sakit Murni Teguh Medan sangat penting,
karena akan berdampak pada asupan makanan dan status gizi pasien yang mendapat radioterapi. Penelitian kadar hemoglobin pasien karsinoma nasofaring
dapat mengetahui sejauh mana radioterapi berefek pada kadar hemoglobin pasien. Penelitian lebih lanjut akan mengarah pada kadar hemoglobin pada pasien
karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi. Trombosit berfungsi dalam mekanisme pembekuan
darah. Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana jumlah trombosit kurang dari
normal yang disebabkan oleh reaksi awal obat-obatan, malignansi sumsum tulang, atau radiasi pengion yang merusak sumsum tulang. Keadaan sebaliknya
disebut trombositosis, yaitu peningkatan jumlah trombosit karena pendarahan, terutama anemia karena kehilangan darah yang kronis, infeksi, pascabedah,
keganasan dan penyakit inflamasi Campbell, dkk, 2002.
Diketahui rata-rata umur pasien karsinoma nasofaring yang paling banyak adalah antara umur 49-58 tahun. sementara itu, dari hasil penelitian Dharishini
didapatkan umur yang paling banyak jumlah pasiennya adalah antara umur 40-49 tahun Dharishini, 2011 dan penelitian Munir didapatkan umur yang paling
banyak antara umur 50-59 tahun. Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien perempuan, dari teori American Cancer Society menyebutkan laki-laki 2 kali lebih
rentan daripada wanita ini kemungkinan lamanya terpapar zat-zat karsinogen yang
menimbulkan karsinoma nasofaring American Cancer Society, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di rumah sakir umum Murni Teguh Medan bagian radioterapi, fraksinasi yang diberikan pada penderita
karsioma nasofaring mempengaruhi nilai hemoglobin dan sel darah putih limfosit. Dimana data analisis nilai hemoglobin dan limfosit pasien penderita karsinoma
nasofaring menunjukkan adanya penurunan jumlah nilai hemoglobin baik itu jumlah limfosit maupun sel darah hemoglobin peranan hemoglobin menjadi
berkurang. Anemia membuat penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb hemoglobin. Karena Hemoglobin letaknya di dalam sel
darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat. Dan berdasar penelitian di Murni Teguh Medan, Fraksinasi
yang di berikan pada penderita karsinoma nasofaring dapat mempengaruhi jumlah hemoglobin dan limfosit pasien
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat dilaksanakan penyinaran Radioterapi kepada pasien. Dilakukan pengambilan cek darah bukan hanya pada saat sebelum dan sesusah
fraksinasi. Tetapi ada baiknya dilakukan juga pengambilan cek darah pada pertengahan fraksinasi atau per lima kali fraksinasi. Agar dapat diketahui
perkembangan kesanggupan daya tahan tubuh pasien terhadap radiasi yang
diterima terlebih.
Universitas Sumatera Utara