Penilaian gambaran afektif setelah dilakukan proses Problem Based Learning

Hasil yang didapatkan pada data efektif diatas bahwa perubahan peningkatan penilaian afektif dalam setiap tahapan bisa terjadi karena dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan sikap dan adanya rangsangan atau tekanan yang diberikan oleh mahasiswa, dimana rangsangan dan tekanan sudah didapatkan mahasiswa pada tahap tutorial awal, sehingga pada tahap selanjutnya mahasiswa sudah peka dan mengerti apa yang akan dilakukan. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya literartur yang termasuk dalam komponen afektif. Pada tabel distribusi penilaian afektif pada tabel diatas pada tutorial 1 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 65 dengan kategori cukup. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 2 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 64 dengan kategori baik. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 3 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 60 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil pada setiap tutorial, yaitu terjadi peningkatan setelah dilakukan intervensi. Hal ini bisa didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Wigar, 2012 bahwa suatu intervensi dapat menimbulkan dampak positif bagi mahasiswa yang dapat dilihat dari hasil skor setelah dilakukan intervensi dimana hasil skor menjadi semakin baik dan meningkat. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum disamakan dengan perasaan terhadap suatu objek sikap, secara umum disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ada hubungan antara komponen afektif dengan kognitif dalam suatu organisasi sikap menyatakan bahwa apabila komponen afektif dan kognitif saling konsisten maka sikap berada dalam keadaan stabil, untuk menimbulkan perubahan sikap manusia perlu diberikan rangsangan atau tekanan untuk menggiring perubahan sikap kearah yang dikehendaki secara kuat dan terus menerus sedemikian rupa sehingga terjadi inkonsistensi yang kuat antara komponen afektif dan kognitif Azwar, 2015. Pernyataan ini ada hubungannya dengan hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel 4.5 bahwa ada pengaruh aplikasi model pembelajaran tutorial seven jump terhadap peningkatan afektif mahasiswa yang dapat kita lihat perubahan peningkatan dalam setiap tahapannya. C. Kekuatan 1. Penelitian ini dilakukan dengan metode Quasi Eksperimen Pre and Post test Without Control dengan 3x intervensi untuk penilaian kognitif. 2. Penelitian ini membandingkan perbedaan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan intervensi baik pada pre post kognitif ke 1, 2 dan ke 3 setelah mendapatkan metode Problem Based Learning. 3. Proses pembelajaran Problem Based Learning dengan metode tutorial yang dilakukan dikelas dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplilkasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata dan membuat mereka menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas. 4. Pada penelitian ini juga mengidentifikasi gambaran sikap setelah dilakukan intervensi yaitu setelah mendapatkan metode Problem Based Learning. D. Kelemahan 1. Adanya tahap Problem Based Learning yang tidak bisa dikontrol dalam penelitian ini yaitu pada tahap belajar mandiri pre class. 2. Responden penelitian yang tidak bisa menjawab pertanyaan diskusi terkadang dipaksakan untuk menjawab karena mengetahui mereka sedang diteliti dan dinilai. 3. Ada beberapa responden yang tidak memiliki minat dalam metode pembelajaran ini dan tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba. 4. Sarana prasarana yang kurang memadai, seperti ruangan kelas kecil untuk tutorial masih kurang. Sehingga pelaksanaan tutorial terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 5. Banyaknya waktu yang digunakan dalam menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sehingga proses penelitian ini tidak bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan. E. Implikasi 1. Metode pembelajaran Problem Based Learning bisa diterapkan pada mahasiswa keperawatan dengan memperhatikan materi pembelajaran, rasio mahasiswa, pengaturan dinamika sumber daya dan kerja sama antara individu dan kelompok untuk mendapatkan formulasi yang tepat, serta feedbackyang tepat dan cepat. 2. Penerapan metode Problem Based Learningdenganmelakukan pengontrolan pada masing-masing tahap terutama tahap pre class belajar mandiri akan memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Metode pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan dalam kurikulum dan pembelajaran, mengingat pentingnya mahasiswa memiliki pengalaman dan kemampuan mengatasi masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri. 4. Penerapan Metode pembelajaran Problem Based Learningperlu dilakukan secara rutin dan terus menerus perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara tepat dan cepat. 5. Penerapan Metode pembelajaran Problem Based Learning menuntut dilakukannya pembelajaran secara terstruktur dan terarah sesuai dengan tahapan model pembelajaran tersebut dalam mengembangkan struktur kognitif mahasiswa. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di STIKes Banyuwangi dengan responden sebanyak 100 mahasiswa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kemampuan kognitif sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan pembelajaran tutorial seven jump. 2. Ada pengaruh aplikasi metode pembelajaran PBL tutorial seven jump terhadap kemampuan kognitif dan gambaran afektif mahasiswa. 3. Hasil penelitian menunjukkan penilaian afektif setelah dilakukan metode pembelajaran PBLtutorial seven jump. pada tutorial 1 didapatkan prasentase tertinggi dengan kategori cukup. Penilaian afektif tutorial 2 didapatkan prasentase tertinggi dengan kategori baik. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 3 didapatkan prasentase tertinggi dengan kategori sangat baik. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Bagi institusi STIKes Banyuwangi a STIKes Banyuwangi setidaknya dapat menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan tutorial seven jump sebagai bentuk motivasi alternatife untuk memperbaiki mutu pendidikannya b Penerapan metode pembelajaran tutorial seven jump di STIKes Banyuwangi perlu memperhatikan materi pembelajaran, rasio mahasiswa, kemampuan SDM dan sumber daya lainnya agar metode pembelajaran tutorial seven jump dapat efektif. 2. Bagi dosen STIKes Banyuwangi a Dosen dapat menggunakan metode pembelajaran tutorial seven jump sebagai salah satu alternate metode pembelajaran. b Dosen dapat membuat perencanaan yang tepat dengan mempertimbangkan materi kuliah dan kemampuan mahasiswa dalam penerapan metode pembelajaran tutorial seven jump. 3. Bagi mahasiswa SI keperawatan Mahasiswa hendaknya dapat meningkatkan belajar mandiri dan lebih aktif dalam mencari literatur baik pada buku maupun jurnal dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif. 4. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan dinamika kelompok, karena dinamika dalam kelompok menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan metode pembelajaran terutama dalam pembelajaran Problem Based Learning. DAFTAR PUSTAKA Adler , R. W. dan M. J. Milne, 1997. Improving The Quality of Accounting Students Learning Through Action-Oriented Learning Task. Accounting education. Vol.6Nomor 3: 191-215 Aipni 2012. Pembinaan Internal Anggota AIPNI dalam Implementasi KBK Pendidikan Ners. Agus Suprijono 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aminuddin, 2013. Evaluasi Penerapan Metode Pembelajaran Berpusat Pada Mahasiswa Student Center Learning pada program studi Gizi FKM UNHAS Amisyah, S., Nurmaliah, C 2015, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kognitif melalui Model Problem Based Learning. Biotik, 12, 87-92 Arnyana, ida bagus putu. 2005. Pengaruh Penerpaan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif terhadap Kecakapan Berpikir Kritis . Jurnal Pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja. Ariska, 2013. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran sejarah. Universitas Pendidikan Indonesia. repository.upi.edu Aronson, E., Blavey, N., Sikes, J., Stephans, C., Snapp, M. 1975. “Busing and the Racial Tension : The Jigsaw Route to Learning and Liking”. Psychology Today. 8 : 43-59. Anonimous 2009. Pengukuran ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Online http:akhmadsudrajad.blogspot.com200908pengukuran-ranah-kognitif- afektif-dan.html . Diakses tanggal 10 Oktober 2009 Arifin, 2013. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Bandung. A Peter. Bouhuijs 2007. Introduction to Problem-Based Learning : A Guide For Student. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia AIPNI. 2013. Kurikulum Pendidikan Ners : Implementasi KBK. Jakarta : AIPNI. Azwar Saifuddin, 2012. Sikap manusia teori pengukurannya edisi ke 2, Yogyakarta ; Pustaka pelajar. Azwar, S 2015. Teori dan Pengukuran Sikap Manusia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Barr, R.J., Tagg, J. 1995. “From Teaching to Learning: A new paradigm for understanding education. “ change 27 6, hlm 12-25 Barret, T 2006. Understanding PBL problem based learning. in T Barret, I.M. Labhrainn H Fallon Eds, Handbooks of inquiry and problem based learning : Irish case studies and international perspectives pp 13-25. Galway : CELT. Barrows 2006 Problem – Based learning : An Approach to medical education. New York : Springer. Budiman Agus Riyanto 2014. Kapita selekta kuesioner : pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Penerbit : salemba medika Cahyono 2006. Evaluasi Pelaksanaan Seven Jump dalam diskusi tutorial mahasiswa PSIK program Afakultas kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Chang, R 2006. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Edisi ke tiga jilid 2, Jakarta : Erlangga. Dahar, R.W 2010. Teori – teori belajar. Jakarta : Erlangga Dent 2006. A Practical Guide For Medical Teacher. Elseivier Health Sciences. Denton, B. G. Adams. CC. Blatt. P. J. Lorins C. D 2005. Does the Introduction Of Problem Based Learning Change Graduate Performance Outcomes in Professional Curriculum. Journal on excellence in collage teaching. . Dewi Anjani. 2014. Pengaruh Problem Based Learning PBL terhadap kemampuan berpikir kritis ranah kognitif, afekti dan psikomotor siswa kelas VIII semester genap di SMP takmirul islam surakarta tahun ajaran 20132014. Dolman, J 1997. Further Mathematics VCE unit 3-4. Melbourne; The Jacaranda press 33 Park Road Milton. Dutch, B.J., Groh, SE Allen, DE 2011. The power of PBL problem based learning, Stylus : Virginia. Dwi Reni Hastuti 2015. Pengaruh model Problem Based Learning PBL berbasis Scientific Approach terhadap hasil belajar mahasiswa di UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Ely Isnaeni, 2011. Penerapan Seven Jump Method Dalam Meningkatkan Minat Dan Kompetensi Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia KDM II Mahasiswa D3 Keperawatan STIKes An-Nur Purwodadi Surakarta. Ernawati, 2011. Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Firti, A, D 2011. Persepsi Mahasiswa dan Tutor Tentang Kejadian Krisis Selama Diskusi Tutorial dan Jenis-jenis Intervensi Tutor terhadap Kejadian Tersebut. Program Studi S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran gajah Mada. Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta Rineka cipta. Hamzah B. Uno Satria Koni. 2014. Asesmen Pembelajaran. PT Bumi Aksara Jakarta. Hasibuan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar. 2006. Bandung Remaja Rosdakarya, hal:20 . Harsono Dwiyanto, Djoko. 2006. Pembelajaran Berpusat Mahasiswa. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada. Harsono, 2006. Kearifan dalam transformasi pembelajaran dari teacher-centered learning. Jurnal pendidikan kedokteran. Hidayati, N 2014. Pengaruh pendekatan ilmiah scientific approach dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas XII di SMK Negeri Surabaya. Jurnal pendidikan teknic elektro vol 3. No 02 : 25-29. Http:trisnawati87.blogspot.co.id201305perbedaan-gender-dalam-pembelajaran-html. Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Semarang, Ra Sail Media Group hal 87 – 89. Ismet Basuki Hariyanto, 2015. Asesmen Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Bandung Jamal Ma’mur, 2010. 7 Tips Aplikasi PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PT Diva Press. Jogjakarta. Janor, et, al; 2013.Integrating Student Centered Learning in Finance Courses: The case of a Malaysian research University Kementrian Kesehatan RI. 2010. Kurikulum inti pendidikan kesehatan profesi ners, berbasis kompetens. Jakarta : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info Media Jakarta. Krathwohl, David R., B. S. Bloom and B.B Masia. 2010. Taxonomy Of Educational Objective, The classification of educational goals, Handbook II, Affective Domain, New York : David McKay, co. Inc. Linn, Robert L 2005. Measurement and assessment in teaching 9 th .Ed. Upper saddle river, NJ : Merrill-Practice Hall Lloyd – Jones, G., Margeston. D Blight, J. 1998. “ Problem Based Learning : A Coat Of Many Colours” Medical education, 32, hlm 492. MacDonald, R. 2006. Assesment strategis for inquiry and PBL problem based learning. in T Barret, I.M. Labhrainn H Fallon Eds, Handbooks of inquiry and problem based learning : Irish case studies and international perspectives pp 85-93. Galway : CELT Mahanal. 2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning Pada Materi Ekosistem Terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Journal Sains. 1-10 Mitahul Huda. 2013. Model-model pengajaran pembelajaran. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Mukminan, Muhammad Suparmin 2012. Peningkatan Partisipasi dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Teknik Seven Jumps Di Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY tahun 2012. Jurnal penelitian; Hasil penelitian kelompok nomor UN34.142012. 2 mei 2012 Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. M. Yulis 2013. Tingkat Kepadatan Fibroblas Pada Luka Mencit dengan pemberian Gel Lidah Buaya. Diakses Nadiyah Wulandari. 2011. Pengaruh Problem Based Learning dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar mahasiswa. Tekno-pedagogi. Vol 1 1 Norman G. R H. G. Schmit. 2006. Effectiveners Of Probvlem Based Learning Curricula : Theory Practice and Paper Darts. Med Educ. Nomor 34. Notoatmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan instrument, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. PT. Salemba Medika. Nursalam Ferry Efendi 2012. Pendidikan dalam keperawatan. PT Salemba Medika Jakarta. O’Kelly, J. 2006. Designing a hybrid problem based learning PBL course : A case study of first year computer science in NUI, Mynooth in T Barret, I.M. Labhrainn H Fallon Eds, Handbooks of inquiry and problem based learning : Irish case studies and international perspectives pp 45-53. Galway : CELT Peterson, T.O. 2006. So You’re Thinking Of Trying Problem-Based Learning: The Critical Succes Factors For Implementation. Journal Of Management Education. Vol. 28Nomor 5. Peter Westwood 2008. What Teachers Need to Know about Teaching Methods. Victoria, Acer Press Australia. Poerwanti 2006. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Robbin, 2003. Perilaku Organisasi, jilid 2, PT Salemba Empat, Jakarta Rogers. 2006. Freedom To Learn For the 1985; Columbus : Merill Salleh, Mohd. 2007. Adopting problem Based Learning in The Teaching of Engineering Undergraduates; A Malaysian Experience, makalah dipresentasikan pada the International Conference on Engineering Eduvation- ICEE 2007, September 3-7, Coimbra, Portugal. Santoso, 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistic Non Parametrik, Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sastroasmoro S Ismail S 2006. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara . Savery J. R 2006. Overview Off Problem-Based Learning : Definitions and Distictions. Interdiscipnary Journal Of Problem – Based Learning I Schmidt, M., Cagran B 2007. Self Concept Of Students In Inclusive Settings. International Journal Of Special Education. Vol 23 no 1 Sigian 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Bumi Aksara, Jakarta. Sitiatava Rizema P 2012. Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. D- Medika Jakarta Socklingan, N., Schmidt, HG. 2011. Characteristics of problem-based learning : the student perspective. Interdisiplinar journal problem based learning. 5 1 Suprijono, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM. Yogyakarta Pustaka Pelajar . Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah . jurnal pendidikan inovatif , 2 2 : 68-73 Suci, N. M. 2008. “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi UNDIKSHA”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha. Sugiyono 2013. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R D, cetakan ke 14. Bandung : Alfabeta. Sukanti, dkk 2014. Implementasi problem based learning untuk meningkatkan learning objective dan self regulated learning skill pada mahasiswa di universitas negeri Yogyakarta. Surya, Hendra 2010. Kita Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: Elex. Media Computindo. Syamsuri, I. 2007. Peningkatan kompetensi guru untuk meningkatkan minat siswa, bogor : IPB Thoha, M 2006. Perilaku Organisasi, PT. Raya Grafindo Persada Jakarta. Trisnawati, S. K., Setyorogo, S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II dipuskesmas kecamatan Cebgkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6-11 White, H. 2006. Problem Based Learning. Standford university news letter on teaching. 11 1 1-8 Widuroyekti, Barokah 2006. Pendekatan Belajar Aktif Dan Peningkatan Partisipasi Mahasiswa Dalam Proses Tutorial tatap Muka. Jurnal Pendidikan, Volume. 7, Nomor 1. Wigar, A. F 2012, Efektiitas Penggunaan Model Problem Based Learning PBL dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD semester IIDesa Depok Tahun Ajaran 20112012 Doctoral dissertation Universitas Pendidikan Indonesia Wina Sanjaya 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Kencana Jakarta Woods D.R 2006. Problem-Based Learning: How to gain the most from PBL. Waterdown, Ontario Donald R.Woods. Woods D.R 2006. ABC of learning in teaching in medicine. British Medical Journal; 328-330. .Yusianti, Suciati, Sugiarto. 2013. Model Problem Based Learning menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi pada pembelajaran ditinjau dari kemampuan kritis kognitif dan kemampuan verbal. Jurnal inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 1 2013 hal 88-99. http:jurnal.fkip.uns.ac.idindex.ph psa ins Zainal Arifin 2009. Evaluasi Pembelajara. Bandung : Remaja Rosdakarya. Zohrabi, et, al. 2012. Teacher centered andor student-centered learning. English language in iran Lampiran PENJELASAN PENELITIAN Kepada : Yth. Responden di- Prodi SI keperawatan Stikes Banyuwangi Bersama ini disampaikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di program Pasca Sarjana Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, maka saya : Nama : Ukhtul Izzah NIM : 20141050063 Alamat : Lingkungan Lerek 0103 kelurahan Gombengsari Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. Nomor Telepon : 081331050084 Alamat Email : ukhtulizzahgmail.com Bermaksud mengadakan penelitian tesis berjudul Aplikasi metode pembelajaran SCL – PBL Tutorial Seven Jump sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa. terkait dengan penelitian tersebut mahasiswa diharapkan bersedia untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan metode tutorial seven jump dalam mata kuliah IDK II. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian kepada mahasiswa yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Segala informasi yang responden berikan dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya. Manfaat langsung dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa. Dalam penelitian ini diperlukan kerjasama yang baik antara saya sebagai peneliti dengan mahasiswa tingkat 1 semester II sebagai responden. Hal ini diperlukan agar pencapaian manfaat penelitian ini bagi responden dapat tercapai. Sebelum dilakukan penelitian, responden akan diberikan penjelasan prosedur penelitian. responden diperkenankan bertanya tetang prosedur penelitian jika merasa belum memahami prosedur silahkan membaca prosedur penelitian. Melalui penjelasan ini maka saya sangat mengharapkan agar mahasiswa tingkat 1a dan 1b semester II menjadi responden dan mengisi lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaanya saya ucapkan terima kasih. Yogyakarta, 25 Maret 2016 Peneliti, Ukhtul Izzah Lampiran. PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Aplikasi model pembelajaran SCL – PBL tutorial seven jump sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa prodi SI keperawatan STIKes Banyuwangi tahun 2016 Penelitia : Ukhtul Izzah NIM : 20141050063 Asal : Mahasiswa Program studi magister Keperawatan Program Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan ini saya memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya mengetahui bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi model pembelajaran SCL – PBL tutorial seven jump sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi. Saya mengetahui bahwa tidak ada resiko yang akan saya alami dan saya diberitahukan tentang adanya jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan dan saya juga memahami bahwa penelitian bermanfaat bagi pendidikan keperawatan. Banyuwangi ………................2016 Tanda Tangan Peneliti Tanda Tangan Responden Ukhtul Izzah Lampiran PROSEDUR PENELITIAN 1. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti dan setelah mahasiswa tingkat 1 semester II bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka mahasiswa tingkat 1 semester II menajdi responden dalam penelitian ini. 2. Seluruh mahasiswa tingkat 1 semester II diharapkan kerjasamanya dalam penelitian ini. 3. Penelitian dilakukan selama 30 hari selama proses pembelajaran blok II berlangsung. 4. Responden mengisi lembar quisioner yang telah disiapkan oleh peneliti. 5. Sebelum metode pembelajaran PBL tutorial seven jump diberikan, peneliti memberikan penjelasan terkait pelaksanaan dan tahapan tutorial seven jump. 6. Model pembelajaran PBL tutorial seven jump dilakukan 3x selama proses pembelajaran IDK II pada blok II, dimana dalam setiap Ix tatap muka dengan topikskenario yang berbeda yang disesuaikan dengan learning outcame yang ada pada silabus mata kuliah IDK II. 7. Dalam proses pembelajaran ini mahasiswa dibagi menjadi 8 kelompok kecil. 4 kelompok untuk kelas 1a dan 4 kelompok berikutnya untuk kelas 1b dengan jumlah 6-8 mahasiswa dalam setiap kelompoknya. Dimana dalam masing- masing kelompok didampingi dengan tutor yang berbeda, 8. Sebelum proses tutorial diberikan, responden diharapkan mengisi lembar instrumen berupa soal mutiple cois quesion yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif sebelum dilakukan model pembelajaran PBL tutorial seven jump. soal MCQ ini dibagikan 3x sebelum proses pembelajaran dilakukan, dimana soal yang dibagikan tersebut sesuai dengan topik yang akan diberikan pada proses pembelajaran tutorial seven jump. 9. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model tutorial seven jump responden diharapkan membaca dan memahami skenario yang telah ditentukan. dan dilanjutkan dengan memecahkan masalah kasus pada skenario tersebut dengan 7 langkah. Proses ini dilakukan 3x selama proses pembelajaran IDK II pada blok II. 10. Setelah proses tutorial diberikan, responden diharapkan mengisi lembar instrumen berupa soal mutiple cois quesion yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif setelah dilakukan model pembelajaran PBL tutorial seven jump. soal MCQ ini dibagikan 3x sebelum proses pembelajaran dilakukan, dimana soal yang dibagikan tersebut sesuai dengan topik yang akan diberikan pada proses pembelajaran tutorial seven jump 11. Selama penelitian, responden berkewajiban mematuhi prosedur penelitian agar hasil yang dicapai optimal. 12. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti akan dibantu oleh asisten peneliti fasilitator lain yang akan membantu pelaksanaan penelitian yang sudah bersertifikat dan minimal kerja selama 2 tahun di STIKes Banyuwangi Chek List Penilaian Tutorial Nama Mahasiswa : NIM : Blok Mata Kuliah : Nama Tutor : Tanggal : Pertemuan Skenario : No Kriteria Baik Cukup Kurang TERKAIT TUGAS 1 Persiapan tugas 2 Penyelesaian dalam penyajian tugas 3 Pengungkapan pendapat dalam tugas 4 Keaktifan dalam berpartisipasi dalam group 5 Pengembalian laporan TERKAIT DENGAN ORANG LAIN TEAM 6 Kerjasama tim 7 Mendengarkan pendapat orang lain 8 Penampilan sebagai ketua group 9 Penyampaian diskusi TERKAIT DENGAN DIRI SENDIRI 10 Terkait umpan balik 11 Memberi umpan balik 12 Kemampuan merefleksikan diri 13 Keterkaitan dengan janji 14 Ketepatan waktu Keterangan : Baik : 80 - 100 Cukup : 70 - 79 Kurang : 70 CHEKLIST PENGUKURAN DALAM DOMAIN AFEKTIF Tabel 1.2 : Instrumen penilaian afektif dalam Skala Likert Hamzah, 2014 ; 84 No Komponen Tidak Pernah Jarang Kadang- kadang Sering Selalu 1 Mengucapkan salam. 2 Datang dan pulang tepat waktu 3 Tidak mengoperasikan HP saat diskusi berlangsung. 4 Tidak keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung. 5 Mendengarkan saran atau masukan dari teman saat diskusi. 6 Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. 7 Menggunakan komunikasi verbal yang mudah dipahami. 8 Bertanggung jawab atas jawaban pernyataan yang diberikan yang dianggap benar. 9 Mampu bekerja sama dalam kelompok diskusi. 10 Mampu menyatakan pendapat dan mengusulkan pemecahan suatu masalah. Jumlah Paraf Tutor Dirumuskan : a. Skor batas bawah kategori sangat baik : 0,80 x 50 = 40 b. Skor batas bawah kategori baik adalah : 0,70 x 50 = 35 c. Skor batas bawah kategori cukup adalah : 0, 50 x 50 = 25 d. Skor batas bawah kategori kurang adalah : 25 Kemudian dikategorikan menjadi sangat baik 40, Baik 36-40, cukup 25-35, kurang 25 Basuki Hariyato, 2015. SOAL UJIAN BLOK SEMESTER II MAHASISWA STIKES BANYUWANGI PRODI SI KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 20152016 SOAL I Skenario I JAWABLAH SOAL INI DIBAWAH INI DENGAN BENAR 1. Suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional. Pernyataan tersebut merupakan pengertian dari : a. Pengertian nyeri menurut Aziz Alimul 2006 b. Pengertian nyeri menurut Wolf Weisel Frustn c. Nyeri menurut Mc. Coffey. d. Keluhan nyeri yang diungkapkan oleh klien American Pain Society 2. Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri berlangsung, atau dengan kondisi patologis, sehingga jenis-jenis nyeri adalah sebagai berikut : a. Nyeri akut dan nyeri neuropatik b. Nyeri akut dan nyeri kronis c. Nyeri kronis dan nyeri nosiseptik d. Nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri neuropatik 3. Adanya penyumbatan rongga abdomen yang kosong yang menyebabkan kram yang timbul sebentar tetapi sering dan kurang terlokalisasi dengan jelas. Tanda tanda ini merupakan kategori dari nyeri. Nyeri yang dimaksud disini adalah : a. Nyeri somatic b. Nyeri neuropatik c. Nyeri viseral d. Nyeri polineuropati 4. Dibawah ini merupakan proses nyeri Mubarok 2008 : a. Tranduksi – modulasi – presepsi - transmisi b. Transmisi – modulasi – presepsi - tranduksi c. Tranduksi – transmisi – modulasi – presepsi d. Tranduksi – transmisi – presepsi - modulasi 5. Ny. S. mengatakan : nyeri luka pada bekas luka operasi SC. Data Objektif : secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsive terhadap tindakan manual. Melihat pernyataan kasus diatas. Berapakah skala nyerinya jika dilihat dari numeric rating scale NRS. Dan termasuk skala nyeri apa? a. 4 – 6 : nyeri sedang b. 4 – 6 : nyeri ringan c. 1 – 3 : nyeri ringan d. 7 – 9 : nyeri berat. 6. Bagaimanakah cara anda dalam melakukan tindakan keperawatan dengan teknik distraksi guna untuk mengurangi rasa nyeri? a. Menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga akan lupa terhadap nyeri yang dialami. b. Berikan kompres hangat c. Lakukan perawatan luka sambil mendengarkan musik d. Pernyataan diatas tidak ada yang benar 7. Perhatikan skala nyeri NRS Numeric Rating Scale dibawah ini. Keunggulan model penilaian skala nyeri NRS tersebut dibandingkan dengan skala lainnya adalah : a. Skala nyeri NRS Mudah digunakan dan didokumentasikan. b. Sangat tepat untuk pasien dengan nyeri akut c. Hanya bisa digunakan pada penilaian nyeri kronik d. Pasien mudah menilai sendiri terhadap nyeri yang dirasakan. 8. Perhatikan skala nyeri NRS Numeric Rating Scale dan Baker Faces Scala. Jika seorang pasien nyeri di diagnosis akan lebih valid pengukuran lebel nyerinya dengan menggunakan dua pendekatan maka kombinasi manakah yang lebih baik? a. Baker Faces Scala dulu lalu NRS, karena mudah dinilai dan lebih cepat hasilnya. b. NRS dulu lalu Baker Faces Scala karena lebih akurat c. Digunakan diselang seling yang berbeda karena nyeri yang dirasakan dalam 24 jam akan mengalami perubahan. meningkatmenurun d. Tidak bisa digunakan secara bersamaan atau tidak bisa dikombinasikan 9. Proses fisiologi terkait nyeri bisa juga disebut nosisepsi. Dimana prosesnya terdiri dari 4 fase, diantaranya terdiri dari fase transmisi. Dibawah ini merupakan fase terjadinya proses nyeri pada fase transmisi. a. nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis. Dua jenis serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang menstranmisikan nyeri tajam dan terlokalisasi. Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamius spinothalamic tract [STT]. b. bahan kimia, suhu, listrik atau mekanis memicu pelepasan mediator biokimia misal prostaglandin, bradikinin, histamin, subtansi P yang mensensitisasi nosiseptor. c. Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampak perseepsi nyeri tersebut terjadi struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai strategi prilaku kognitif untuk menguranggi komponen sensorik dan afektif nyeri. d. neuron datang dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut melepaskan subtansi seperti opioid, serotonin, dan neropinefrin yang akan menghambat implus asendens yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis. 10. Faktor yang mempengaruhi nyeri pada lansia salah satunya adalah asupan gizi yang kurang baik, sehingga mengakibatkan rendahnya serum albumin. Kenapa demikian? a. Karena penurunan serum albumin dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan analgesic topical. b. Karena terjadi penurunan metabolisme dan ekskresi terhadap obat sehingg serum albumin juga mengalami penurunan. c. Banyak obat yg memiliki kandungan protein tinggi. Rendahnya serum albumin memungkinkan adanya lebih banyak obat bebas dalam bentuk aktif. d. Karena terjadinya penurunan massa otot dan lemak tubuh. 11. Dibawah ini merupakan pendekatan klinis terhadap pengkajian dan manajemen nyeri secara rutin. silahkan tahapan dibawah ini diurutkan sesuai dengan ABCDE : a. Memberikan kewenangan – memberikan intervensi – percaya – memilih pilihan - bertanya b. Memberikan kewenangan– bertanya – percaya – memilih pilihan – memberikan intervensi c. Memberikan kewenangan – memberikan intervensi – bertanya – memilih pilihan - percaya d. Bertanya – percaya – memilih pilihan memberikan intervensi – Memberikan kewenangan 12. Dibawah ini merupakan contoh dari aplikasi praktik keperawatan dalam pengkajian nyeri : a. Mencari potensial penyebab nyeri b. Mengkaji input dan output cairan c. Melihat adanya tanda-tanda infeksi d. Perawatan luka yang intensif pada luka menyebabkan nyeri 13. Meski klien memilih skala nyeri yang berbeda-beda, tetapi penting bagi perawat untuk memilih dan menggunakan skala yang sama secara konsisten pada klien tertentu. Perawat tidak menggunakan skala nyeri untuk membandingkan nyeri satu klien dengan klien yang lain. Dengan melihat pernyataan tersebut, manakah pernyataan dibawah ini yang serupa dengan pernyataan diatas. a. Menggunakan komponen-komponen yang dapat dipercaya dan valid untuk memastikan penggunaan criteria yang tepat dalam pengkajian nyeri. b. Skala yang tepat ditentukan oleh setiap klien, tidak ada skala yang sama untuk semua kelompok lain. c. Tanda-tanda vital bukan merupakan indikator yang peka terhadap adanya nyeri d. Mencoba sampel analgesic. 14. Dalam melakukan tatalaksana nyeri dengan menggunakan analgesic, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan rute pemberian , dosis dan frekuensinya. Kecerobohan tindakan medis dengan mengabaikan factor tersebut diperkirakan akan menimbulkan resio : a. Kematian pasien karena terjadi shok anafilaktik b. Nyeri pada tingkat intensitas tingggi dimana nyeri yang timbulnakibat kegagalan pada dosis akhir. c. Nyeri spontan. d. Tidak menimbulkan resiko karena nyeri yang dirasakan merupakan nyeri sedang saja. 15. Dibawah ini merupakan jenis nyeri tingkat intensitas tinggi. a. Kejadian nyeri, nyeri yang timbul akibat kegagalan pada dosis akhir, Nyeri spontan. b. Nyeri neuropatik c. Nyeri fatom dan superficial d. Nyeri organik 16. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita oleh seseorang untuk mengetahui apakah tindakan terhadap nyeri berhasil atau tidak, diperlukan adanya suatu alat ukur. Menurut anda manakah cara pengukuran nyeri yang paling efektif dan efisien? a. Numeric Rating Scale NRS karena skala ini merupakan Skala yang paling efektif digunakan saat mengkaji intyensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik dimana klien juga bisa menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. b. VAS merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan mewakili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini member klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri c. Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa local setempat d. Verbal Rating Scale VRS lebih efektif dilakukan karena tidak membutuhkan waktu lama untuk mengkaji 17. Evaluasi nyeri merupakan salah satu tanggung jawab perawat yang membutuhkan cara berfikir kritis dan efektif. Sebagai contoh : obat – obatan oral biasanya memuncakdalam 1 jam. Sedangkan obat-obatan IVP memuncak dalam 15 menit sampai 30 menit. Bagaimanakah anda mengevaluasi terkait hal ini? a. Tanyakan pada klien bila obat-obatan tersebut mengurangi nyeri ketika memuncak b. Apakah klien pernah membayangkan mengapa klien mengalami nyeri seperti ini? c. Atau apakah nyeri klien pernah menyebabkan klien mengalami depresi atau marah? d. Bagaimanakah perkembangan kesehatan klien saat ini? 18. Dibawah ini merupakan reaksi-reaksi fisiologi terhadap nyeri. Manakah jawaban dibawah ini yang tepat tentang akibat atau efek yang sesuai dengan reaksi tersebut : a. Penurunan pergerakan pencernaan, akibatnya menyebabkan pertahanan tubuh untuk menghindari gagal napas dalam keadaan setres yang berkepanjangan akibat nyeri. b. Pernapasan yang cepat dan tidak teratur yang mengakibatkan kelelahan dan stimulus vagal. c. Dilatasi pembuluh bronchial dan peningkatan kecepatan pernapasan , akibatnya terjadi peningkatan intake oksigen. d. Peningkatan pembuluh darah yang mengakibatkan adanya perubahan suplay darah dari perifer. 19. Dibawah ini merupakan respon stimulasi simpatis pada reaksi fisiologi nyeri. a. Diaphoresis, dilatasi pupil, dilatasi pembuluh bronchial, ketegangan otot, palor. b. Diaphoresis, dilatasi pupil, dilatasi pembuluh bronchial, ketegangan otot, palor, penurunan pergerakan pencernaan c. Diaphoresis, dilatasi pupil, dilatasi pembuluh bronchial, ketegangan otot, palor, penurunan denyut jantung dan tekanan darah d. Peningkatan denyut jantung, peningkatan kadar gula darah, diaphoresis, peningkatan tegangan otot, dilatasi pupil dan penurunan pergerakan pencernaan. 20. Jelaskan akibat atau efek jika terjadi penurunan pergerakan pencernaan pada stimulasi simpatis dalam fisiologi terhadap nyeri. a. Adanya peningkatan intake oksigen b. Melepaskan energi untuk aktivitas lain yang harus dilakukan dengan segera. c. Adanya ekstra energy d. Memeprsiapkan otot untuk bergerak. SOAL UJIAN BLOK SEMESTER II MAHASISWA STIKES BANYUWANGI PRODI SI KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 20152016 SOAL 2 Skenario 2 1. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan luka bakar….. a. Luka akibat benturan benda padat b. Luka akibat virus dan bakteri c. Luka karena kontak sumber panas d. Luka karena kontak sumber dingin 2. Luka bakar dapat disebabkan oleh hal-hal berikut, kecuali….. a. Api b. Air panas c. Radiasi d. Air dingin 3. Dalam mengklarifikasi luka bakar dapat dilihat dari…. a. Kedalaman keparahan dan agen penyebab b. Kedalaman keparahan c. Agen penyebab d. Struktur kulit 4. Langkah pertama yang ahrus dilakukan dalam penanganan pasien dengan luka bakar adalah….. a. Membuka pakaian pasien dan perhiasan lainnya b. Menjauhkan pasien dari sumber panas c. Kaji kelancaran jalan napas pasien d. Member pendingin dengan air 5. Langkah pertama yang ahrus dilakukan dalam penanganan pasien dengan luka bakar adalah….. a. Membuka pakaian pasien dan perhiasan lainnya b. Menjauhkan pasien dari sumber panas c. Kaji kelancaran jalan napas pasien d. Member pendingin dengan air 6. Keterampilan yang ahrus dimiliki perawat dalam memberikan perawatan pada pasien luka bakar adalah kecuali ….. a. Teknik mencuci tangan yang baik b. Teknik bersih dengan aseptic c. Mengganti pakaian pasien d. Menilai luka bakar pada saat ini 7. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam perawatan pasien luka bakar adalah….. a. Jangan mengganti balutan pasien b. Tidak perlu mencuci tangan c. Jangan diberi antiseptic d. Jangan memberikan preparat narkotik 8. Luka bakar yang harus mendapat perawatan dirumah sakit adalah…. a. Luka bakar kurang dari 15 pada orang dewasa b. Luka bakar kurang dari 10 pada orang anak c. Luka bakar daerah muka dan genitalia d. Luka bakar pada jari tangan 9. Perhitungan luka bakar pada lengan dan tangan berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 14 10. Perhitungan luka bakar pada lengan dan tangan berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 14 11. Perhitungan luka bakar pada paha, betis, dan kaki berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 4 12. Perhitungan luka bakar pada dada, perut, pinggang dan bokong berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 4 13. Perhitungan luka bakar pada genetalia berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 14 14. Perhitungan luka bakar pada kepala berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 14 15. Perhitungan luka bakar pada tungkai kaki berdasarkan Rule of Nine’s dari Wallace adalah…. a. 2 x 9 b. 9 c. 1 d. 10 16. Prinsip penatalaksanaan pasien dengan luka bakar adalah…. a. Penatalaksanaan sesuai dengan kondisi dan tempat pasien b. Penatalaksanaan sesuai dengan umur c. Penatalaksanaan sesuai dengan jenis kelamin d. Penatalaksanaan sesuai dengan berat badan 17. Tujuan dari luka bakar adalah….. a. Mengurangi rasa sakit b. Mencegah kekambuhan c. Mengurangi komplikasi d. Penyembuhan luka 18. Luka bakar derajad 1 adalah….. a. Kerusakan pada seluruh lapisan dermis atau lebih dalam b. Sudah mengenai saraf perifer dengan gejala kesemutan c. Kerusakan pada lapisan epidermis setelah 24 jam pertama d. Kerusakan pada dermis ditandai dengan adanya bulae 19. Luka bakar derajad II adalah…. a. Kerusakan pada seluruh lapisan dermis atau lebih dalam b. Sudah mengenai saraf perifer dengan gejala kesemutan c. Kerusakan pada lapisan epidermis setelah 24 jam pertama a. Kerusakan pada dermis ditandai dengan adanya bulae 20. Luka bakar derajad III adalah…. a. Kerusakan pada seluruh lapisan dermis atau lebih dalam b. Sudah mengenai saraf perifer dengan gejala kesemutan c. Kerusakan pada lapisan epidermis setelah 24 jam pertama a. Kerusakan pada dermis ditandai dengan adanya bulae SOAL UJIAN BLOK SEMESTER II MAHASISWA STIKES BANYUWANGI PRODI SI KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 20152016 SOAL 3 Skenario 3 JAWABLAH SOAL INI DIBAWAH INI DENGAN BENAR 1. Tujuan dari tindakan pencegahan infeksi PI dalam pelayanan kesehatan adalah…. a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. b. Menurunkan resiko penularan penyakit seperti hepatitis dan HIVAIDS. c. A dan B benar d. A dan B salah 2. Pedoman dalam tindakan PI adalah …. a. Cuci tangan b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya. c. Memproses alat bekas pakai. d. Semua benar 3. Berikut adalah beberapa istilah tindakan yang akan digunakan dalam PI, kecuali…. a. Antisepsis b. Dekomentasi c. Klorinisasi d. sterilisasi 4. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda- benda mati atau instrument disebut…. a. Antisepsis b. Mencuci dan membilas c. Sterilisasi d. Asepsis 5. Menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme merupakan tujuan dari…. a. Cuci tangan b. Membilas c. Memakai sarung tangan d. mencuci 6. cuci tangan sebaiknya dilakukan a. setelah kontak fisik dengan pasienklien Ibu dan bayi baru lahir saja b. sebelum dan sesudah kontak dengan pasien c. setelah memakai sarung tangan d. B dan C benar 7. Berikut merupakan jenis-jenis sarung tangan, kecuali…. a. Sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi b. Sarung tangan rumah tangga c. Sarung tangan panjang d. Sarung tangan periksa yang bersih 8. Sarung tangan periksa yang bersih digunakan untuk…. a. Mencuci peralatan b. Memasang infuse c. Menolong persalinan d. Melakukan penjahitan perineum 9. Semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi disebut…. a. Disinfeksi b. Sterilisasi c. Teknik aseptic d. Dekontaminasi 10. Berikut yang termasuk aspek teknik aseptic adalah…. a. Antiseptic b. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi c. Menjaga tingkat sterilitas atau DTT d. Semua benar 11. Larutan antiseptik digunakan untuk …. a. Kulit dan jaringan b. Mendekontaminasi peralatan c. Membersihkan tempat periksa d. Semua salah 12. Urutan memproses alat bekas pakai yang dianjurkan adalah …. a. Cuci bilas, dekontaminasi, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi b. Cuci bilas, DTT, dekontaminasi, sterilisasi c. Dekontaminasi, sterilisasi, DTT, cuci bilas d. Dekontaminasi, cuci bilas, DTT, atau sterilisasi 13. Alat-alat yang kotor atau bekas pakai akan aman adalah …. a. Merendam dalam larutan klorin 0,5 selama 25 menit b. Merendam dalam larutan klorin 0,5 selama 20 menit c. Merendam dalam larutan klorin 0,5 selama 15 menit d. Merendam dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit 14. Tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh disebut …. a. Aseptic atau teknik aseptic b. Disinfeksi c. Dekontaminasi d. Sterilisasi 15. Tujuan dari dekontaminasi adalah …. a. Membunuh hepatitis B Virus HBV dan HIV b. Membunuh semua mikroorganisme c. Membunuh semua mikroorganisme termasuk endospora d. Semua benar 16. Menggunakan wadah plastik waktu dekontaminasi adalah untuk mencegah …. a. Pisau dan gunting menjadi tumpul ketika bersentuhan dengan wadah logam b. Reaksi elektrolisis ketika direndam dalam wadah logam c. A dan B benar d. A dan B salah 17. Efektivitas menghilangkan atau menon-aktifkan mikroorganisme pada process cuci bilas adalah …. a. Hingga 50 b. Hingga 60 c. Hingga 70 d. Hingga 80 18. Penggunaan sabun penting dalam proses cuci-bilas karena …. a. Dapat menghilangkan bau amis b. Dapat menghilangkanlemak dan minyak c. Membuat peralatan semakin mengilap d. Semua salah 19. Sterilisasi adalah …. a. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mekroorganisme kecuali endospora b. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora c. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme d. Semua salah 20. Disinfeksi tingkat tinggi DTT dapat dilakukan dengan cara …. a. Merebus b. Mengukus c. Kimiawi d. Semua benar 21. Kekurangan sterilisasi dengan sinar ultraviolet UV adalah …. a. Membutuhkan sumber listrik yang tinggi b. Kurang efektif di area dengan kelembapan relative yang tinggi c. Paparan terhadap UV dapat membakar kulit dan mata d. Semua benar 22. Sebelum dibuang, benda-benda tajam sebaiknya …. a. Dipisahkan dulu antara jarum dengan spuit b. Dibilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5 dekontaminasi c. A dan B benar d. A dan B salah 23. Menjaga keselamatan waktu menggunakan jarum suntik dan spuit dengan cara …. a. Menggunakan jarum dan spuit hanya sekali pakai b. Tidak melepas jarum dari spuit setelah digunakan c. Tidak mematahkan jarum sebelum dibuang d. Semua benar 24. Termasuk golongan sampah basah adalah …. a. Darah dan duh tubuh b. Jarum dan semprit c. Kapas dan kasa d. Semua benar 25. Termasuk pedoman umum keberhasilan dan kerapihan, kecuali…. a. Membersihkan dari atas ke bawah b. Selalu menggunakan sarung tangan steril c. Menyeka dan menggosok permukaan datar atau lantai setiap setelah digunakan sampai bersih d. Menempelkan petunjuk khusus kebersihan. PETUNJUK TUTORIAL UNTUK TUTOR MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN IDK II Editor Ukhtul Izzah, S. Kep., Ners Solihin, S. Kep., Ners. PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2016 GAMBARAN BLOK Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-nya buku panduan tutorial ini telah tersusun. Blok Ilmu Dasar Keperawatan ini diberikan kepada mahasiswa tingkat I semester I prodi SI keperawatan STIKes Banyuwangi tahun ajaran 20152016 dengan tujuan memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang teori maupun keterampilan praktik keperawatan tentang kebutuhan dasar manusia. Evaluasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dilakukan melalui proses belajar dan ujian akhir blok. Beban studi : 4 sks ; 2 sks kuliah, 1 sks tutorial, 1 sks skill lab. Adapun kompetensi dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II yang ditutorialkan adalah sebagai berikut : 1. Kompetensi kebutuhan aman dan nyaman : Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa mampu : a. Mengidentifikasi pencegahan infeksi b. Mengidentifikasi keterampilan dasar terkait dengan pengontrolan infeksi c. Mengidentifikasi mekanisme nyeri d. Melakukan asuhan keperawatan nyeri 2. Asuhan keperawatan luka : Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa mampu : a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep perawatan luka b. Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen luka c. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan luka PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL Programme Based Learning yang sangat tepat digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control agar tujuan belajar dapat tercapai. A. Manfaat tutorial : a. Meningkatkan partisipasi mahasiswa b. Meningkatkan keterampilan komunikasi. c. Menanamkan rasa tanggung jawab pada mahasiswa B.H Bay S.S.W Tay, 2014 d. Mendorong mahasiswa dalam pemecahan masalah e. Meningkatkan partisipasi kerja tim dan interaksi social antar kelompok. f. Menerima umpan balik dari guru dan antar anggota kelompok tutorial g. Meningkatkan belajar mandiri dan bertukar informasi Annamalai, Manivel Palanisamy, 2015 Adapun proses tutorial dengan menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi: 1. Clarify Unfamiliar Terms a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya mencoba untuk mendefinisikannya. b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya. c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart. 2. Define the Problems a. Problem masalah, bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan sesi terbuka pada step 1. b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam diskusi. c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah. d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual. e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok. 3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar salah, atau sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut. b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang sesuai dengan masalah. c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci. d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada. 4. Arrange Explanations Into Tentative Solutions Many different explanations a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum. b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan juga merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman. Analyze the problem Hasil diskusi : a. Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah. b. Ditulis secara skematik c. Mahasuswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota kelompok dengan pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda. 5. Defining Learning Objectives a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar. b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih focus, tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia. c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri ekstra karena kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri. Catatan : 1 Setiap mahasiswa harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang telah disepakati tidak dibenarkan membagi tugas. 2 Tutor member tugas pada masing-masing mahasiswa untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan tangan dan menggunakan tinta biru, sehingga mahasiswa lebih siap berdiskusi di langkah ke-7. Resume dinilai pada saat diskusi kedua langkah ke-7 6. Information Gathering : Private Study a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized literarure search, jurnal, specimen patologis fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb. b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok student’s individual notes, termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing mahasiswa berbeda. c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7. 7. Synthesize and Test Acquired Informations Reporting Phase a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur maupun sumber belajar lainnya. b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan kembali. c. Mahasiswa bias menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap referensi. d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat laporan tertulis. e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam diskusi dengan pakar narasumber. B. Kegiatan mahasiswa pada penerapan tutorial adalah: a. Mempersiapkan diri sebelum perkuliahan b. Mempelajari tugas yang diberikan dosen c. Mengikuti kegiatan pembukaan perkuliahan d. Mengikuti proses diskusi e. Melakukan kegiatan tanya jawab untuk menggali informasi f. Mendengarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan g. Mengikuti evaluasi proses dan capaian hasil diskusi h. Mendengarkan umpan balik jalannya proses diskusi dan capaian hasil diskusi i. Mengikuti penutupan kegiatan perkuliahan Aminuddin. 2013. C. Aktivitas pembelajaran Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan dipersiapkan untuk memandu mahasiswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran kuliah ini. a. Tugas Ketua: 1. Memimpin jalannya diskusi 2. Membuka diskusi kelopok 3. Membaca skenario 4. Sebagai timekeeper 5. Memastikan seluruh anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi 6. Memberi kesempatan anggota untuk memberikan pendapat dan umpan balik 7. Menyimpulkan hasil diskusi b. Tugas sekertaris: 1. Turut berpartisipasi aktif dalam diskusi 2. Membuat catatan inti sari serta point-point penting pendapat setiap anggota kelompok 3. Mengkategorikan hasil curah pendapat sesuai dengan topic i. Tugas mahasiswa : menganalisa skenario dengan seven jump a Clarifying unfamiliar terms mengklarifikasi istilah b Problem definition mendefinisikan permasalahan c Brainstorming d Analyzing the problem menganalisis masalah. e Formulating learning issue menetapkan tujuan belajar f Self study mengumpulkan infformasi tambahan belajar mandiri g Reporting mensintesis menguji informasi baru. A. Jadwal tutorial Kelompok Tanggal Waktu Ruangan fasilitator 1.a 5042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 5042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 5042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 5042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 5042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 5042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 5042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 5042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 5042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 5042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 12042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 12042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 12042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 12042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 12042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 12042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 12042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 12042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 12042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 12042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 19042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 19042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 19042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 19042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 19042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 19042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 19042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 19042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 19042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 19042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 22042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 22042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 22042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 22042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 22042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 22042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 22042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 22042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 22042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 22042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 26042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 26042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 26042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 26042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 26042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 26042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 26042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 26042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 26042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 26042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep SKENARIO 1 Ny. D 35 tahun dirawat dibangsal dahlia RS. Enggal Waras dengan Diagnosa Medis post operasi ORIF indikasi fraktur femur dekstra dalam perawatan hari ke I. Berdasarkan pengkajian autoanamnesa, Ny D mengatakan nyeri karena luka operasi, nyeri dirasakan seperti ada benda yang menusuk pada lukanya. Saat dikaji dengan menggunakan skala nyeri menurut Bourbonnais, pasien menunjukkan pada skala 5 dan terasa setiap waktu dan bertambah ketika digerakkan. Hasil pengkajian secara objectif, didapatkan : pemeriksaan tanda tanda vital TTV, TD : 14040 mmHg, RR : 22xmnt; HR 107xmnt; suhu 37 derajad celcius, Pasien tampak menahan nyeri. Program terapi obat : Infus NaCl 0,9 60 TPM, Injeksi ceftriakson I gr8 jam per IV, injeksi ketorolac 30 mg 8 jam per IV Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump 1. Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran tutorial seven jump Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Nyeri 2. The Learning Objectives a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian nyeri b. mahasiswa mampu menjelaskan tingkat nyeri c. mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian nyeri d. mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan nyeri e. mahasiswa mampu menjelaskan manajemen nyeri Daftar Pustaka : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Anas T 2012. Konsep Penatalaksanaan nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC 4. Eni K 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium : Keperawatan Dasar. Penerbit Buku Kedokteran 5. Herr et al : Pain Assessment EGC in the non verbal patient : position statemen with clinical practice recommendations : pain manajemen nurs 7 2 : 44, 2006 6. Mubarak 2012 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC 7. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC 8. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 9. Nursalam 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Edisi 4 Jakarta : Salemba Medika. 10. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC SKENARIO 2 Tn. S 40 tahun datang ke puskesmas karena luka dikakinya yang tidak kunjung sembuh. Dari anamnesis dokter mendapatkan informasi 5 hari yang lalu Tn. S terinjak pecahan kaca dan berobat dengan bidan desa. Dari pemeriksaan dokter mendapatkan pada region pedis dekstra ada ulkus, sekitarnya kemerahan dan tanda-tanda radang lainnya. Suhu tubuh 37,7 derajad celcius. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 14.000mm 1. Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran tutorial seven jump Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan luka 2. The Learning Objectives : a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep perawatan luka b. Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen luka c. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan luka Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump Referensi : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Alimul H 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika Jakarta 4. Anas T 2012. Konsep Penatalaksanaan nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC . 6. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 7. Nursalam 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Edisi 4 Jakarta : Salemba Medika 8. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC SKENARIO 3 Seorang mahasiswa keperawatan An. M belajar bersama temannya An. S dalam melakukan prosedur mencuci tangan steril dan tidak steril. Ia meminta temannya An. S untuk membacakan prosedur mencuci tangan karena An. Mmasih merasa belum hafal betul terkait tahapan prosedur mencuci tangan. Setelah tahap demi tahap dilakukan. Ternyata An. M berhasil dengan benar melakukan prosedur mencuci tangan steril dan tidak steril. An. S merasa senang dan akhirnya mereka dapat melakukan prosedur mencuci tanganh dan membacakan prosedur mencuci tangan secara bergantian. 1. Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran tutorial seven jump Mahasiswa mampu memahami pengendalian pencegahan infeksi PPI 2. The Learning Objectives a. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem kekebalan tubh b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengontrolan infeksi c. Mahasiswa mampu menjelaskan keterampilan dasar terkait dengan pengontrolan infeksi d. Mahasiswa mampu menjelaskan nasokomial infeksi Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump Referensi : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Alimul H 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika Jakarta 4. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC 5. Debora 2004. Panduan pencegahan In feksi untuk Pelayaanan Kesehatan dengan Sumber daya terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 6. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 7. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC PETUNJUK TUTORIAL MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN IDK II Editor Ukhtul Izzah, S. Kep., Ners PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2016 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-nya buku panduan tutorial ini telah tersusun. Blok Ilmu Dasar Keperawatan ini diberikan kepada mahasiswa tingkat I semester I prodi SI keperawatan STIKes Banyuwangi tahun ajaran 20152016 dengan tujuan memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang teori maupun keterampilan praktik keperawatan tentang kebutuhan dasar manusia. Evaluasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dilakukan melalui proses belajar dan ujian akhir blok. Beban studi : 4 sks ; 2 sks kuliah, 1 sks tutorial, 1 sks skill lab. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi berpengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa . Proses pembelajaran berpusat pada dosen Teaching cetered Learning berubah menjadi pembelajaran berpusat pada mahasiswa Student Centered Learning. Melalui proses pembelajaran ini, mahasiswa dituntut aktif untuk belajar mandiri dan dosen berperan sebagai fasilitator dalam mencapai tujuan belajar . Dalam mencapai tujuan yang diinginkan harus dirumuskan terlebih dahulu learning objective dari pembelajaran. Strategi yang digunakan untuk mencapai kompetensi salah satunya adalah menggunakan problem based learning, baik menggunakan skenario kasus tutorial maupun video tutorial. Buku ini terdiri dari beberapa skenario kasus yang akan menjadi trigger, mahasiswa dapat mengeksplore lebih dalam dan mengkolaborasi tingkat kognitif terhadap masalah-masalah keperawatan. Evaluasi buku panduam ini terdiri dari quiz pretest dan posttest yang menilai keaktifan mahasiswa selama proses tutorial seven jump dan penugasan serta belajar mandiri. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Banyuwangi, Maret 2016 Penyusun PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL Programme Based Learning yang sangat tepat digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control agar tujuan belajar dapat tercapai. A. Manfaat tutorial : a. Meningkatkan partisipasi mahasiswa b. Meningkatkan keterampilan komunikasi. c. Menanamkan rasa tanggung jawab pada mahasiswa B.H Bay S.S.W Tay, 2014 d. Mendorong mahasiswa dalam pemecahan masalah e. Meningkatkan partisipasi kerja tim dan interaksi social antar kelompok. f. Menerima umpan balik dari guru dan antar anggota kelompok tutorial g. Meningkatkan belajar mandiri dan bertukar informasi Annamalai, Manivel Palanisamy, 2015 Adapun proses tutorial dengan menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi: 1. Clarify Unfamiliar Terms a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya mencoba untuk mendefinisikannya. b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya. c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart. 2. Define the Problems a. Problem masalah, bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan sesi terbuka pada step 1. b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam diskusi. c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah. d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual. e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok. 3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar salah, atau sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut. b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang sesuai dengan masalah. c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci. d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada. 4. Arrange Explanations Into Tentative Solutions Many different explanations a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum. b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan juga merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman. Analyze the problem Hasil diskusi : a. Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah. b. Ditulis secara skematik c. Mahasuswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota kelompok dengan pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda. 5. Defining Learning Objectives a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar. b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih focus, tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia. c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri ekstra karena kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri. Catatan : 1 Setiap mahasiswa harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang telah disepakati tidak dibenarkan membagi tugas. 2 Tutor member tugas pada masing-masing mahasiswa untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan tangan dan menggunakan tinta biru, sehingga mahasiswa lebih siap berdiskusi di langkah ke-7. Resume dinilai pada saat diskusi kedua langkah ke-7 6. Information Gathering : Private Study a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized literarure search, jurnal, specimen patologis fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb. b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok student’s individual notes, termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing mahasiswa berbeda. c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7. 7. Synthesize and Test Acquired Informations Reporting Phase a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur maupun sumber belajar lainnya. b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan kembali. c. Mahasiswa bias menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap referensi. d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat laporan tertulis. e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam diskusi dengan pakar narasumber. B. Tujuan Pembelajaran  Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan Nyeri  Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan luka  Mampu menjelaskan pengontrolan infeksi C. Kegiatan mahasiswa pada penerapan tutorial adalah: a. Mempersiapkan diri sebelum perkuliahan b. Mempelajari tugas yang diberikan dosen c. Mengikuti kegiatan pembukaan perkuliahan d. Mengikuti proses diskusi e. Melakukan kegiatan tanya jawab untuk menggali informasi f. Mendengarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan g. Mengikuti evaluasi proses dan capaian hasil diskusi h. Mendengarkan umpan balik jalannya proses diskusi dan capaian hasil diskusi i. Mengikuti penutupan kegiatan perkuliahan Aminuddin. 2013. D. Aktivitas pembelajaran Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan dipersiapkan untuk memandu mahasiswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran kuliah ini. a. Tugas Ketua: 1. Memimpin jalannya diskusi 2. Membuka diskusi kelopok 3. Membaca skenario 4. Sebagai timekeeper 5. Memastikan seluruh anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi 6. Memberi kesempatan anggota untuk memberikan pendapat dan umpan balik 7. Menyimpulkan hasil diskusi b. Tugas sekertaris: 1. Turut berpartisipasi aktif dalam diskusi 2. Membuat catatan inti sari serta point-point penting pendapat setiap anggota kelompok 3. Mengkategorikan hasil curah pendapat sesuai dengan topic i. Tugas mahasiswa : menganalisa skenario dengan seven jump a Clarifying unfamiliar terms mengklarifikasi istilah b Problem definition mendefinisikan permasalahan c Brainstorming d Analyzing the problem menganalisis masalah. e Formulating learning issue menetapkan tujuan belajar f Self study mengumpulkan infformasi tambahan belajar mandiri g Reporting mensintesis menguji informasi baru. E. Jadwal tutorial Kelompok Tanggal Waktu Ruangan fasilitator 1.a 5042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 5042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 5042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 5042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 5042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 5042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 5042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 5042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 5042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 5042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 12042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 12042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 12042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 12042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 12042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 12042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 12042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 12042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 12042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 12042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 19042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 19042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 19042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 19042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 19042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 19042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 19042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 19042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 19042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 19042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 22042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 22042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 22042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 22042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 22042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 22042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 22042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 22042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 22042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 22042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep 1.a 26042016 08.00-09.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.a 26042016 08.00-09.40 1.b Atik P, M. Kep 3.a 26042016 08.00-09.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.a 26042016 08.00-09.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.a 26042016 08.00-09.40 3a Ninis I, M.Kep 1.b 26042016 12.00-13.40 1.a Solihin, S. Kep., Ns 2.b 26042016 12.00-13.40 1.b Atik P, M. Kep 3.b 26042016 12.00-13.40 2.a Ukhtul I, S. Kep., Ns 4.b 26042016 12.00-13.40 2.b Rani DB, S. Kep., Ns 5.b 26042016 12.00-13.40 3.b Ninis I, M.Kep SKENARIO 1 Ny. D 35 tahun dirawat dibangsal dahlia RS. Enggal Waras dengan Diagnosa Medis post operasi ORIF indikasi fraktur femur dekstra dalam perawatan hari ke I. Berdasarkan pengkajian autoanamnesa, Ny D mengatakan nyeri karena luka operasi, nyeri dirasakan seperti ada benda yang menusuk pada lukanya. Saat dikaji dengan menggunakan skala nyeri menurut Bourbonnais, pasien menunjukkan pada skala 5 dan terasa setiap waktu dan bertambah ketika digerakkan. Hasil pengkajian secara objectif, didapatkan : pemeriksaan tanda tanda vital TTV, TD : 14040 mmHg, RR : 22xmnt; HR 107xmnt; suhu 37 derajad celcius, Pasien tampak menahan nyeri. Program terapi obat : Infus NaCl 0,9 60 TPM, Injeksi ceftriakson I gr8 jam per IV, injeksi ketorolac 30 mg 8 jam per IV Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump Referensi : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Anas T 2012. Konsep Penatalaksanaan nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC 4. Eni K 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium : Keperawatan Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Herr et al : Pain Assessment EGC in the non verbal patient : position statemen with clinical practice recommendations : pain manajemen nurs 7 2 : 44, 2006 6. Mubarak 2012 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC 7. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC 8. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 9. Nursalam 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Edisi 4 Jakarta : Salemba Medika. 10. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC SKENARIO 2 Tn. S 40 tahun datang ke puskesmas karena luka dikakinya yang tidak kunjung sembuh. Dari anamnesis dokter mendapatkan informasi 5 hari yang lalu Tn. S terinjak pecahan kaca dan berobat dengan bidan desa. Dari pemeriksaan dokter mendapatkan pada region pedis dekstra ada ulkus, sekitarnya kemerahan dan tanda-tanda radang lainnya. Suhu tubuh 37,7 derajad celcius. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 14.000mm Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump Referensi : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Alimul H 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika Jakarta 4. Anas T 2012. Konsep Penatalaksanaan nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC 6. Debora 2004. Panduan pencegahan In feksi untuk Pelayaanan Kesehatan dengan Sumber daya terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 7. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 8. Nursalam 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Edisi 4 Jakarta : Salemba Medika 9. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC SKENARIO 3 Seorang mahasiswa keperawatan An. M belajar bersama temannya An. S dalam melakukan prosedur mencuci tangan steril dan tidak steril. Ia meminta temannya An. S untuk membacakan prosedur mencuci tangan karena An. Mmasih merasa belum hafal betul terkait tahapan prosedur mencuci tangan. Setelah tahap demi tahap dilakukan. Ternyata An. M berhasil dengan benar melakukan prosedur mencuci tangan steril dan tidak steril. An. S merasa senang dan akhirnya mereka dapat melakukan prosedur mencuci tanganh dan membacakan prosedur mencuci tangan secara bergantian. Diskusikan skenario tersebut dengan langkah seven jump Referensi : 1. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 1, Salemba Medika Jakarta 2. Alimul H 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan proses keperawatan. Volume 2, Salemba Medika Jakarta 3. Alimul H 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika Jakarta 4. Perry AG Potter PA 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Praktik Volume 1, Edisi 4 Jakarta : EGC 5. Debora 2004. Panduan pencegahan In feksi untuk Pelayaanan Kesehatan dengan Sumber daya terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 6. Nanda International 2015 Diagnosis Keperawatan : Definisi Klarifikasi, Edisi 10 Jakarta : EGC 7. WHO 2012. Pedoman Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UKHTUL IZZAH 20141050063 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI Telah disetujui pada tanggal : 25 Juli 2016 Oleh : Ukhtul Izzah Nim 20141050063 Pembimbing Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M. Kes …………………………………… Mengetahui Ketua Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fitri Arofiati. S. Kep., Ners, MAN., PH.D ABSTRAK PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN GAMBARAN AFEKTIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI Ukhtul Izzah¹, Wiwik Kusumawati² ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning, salah satunya adalah dengan menggunakan metode tutorial. Keberhasilan dari diskusi tutorial sangat dipengaruhi oleh tahapan struktur yang terdapat dalam tutorial seven jump. Proses ini akan mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri baik pengetahuan kognitif, afektif sikap dan psikomotor. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh metode pembelajaran PBL tutorial seven jump terhadap kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa. Metode Penelitian : jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini telah menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan pendekatan pre and post test withaout control dengan treatment Problem Based Learning. Sampel dalam penelitian ini menggunakan soal MCQ kognitif dan observasi afektif. Kemudian di analisa menggunakan uji paired samples t test. Hasil Penelitian : Hasil penelitian setelah dilakukan 3x intervensi Problem Based Learning menunjukkan nilai kemampuan kognitif ρ-value = 0.001 ρ-value 0.05, sedangkan untuk nilai afektif ρ-value = 0.000 ρ-value 0.05. Penilaian kemampuan kognitif yang tertinggi adalah pada tutorial pertama, sedangkan untuk nilai afektif yang tertinggi adalah tutorial ketiga. Kesimpulan : Ada pengaruh kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa prodi SI Kjeperawatan STIKes Banyuwangi setelah dilakukan 3x metode PBL tutorial seven jump. Kata Kunci : Problem Based Learning, tutorial seven jump, kognitif, afektif 1 Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta THE EFFECTS OF PROBLEM BASED LEARNING METHOD TO THE COGNITIVE SKILLS OF BACHELOR DEGREE S1 STUDENTS IN NURSING, AT STIKES BANYUWANGI Ukhtul Izzah 1 , Wiwik Kusumawati 2 Abstract Background: One of the ways taken by the Indonesian government to improve the quality of education in Indonesia is by revising the applied curriculum from Teacher Centered Learning to Students Centered Learning. Tutorial methods is one of the examples of applied meth od in this case. This tutorial method’s success is influenced by the stages of structures in tutorial seven jump which also influences the behavior of students specifically their cognitive, affective and psychomotor behavior. Objectives: The research was aimed at analyzing the effects of Problem Based Learning PBL tutorial seven jump method to the students’ cognitive and affective skills. Research Method: The research is a qualitative research which applies quasi experiment approach. Pre and post-test without control by Problem Based Learning treatment was performed. The sample on this research was MCQ questions cognitive and observation affective. Then, the data was analyzed by using paired sample t test. Results: The research showed that after 3three times performing PBL intervention to the students, their cognitive skill was shown as follow: p value = 0.001 p-value 0.05. Meanwhile, affective score was shown in p-value= 0.000 p-value 0.05. The highest cognitive score was resulted at the first tutorial whereas the highest affective score was at the third tutorial. Conclusion: After 3 three times treatment, BPL seven up jump affected the cognitive and affective skills of the bachelor degree students majoring in nursing at STIKES BANYUWANGI. Keywords: problem based learning, tutorial seven jump, cognitive, affective 1 Nursing student of University Muhammadiyah of Yogyakarta 2 Lecturer of Nursing Program at University of Muhammadiyah Yogyakarta PENDAHULUAN Perguruan tinggi dibidang kesehatan berperan penting dalam menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten dan berkualitas dengan cara membekali teori dan praktek meliputi kognitif, afektif dan psikomotor melalui materi perkuliahan dengan harapan mahasiswa mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, berpikir analisis dan lain sebagainya Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Hal ini juga dibenarkan oleh Suprijono 2009 bahwa Keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dapat diwujudkan salah satunya melalui ketepatan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dimana proses akan mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri baik pengetahuan kognitif, afektif sikap dan psikomotor melalui kegiatan membaca dan mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya Suprijono, 2009. Pembelajaran konvensional yang saat ini masih umum digunakan oleh perguruan tinggi maupun sekolah tinggi keperawatan di Indonesia dinilai tidak sejalan lagi dengan kemajuan dunia pendidikan di era globalisasi ini. Pembelajaran konvensional yang bersifat tradisional menyebabkan mahasiswa menajdi tidak termotivasi mengiukuti kegiatan pembelajaran, dan ini berdampak pada prestasi yang akan mahasiswa capai yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor Mody et al., 2012. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum Mahanal, 2007. Sejalan dengan kurikulum yang diimplementasikan saat ini yang mana terjadinya perubahan paradigma pembelajaran dari Teacher Centered Learning TCL ke Student Centered Learning SCL sehingga pembelajaran yang diberikan merupakan adult learning yang memacu mahasiswa peserta didik untuk lebih meningkatkan potensi dalam mengembangkan kepribadian Nursalam, 2012 Student Center Learning SCL merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran SCL yaitu Problem Based Learning PBL Aipni, 2013. Saat ini , system pembelajaran profesi ners di Indonesia mengalami tren ketidakstabilan. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan adanya uji kompetensi keperawatan 50 dengan batas nilai kelulusan 44,38 dan pada tahun 2015 sebanyak 64 denagn batas nilai 45,61 www.aipdiki.org . ketidakstabilan angka kelulusan mahasiswa pada saat mengikuti ujian kompetensi bisa disebabkan dari strategi pembelajaran yang kurang efektif, yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan yang hanya mengembangkan pembelajaran konvensional juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif tidak terasah sehingga peserta didik tidak terbiasa mengasah kemampuannya baik pada kemampuan afektif maupun psikomotoriknya, oleh karena itu sangatlah dibutuhkan srategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif maupun kognitif mahasiswa. Adapun strategi pembelajaran yang bisa diterapkan antara lain problem based learning. Hasil penelitian Amyana 2007 menunjukkan bahwa Problem Based Learning PBL mampu meningkatkan keefektifan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahassiwa, selain itu juga membuat suasanan pembelajaran lebih kondusif. Dengan menggunakan pendekatan ilmiyah proses pembelajaran kana terjadi keseimbangan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik Hidayati, 2014. Problem Based Learning PBL Adalah salah satu metode pembelajaran yang sangat popular pada masa kini. Dimana didalam implementasi pembelajaran ini menggunakan masalah yang nyata dalam kehidupan dan dituangkan dalam bentuk skenario. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut. Nursalam 2012. Sebuah hasil penelitian tentang penerapan metode PBL di National Central University Chungli, Taiwan Chang, 2006 menyatakan bahwa performansi para mahasiswa meningkat secara signifikan setelah menerapkan metode PBL, terutama pada aspek pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kebutuhan metode PBL khususnya pada kurikulum perguruan tinggi timbul karena desakan dari masyarakat, perusahaan-perusahaan, pemerintah maupun badan usaha lain yang tidak puas akan kompetensi lulusan sarjana yang kurang memiliki keterampilan pengetahuan kognitif maupun sikap yang dibutuhkan dalam dunia perkuliahan maupun dunia kerja Salleh, 2007. Berdasarkan fenomena yang diamati oleh peneliti bahwa salama ini pembelajaran yang diimplementasikan masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal itu tercermin dari kegiatan dan proses pembelajaran yang masih menitik beratkan kepada dosen atau pengajar, sehingga mahasiswa menjadi pasif. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 mahasiswa prodi SI Keperawatan angakatan 2011 dan 2012 didapatkan informasi bahwa proses pembelajaran yang diberikan tenaga pendidik selama ini cenderung monoton hanya sebatas ceramah dan penugasan. Enam dari 10 mahasiswa mengatakan jenuh dan merasa bosan dengan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan. Hasil wawancara ini juga didukung dengan adanya data yang diperoleh dari BAAK Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan STIKes Banyuwangi bahwa terdapat penurunan nilai kognitif yang dilihat dari hasil ujian beberapa mata kuliah, salah satunya pada mata kuliah IDK II yang mengalami penurunan setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 2012 sampai sekarang. Penurunan mata kuliah tersebut turut mempengaruhi nilai indeks prestasi mahasiswa. Berdasarkan IP yang peneliti dapatkan dari bagian evaluasi akademik prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi, didapatkan bahwa rata-rata IP yang peneliti dapatkan untuk angkatan 2010 3,64 lebih besar disbanding rata- rata IP angkatan 2011 3, 40. Sedangkan pada tahun 2012 3,82. Dan apabila dilihat dari IP per mahasiswa yang mendapat IP dibawah 3 pada angkatan 2010 ada 8 orang, pada angkatan 2011 yang mendapat IP dibawah 3 sekita 10 orang, sedangkan pada angkatan 2012 sebanyak 20 orang. Kesimpulannya dalam hal perolehan IP mengalami penurunan dari angkatan 2010 ke angkatan berikutnya. Selain berpengaruh terhadap kognitif mahasiswa metode pembelajaran yang diberikan juga turut berperan serta mempengaruhi afektif mahasiswa. Berdasarkan data yang diterima bahwa pada tahun 2011 sebanyak 56 mahasiswa terlambat saat akan masuk kuliah dan mengalami peningkatan prasentase pada tahun berikutnya. Selain sikap kedisiplinan terkait hal tersebut diatas, terdapat 45 kehadiran mahasiswa dinyatakan kurang kurang dari 80. Selain melihat data terkait sikapafektif mahasiswa, peneliti juga mewawancarai beberapa dosen wali tentang attitude mahasiswa. Dari hasil wawancara dosen ada 5 orang dosen dari 8 dosen mengatakan bahwa attitude mahasiswa STIKes Banyuwangi kurang baik, terutama pada mahasiswa tingkat 1 semester II. Sejumlah permasalahan sebagaimana diungkapkan di atas, menjadi inspirasi bagi penulis untuk mencari jalan pemecahannya dengan mengadopsi cara pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan berorientasi kompetensi, yaitu model Problem Based Learning PBL yang dikembangkan oleh McMaster University in Hamilton, Ontario, Canada in the late 1960s by Howard Barrows and His Colleagues. Menurut Suci 2008:23, model pembelajaran berpusat pada masalah mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa. Harsono dan Dwiyanto 2005:5 menyatakan bahwa PBL berpusat pada aktivitas siswa student centered dan kehidupannya bertumpu pada proses tutorial. Prinsip pokok tutorial menurut Widuroyekti 2006:13 adalah kemandirian mahasiswa. Salah satu teknik pembelajaran dari metode tutorial yang dikembangkan oleh Schmidt dan Bouhuijs 2007 yaitu menggunakan tujuh langkah seven jumps yang pada hakikatnya menempatkan peran dan tanggung jawab pembelajar mahasiswa lebih besar dan sangat penting. Langkah-langkah tersebut adalah: 1 klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami; 2 mendefinisikan permasalahan; 3 menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara; 4 menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan; 5 menformulasi tujuan belajar; 6 mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri; 7 mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan melakukan refleksi penguatan hasil belajar. Pada Pada tahun akademik 20142015, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Banyuwangi menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Proses pembelajaran yang dahulu berpusat pada dosen Teacher Centered Learning berubah menjadi berpusat kepada mahasiswa Student Centered Learning. Oleh karena itu, dengan melalui proses pembelajaran ini, maka mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan dosen akan berperan sebagai fasilitator dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mencapai kompetensi yang diinginkan harus dirumuskan terlebih dahulu learning objective dari pembelajaran. Strategi yang digunakan untuk mencapai kompetensi adalah dengan menggunakan Problem Based Learning, baik menggunakan video tutorial maupun skenario kasus. Dengan adanya fenomena diatas menarik peneliti untuk melakukan metode pembelajaran mandiri yang berpusat kepada mahasiswa guna untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yang mana nantinya juga akan menghasilkan kemampuan kognitif dan afektif yang lebih baik dari sebelumnya Dengan demikian, peneliti menganggap perlu adanya perubahan pada strategi model pembelajaran di STIKes Banyuwangi untuk mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode tutorial seven jump sebagai upaya meningkatkan kemampuan kognitif dan sikap mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi tahun 2016. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperiment ini peneliti menggunakan pendekatan dengan desain Pre and post test without control control diri sendiri, Pada desain ini peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test. Desain penelitian Quasi eksperiment tersebut digunakan pada penilaian kemampuan kognitif. Sedangkan untuk melihat gambaran afektif mahasiswa menggunakan metode penelitian survey deskriptif. Data diperoleh melalui melalui proses perijinan studi pendahuluan dan STIKES Banyuwangi guna memperoleh jumlah populasi pada prodi S-1 Keperawatan 20152016. Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan breaving kepada 10 tutor agar pelaksanaa proses penelitian berjalan lancar. Kemudian pengumpulan data dilakukan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning Seven jump, dimana metode pembelajaran tersebut dilakukan 3x pertemuan. Dalam proses pembelajaran PBL Tutorial dikelas peneliti melakukan observasi dengan mengisi cheklist observasi untuk melihat gambaran afektif[ mahasiswa Sedangkan untuk menilai kemampuan Kognitif mahasiswa peneliti menggunakan penilaian dengan metode evaluasi hasil belajar MCQ Mutiple-choice qustion yang diberikan kepada 100 responden yaitu 50 responden untuk kelas I.a dan 50 responden untuk kelas I.b dimana soal tersebut diberikan pada pre dan post pembelajaran tutorial dengan 3x intervensi, yaitu pada pertemuan tutorial 1, 2 ke 3. Tahapan analisis yang digunakan oleh peneliti adalah pertama dilakukan uji normalitas kemudian dilanjutkan uji analissi data univariat dan bivariat. Lokasi penelitian dilakukan diruang prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi. Peneliti melakukan penelitian pada Bulan April- Juni 2016. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur n = 100 Variabel N Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 27 73 27.0 73.0 Umur 17 tahun 18 tahun 19 tahun 29 49 22 29.0 49.0 22.0 Sumber Data Primer 2016 Table 1.1 menunjukkan jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 73 orang 73.0. Umur responden sebagian besar adalah 18 tahun sebanyak 49 orang 49.0. 2. Uji perbedaan skor kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan metode Problem Based Learning tutorial seven jump. Penilaian distribusi hasil uji coba Perbedaan skor kognitif sebelum dan setelah aplikasi pembelajaran tutorial seven jump dengan menggunakan paired t test dapat digambarkan pada tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Distribusi hasil uji pengaruh skor tutorial terhadap kemampuan kognitif setelah proses pembelajaran tutotial seven jump Keterangan Min – max Nilai mean p Makna Pre test Kognitif 1 40-75 68.84 0.001 Berbeda Post test Kognitif 1 68-89 78.32 Pre test 56-79 78.82 0.003 Berbeda Kognitif 2 Post test Kognitif 2 78-90 84.56 Pre test Kognitif 3 69-79 78.77 0.000 Berbeda p 0,05 based on paired t-test Tabel 1.2 menunjukkan hasil uji paired t- test perbedaan skor kognitif pretest dan posttest diperoleh p-value 0.001 0.05, artinya ada perbedaan yang signifikan skor kognitif pada pretest dan posttest

3. pengaruh metode pembelajaran PBL

Problem Based Learning tutorial seven jump terhadap kemampuan kognitif Tabel 1.3 Distribusi hasil uji pengaruh skor tutorial terhadap kemampuan kognitif setelah proses pembelajaran tutotial seven jump Keterangan Nilai Mean P Makna tutorial_1 post_kog_1 74.58 89.32 .001 Berbeda tutorial_2 post_kog_2 78.13 84.56 .023 Berbeda tutorial_3 post_kog_3 81.85 86.37 .003 Berbeda p 0,05 based on paired t-test Tabel 1.3 menunjukkan hasil uji paired t- test perbedaan skor kognitif pretest dan posttest diperoleh p-value 0.001 0.05, yang berarti ada pengaruh metode Problem Based Learning terhadap kemampuan kognitif mahasiswa prodi SI Keperawatan di STIKes Banyuwangi

4. Penilaian distribusi frekuensi gambaran

afektif pada proses metode pembelajaran Problem Based learning tutorial tutorial seven jump Adapun hasil penilaian Penilaian distribusi frekuensi gambaran afektif pada proses metode pembelajaran Problem Based learning tutorial tutorial seven jump dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel 1.4 Frekuensi penilaian afektif mahasiswa pada kegiatan tutorial seven jump Kompon en Nilai prosentase Sangat baik Baik Cukup Kurang Afektif tutorial 1 10 28 60 2 Afektif tutorial 2 21 64 15 Afektif tutorial 3 60 27 13 Pada tabel distribusi penilaian afektif pada tabel diatas pada tutorial 1 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 65 dengan kategori cukup. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 2 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 64 dengan kategori baik. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 3 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 60 dengan kategori sangat baik. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin

Adapun hasil rekapitulasi data jenis kelamin pada responden penelitian ini sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 73 responden 73 , sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki. Perbedaan jenis kelamin sebenarnya bukanlah sebuah faktor pembeda yang mempengaruhi prestasi belajar Trisniawati, 2013. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Robbin, 2003 bahwa jenis kelami tidak mempengaruhi kemampuan belajar. Jenis kelamin dalam penelitian ini bukan menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif maupun afektif mahasiswa. Sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa. seperti yang dikemukakan Mulyasa, 2004 bahwa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses belajar diantaranya adalah waktu dan kesempatan, siswa dengan jenis kelamin perempuan dikaruniai hal-hal yang mungkin saja dapat mengganggu intensitas dalam belajarnya, misalnya dalam siklus haid. Hasil penelitian ini mendapatkan hasil dari responden dalam bentuk beragam, diantara mereka yang berjenis kelamin laki-laki ada yang hasil kemampuan kognitifnya baik dan ada yang cukup maupun kurang. Begitupun juga pada responden yang berjenis kelamin perempuan. Karena mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam melaksanakan proses pembelajaran b. Usia Hasil rekapitulasi data pada karakteristik usia responden menunjukkan sebagian besar responden berusia 18 tahun yaitu sebanyak 49 responden 49,0. Psikolog Sarlito Wirawan, faktor usia tidak menjadi patokan kedewasaan seseorang. Terkadang wanita berusia 20 tahun lebih dewasa daripada pria yang sudah usia 25 tahun. Sigian 2002 menyebutkan semakin lan jut usia seseorang maka semakin meningkatkan kedewasaan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya. Pernyataan ini berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa 2004 bahwa Kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, melainkan justru sejauh mana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya. Mampu membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya. Kedewasaan tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan adanya pertumbuhan. Masing-masing pertumbuhan tidak selalu sama. Ada yang mengalami masa pertumbuhan dengan cepat dan ada juga yang lambat. Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup. 2. Perbedaan kemampuan kognitif mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan metode Problem Based Learning Tutorial Seven Jump. Hasil penilaian kognitif pada tutorial 1 menunjukkan nilai sebelum dilakukan intervensi nilai minimal pre test sebagian besar 40 dalam kategori kurang. Dan nilai maximal 79 dengan kategori cukup, dengan nilai mean 68,84 Penilaian kognitif setelah dilakukan intervensi nilai minimal 68 dan nilai maksimal 96, dengan nilai mean 78,82. Hasil uji statistic paired t test menunjukkan 0,001, karena nilai p = 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna tingkat kognitif sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi. Nilai perbedaan ini juga didapatkan pada penilaian kognitif tutorial 2 dan tutorial 3 sebagaimana yang telah dijelaskan pada tabel 1.2 Domain aspek kognitif antara lain : tingkatan hafalan yang mencakup menghafal verbal dan menghafal paraphrase materi pelajaran; tingkatan pemahaman yang mencakup mengidentifikasi, kemampuan membandingkan, serta menyimpulkan; tingkatan aplikasi yang mencakup kemampuan menerapkan rumus, prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi dilapangan; tingkat analisis mencakup kemampuan menggolongkan, mengklasifikasi; tingkatan sintesis mencakup kemampuan memadukan unsure, menyusun; tingkatan evaluasi mencakup kemampuan menilai terhadap objek studi dengan menggunakan criteria tertentu Arifin, 2013. Adanya perbedaan hasil penilaian kognitif sebelum dan sesudah dilakukan intervensi menunjukkan bahwa metode pembelajaran tutorial seven jump mampu meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa, seperti apa yang telah dikemukakan oleh O’Kelly 2006 bahwa pembelajaran ini mampu mengasah kemampuan kognitif mahasiswa dan bisa mampu untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka butuhkan dalam mengikuti perkuliahan. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan adanya perubahan peningkatan kemampuan kognitif pada tabel 1.3 bahwa penilaian kognitif pada pertemuan 1 lebih besar nilainya pada pertemuan 2 dan pertemuan 3 juga lebih besar hasil kemampuan kognitifnya dibandingkan pada pertemuan ke 2, hasil penelitian ini bisa didukung dengan adanya pendapat dari Dutch et al 2011 yang menjelaskan bahwa Problem Based Learning mampu mengubah pembelajaran yang sifatnya pasif menjadi pembelajaran yang sifatnya aktif. Dengan adanya pendapat juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran PBL yang antara lain adalah pengalaman dan minat belajar siswa baik juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. 3. Pengaruh metode Problem Based Learning Tutorial Seven Jump terhadap kemampuan kognitif mahasiswa. Pada tabel 1.2 menunjukkan hasil uji paired t-test hasil uji beda skor tutorial terhadap kognitif sebelum dan setelah proses pembelajaran tutotial diperoleh p- value 0.027 0.05, artinya ada perbedaan yang nyata skor tutorial terhadap kognitif sebelun dan setelah proses pembelajaran tutotial. Hasil data ini juga dapat dijelaskan pada tabel 1.3 bahwa terdapat perbedaan dan terjadi peningkatan nilai dalam setiap pertemuan berikutnya. Terdapatnya perbedaan tingkat kognitif sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan intervensi menunjukkan bahwa metode tutorial seven jump ini dapat mendorong pola pikir kreativitas mahasiswa dalam pemecahan masalah. Meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam menanggapi hasil diskusi kelompok, hal ini menimbulkan dampak positif bagi mahasiswa yang dapat dilihat dari skor setelah dilakukan intervensi dimana hasil skor menjadi semakin baik dan meningkat Wigar, A.F, 2012. Faktor yang mempengaruhi kognitif mahasiswa antara lain : kemampuan mahasiswa dalam hal mengidentifikasi permasalahan, keinginan mahasiswa menemukan solusi dari permasalahan tersebut, dengan demikian kemampuan memecahkan masalah akan mendorong semangat dan keinginan mahasiswa untuk belajar Amisyah Nurmaliah, 2015. Hal ini berkaitan dengan hasil penilaian pada tabel diatas bahwa terjadi peningkatan antara tutorial 1, 2 dan 3 dimana dengan adanya peningkatan nilai kognitif tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah disebutkan diatas diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah akan mendorong semangat dan keinginan untuk belajar, semakin tingginya keinginan untuk belajar maka semakin meningkat pula kemampuan kognitif yang dimiliki. Selain beberapa faktor yang telah disebutkan diatas ada faktor lain yang dapat mempengaruhi mahasiswa dalam proses tutorial pada metode pembelajaran Problem Based Learning, diantaranya adalah karakteristik mahasiswa, peran tutor sebagai fasilitator dan kualitas skenario yang digunakan.