BAB II PERLINDUNGAN HAK MEREK DI INDONESIA
A. Kedudukan Hak Merek dalam Hukum Kebendaan
Hak merek merupakan bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual HKI. Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang
bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immateril. Benda tidak
berwujud,
21
Merek adalah tanda yang berupa gambar nama, kata, hurufhuruf,angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur unsur tersebut yang
namun sebelum membahas mengenai kedudukan hak merek dalam hukum kebendaan di Indonesia, terlebih dahulu haruslah dipahami mengenai
ruang lingkup dari hak merek. Di mana pembahasan mengenai ruang lingkup hak merek ini, penulis akan membahas mengenai pengertian hak merek, jenis-jenis
hak merek, serta fungsi dari hak merek. 1. Pengertian Hak Merek
Sebelum menelusuri tentang merek lebih jauh, maka terlebih dahulu
dipahami tentang pengertian merek, agar dapat berpedoman pada pengertian yang sama dalam melakukan pembahasan, guna memperoleh hasil atau paling tidak
mendekati sasaran yang hendak dicapai. Dalam Pasal 1 angka 1 UU Merek 2001 Tentang Merek diberikan pengertian atau batasan tentang merek sebagai berikut :
21
OK. Saidin, Op.cit, hlm. 9
Universitas Sumatera Utara
memiliki daya pembedaan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Selain dari pengertian merek menurut Undang-undang merek tersebut diatas, beberapa sarjana ada juga memberikan pendapatnya tentang merek, yaitu :
a. H.M.N. Purwo Sutjipto, Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu
benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.
22
b. Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Vollmar, Suatu merek pabrik atau
merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan barang-
barang yang sejenis lainnya.
23
c. K. Soekardono, Merek adalah sebuah tanda Jawa: ciri atau tengger
dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam
perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.
24
d. Essel R. Dillavou, Sarjana Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh
Pratasius Daritan, merumuskan dan memberi komentar bahwa: No complete, definition can be givenor a trade mark generally it is any
sign, symbol mark, work or arrangement of words in the form of a label adopted and used by a manufacturer of distributor to designate his
particular goods, and which no other person has the legal right to use it,
22
H.M N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-pokok Hukum Dagang
IndonesiaDjambatan,1983, hlm. 82.
23
Mr. Tirtaamidjaya, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan Djambatan,1962, hlm. 80.
24
R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Cetakan ke-8Jakarta: Dian Rakyat, 1962, hlm. 149.
Universitas Sumatera Utara
Originally, the sign or trade mark, indicated origin, but to day it is used more as an advertising mechanism.
25
e. Iur Soeryatin, Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang
yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal,
nama, jaminan terhadap mutunya. Terjemahan bebas :
Tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu lambang, simbol, tanda, perkataan atau
susunan kata-kata di dalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-
barang khususnya, dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya desain atau trade mark menunjukkan keaslian tetapi sekarang
itu dipakai sebagai suatu mekanisme periklanan
26
f. Poerwadaminta, memberikan arti merek sebagai;
1 Cap tanda yang menyatakan nama dan sebagainya, misalnya : pisau
ini tidak ada mereknya, merek took, merek obat nyamuk. 2
Keunggulan, kegagalan, kualitas, misalnya, jatuh turun merek, mendapat nama buruk, sudah tidak gagah megah lagi, bermerek,
bercap, bertanda dan sebagainya.
27
7. A.B. Loebis, Merek adalah nama atau tanda yang dengan sengaja digunakan untuk menandakan hasilbarang suatu perusahaanperniagaan dari
seseorangbadan dari pada barang perniagaan sejenis milik orangbadan lain.
28
25
Pratasius Daritan, Hukum Merek dan Persengketaan Merek di Indonesia, Skripsi, Tidak Dipublikasikan, hlm. 7.
26
Suryatin, Hukum Dagang I dan II Jakarta: Pradnya Paramita, 1980, hlm. 84.
27
Poerwadaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1974, hlm. 647.
28
Loebis A.B, Sengketa Merek di Pengadilan Negeri JakartaJakarta: tanpa penerbit, 1974, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
8. Suryodiningrat, Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada bungkusya itu dibubuhi tanda tulisan danatau perkataan
untuk membedakannya dari barang-barang sejenis hasil pabrik pengusaha lain. Tanda itu disebut merek perusahaan.
29
Menurut Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, merek merupakan alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh sesuatu perusahaan.
Pengertian itu menekankan pada fungsi merek untuk membedakan antara barang dan jasa yang sejenis. Mengenai daya pembeda menurut Sudargo Gautama
memberikan ilustrasi bahwa suatu merek harus dapat memberikan penentuan atau individuali sering barang yang bersangkutan, sehingga pihak ketiga dapat
membedakan merek yang satu dengan merek yang lain.
30
Any sign, or any combination of sign, capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from those of undertaking, shall be capable
of constituting a trademark. Such signs, in particular words, including personal names, letters, numerals, figurative elements and combinations of
colours as well any combination of such signs, shall be eligible for registration as trademarks.
Dalam Pasal 15 TRIPs dikatakan bahwa yang disebut suatu merek adalah:
31
Pengertian merek yang terdapat dalam persetujuan TRIPs tersebut pada umumnya telah dipakai oleh beberapa negara dalam berbagai peraturan-
perundangan di bidang merek, seperti yang terdapat dalam undang-undang merek Australia yang termuat dalam Trade Marks Act 1955 yang kemudian pada tahun
1995 diganti dengan Trade Marks Act 1995. Demikian juga yang terdapat dalam
29
Suryodiningrat, RM, Pengantar Ilmu Hukum MerekJakarta:PradnyaParamitha, 1975, hlm. 30.
30
Sudargo Gautama, Hukum Merek IndonesiaBandung: Alumni, 1977, hlm. 34.
31
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia Dalam Rangka WTO, TRIPsBandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1977,
hlm. 248.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997.
Pasal 6 ayat 1 Trade Mark Act 1955 Australia pada intinya menyatakan : A mark used or proposed to be used in relation to goods or services for the
purpose of indicating, or so as to indicate, a connection in the course of trade between the goodsor services and a person who has the right, either
as proprietor or as registered user to use the mark, whether with or without an indication of the identity of that person.
32
A sign used, or intended to be used, to distinguish goods or services dealth with or provided in the course I of trade by a person from goods or
services so dealth with or provided by any other person. Tidak jauh dari pengertian itu, dalam Pasal 17 Trade Marks Act 1995
Australia mengenai merek diberikan pengertian sebagai berikut:
33
a. merupakan suatu tanda;
Mengenai beberapa rumusan pengertian merek di atas, maka ada beberapa unsur yang harus dipenuhi untuk suatu merek. Unsur itu adalah :
b. mempunyai daya pembeda;
c. digunakan dalam perdagangan;
d. digunakan pada barang atau jasa yang sejenis.
Terhadap pendapat-pendapat sarjana tersebut, maupun dari peraturan merek itu sendiri, secara umum penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa yang
diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda sign untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan
seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau
32
Mc Keough and Steward, Intellectual Property in AustraliaButterworths, Melbourne,1991, hlm. 331.
33
Mark Davison, Trade Mark Act 1995 Monash University, Melbourne,1996, hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
34
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU Merek 2001 maka jenis-jenis merek yaitu merek dagang dan merek jasa. Pasal 1 butir 4 ada menyebutkan
tentang merek kolektif. Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini
sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini 2. Jenis merek
Undang-Undang Merek Tahun 2001 ada mengatur tentang jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 dan 3 Undang-
UU Merek 2001. Pasal 1 butir 2 UU Merek 2001, mengatakan :
“Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.”
Pasal 1 butir 3 UU Merek Tahun 2001, menyatakan : “Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.”
34
OK. Saidin, Op.cit, hlm. 345.
Universitas Sumatera Utara
pemakaiannya digunakan secara kolektif. Pengklasifikasian merek semacam ini kelihatannya diambil alih dari Konvensi Paris yang dimuat dalam Pasal 6 sexies.
35
a. Kelas 35 : Advertising and Business
Sebenarnya pengakuan terhadap merek jasa belum begitu lama. Perkembangan yang ditandai dari Konvensi Nice atau dikenal dengan The Nice
Convention of the International Classification of Good and Service for the Purposes of the Registration of Mark 1957. Mulai dari Konvensi Nice, maka
pengakuan untuk pendaftaran merek jasa kemudian berkembang di beberapa Negara lainnya. Di Indonesia, pendaftaran merek jasa baru dapat dilakukan mulai
tahun 1992, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek.
Semua negara yang mengatur adanya pendaftaran untuk merek jasa, pada dasarnya akan melandaskan daripada klasifikasi jasa yang ditetapkan dalam
Konvensi Nice, terdiri sebanyak 8 kelas yang meliputi;
b. Kelas 36 : Insurance and Financial
c. Kelas 37 : Construction and Repair
d. Kelas 38 : Communication
e. Kelas 39 : Transportation and Storage
f. Kelas 40 : Material Treatment
g. Kelas 41 : Educational and Entertainment
h. Kelas 42 : Miscellaneous.
36
35
Ibid., hlm.346.
36
Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan IntelektualBandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 76.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yang dibuat di pabrik, merek dipercaya menjadi motif pendorong konsumen memilih suatu produk, karena
merek bukan hanya apa yang tercetak di dalam produk kemasannya, melainkan juga merek termasuk yang ada di dalam hati konsumen dan bagaimana konsumen
mengasosiasikannya. R.M. Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis, yaitu :
a. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja. Misalnya : Good Year,
Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban sepeda. b.
Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.
c. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan.
Misalnya : rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iring- iringan kapal laut dengan tulisan dibawahnya “Escort”;
Teh wangi merek “Pendawa” yang terdiri dari lukisan wayang kulit pendawa dengan perkataan dibawahnya “Pendawa Lima”.
37
a. Cara yang oleh siapa pun mudah dapat dilihat beel mark
Soekardono mengemukakan pendapatnya bahwa, tentang bentuk atau wujud dari merek itu undang-undang tidak memerintahkan apa-apa, melainkan
harus berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan :
b. Merek dengan perkataan word mark
c. Kombinasi dari merek atas penglihatan dan merek perkataan.
38
37
R.M Suryodiningrat, Aneka Milik Perindustrian, Edisi pertamaBandung: Tarsito, 1981, hlm.15.
38
R.Soekardono,Op.Cit, hlm.165.
Universitas Sumatera Utara
Di samping jenis merek sebagaimana ditentukan diatas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk atau wujudnya. Bentuk dan
wujud itu menurut Suryatin dimaksudkan untuk membedakannya dari barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya pembedaan itu, maka terdapat
beberapa jenis merek yaitu : a.
Merek lukisan beel mark b.
Merek kata word mark c.
Merek bentuk form mark d.
Merek bunyi-bunyian klank mark e.
Merek judul title mark Suryatin berpendapat bahwa jenis merek yang paling baik untuk Indonesia
adalah merek lukisan. Adapun jenis merek lainnya, terutama merek judul kurang tepat untuk indonesia, mengingat bahwa abjad Indonesia tidak mengenal huruf ph,
sh. Dalam hal ini merek kata dapat juga menyesatkan masyarakat banyak umpamanya: “Sphinx” dapat ditulis secara fonetis menurut pendengaran,
menjadi “Sfinks” atau “Svinks”.
39
Selain itu saat ini juga dikenal merek dalam bentuk tiga dimensi three dimensional trademark seperti merek pada produk minuman Coca-Cola dan
Kentucky Fried Chicken. Di inggris perusahaan Coca-Cola telah mendaftarkan bentuk botol merek sebagai suatu merek.
40
39
Suryatin, Op.Cit, hlm. 87.
40
OK.Saidin.Op.Cit, hlm. 347-348.
Menurut acuan selama ini gambaran
Universitas Sumatera Utara
produk yang dipresentasikan oleh bentuk, ukuran dan warna tidak dapat dikategorikan sebagai merek.
41
a. tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya;
3. Fungsi Merek Berdasarkan definisi merek, fungsi utama dari suatu merek adalah untuk
membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan lainnya, sehingga merek dikatakan memiliki funsi pembeda. Di dalam
website Direktorat Jenderal HaKI dikemukakan bahwa pemakaian merek berfungsi sebagai:
b. sebagian alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup
dengan menyebut mereknya; c.
sebagai jaminan atas mutu barangnya; d.
menunjukkan asal barangjasa dihasilkan. Selain fungsi pembeda, dari berbagai literatur ditemukan bahwa merek
mempunyai fungsi-fungsi lain sebagai berikut :
42
a. Menjaga persaingan usaha yang sehat.
Hal ini berlaku dalam hal menjaga keseimbangan antar kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan menumbuhkan iklim usaha
yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang
41
Lihat Smith Kline French Laboratories Australia Ltd versus Pengadilan Merek, 1967, 116 CLR 628
42
Hery Firmansyah,Op.Cit, hlm.33-35.
Universitas Sumatera Utara
dan mencegah persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha dengan menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha;
b. Melindungi konsumen.
Berdasarkan UU Merek 2001 di dalam konsiderannya menyebutkan bahwa salah satu tujuan diadakannya undang-undang ini adalah utuk
melindungi khalayak ramai terhadap peniruan barang-barang. Dengan adanya merek, para konsumen tidak perlu lagi menyelidiki kualitas dari
barangnya. Apabila merek telah dikenal baik kualitasnya oleh para konsumen dan membeli barang tersebut, konsumen akan yakin bahwa
kualitas dari barang tersebut adalah baik sebagaimana yang diharapkannya;
c. Sebagai sarana dari pengusaha untuk memperluas bidang usahanya
merek dari barang-barang yang sudah dikenal oleh konsumen sebagai tanda utuk barang yang bermutu tinggi akan memperlancar usaha
pemasaran barang bersangkutan; d.
Sebagai sarana untuk dapat melihat kualitas suatu barang. Kualitas barang tentunya tidak selalu baik atau dapat memberikan
kepuasan bagi setiap orang yang membelinya. Baik atau buruknya kualitas suatu barang tergantung dari produsen sendiri dan penilaian yang
diberikan oleh masing-masing pembeli. Suatu merek dapat memberi kepercayaan kepada pembeli bahwa semua barang yang memakai merek
tersebut, minimal mempunyai mutu yang sama seperti yang telah ditentukan oleh pabrik yang mengeluarkannya;
Universitas Sumatera Utara
e. untuk memperkenalkan barang atau nama barang.
Merek mempunyai fungsi pula sebagai sarana untuk memperkenalkan barang ataupun nama barangnya promosi kepada khalayak ramai. Para
pembeli yang telah mengenal nama merek tersebut, baik karena pengalamannya sendiri ataupun karena telah mendengarnya dari pihak
lain, pada saat membutuhkan barang tersebut cukup dengan mengingat nam mereknya saja. Misalnya, seseorang ingin membeli minuman
bermerek Fanta, maka cukup hanya menyebut Fanta saja; f.
untuk memperkenalkan identitas perusahaan. Ada kalanya suatu merek digunakan untuk memperkenalkan nama
perusahaan yang menggunakan mereknya. Misalnya, merek dagang Djarum, Djarum adalah merek yang digunakan oleh perusahaan rokok
Djarum. Pembahasan mengenai definisi, jenis dan fungsi merek tersebut di atas
dapat dihubungkan dengan kedudukan hak merek dalam hukum kebendaan di Indonesia. Jika ditelusuri lebih jauh, HKI sebenarnya merupakan bagian dari
benda, yaitu benda tidak berwujud benda immateril. Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu
diantara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda
yang dikemukakan oleh pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUH Perdata, yang berbunyi : menurut paham undang-
undang yang dimaksud benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dikuasai oleh hak milik. Untuk pasal ini kemudian Prof. Mahadi menawarkan, seandainya dikehendaki rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan kalimat
sebagai berikut: yang dapat menjadi objek hak milik adalah benda dan benda itu terdiri dari barang dan hak.
43
Selanjutnya sebagaimana diterangkan oleh Mahadi barang yang dimaksudkan oleh Pasal 499 KUH Perdata tersebut adalah benda materil
stoffelijk voorwerp, sedangkan hak adalah benda immateril. Uraian ini sejalan dengan klasifikasi benda menurut Pasal 503 KUH Perdata, yaitu penggolongan
benda ke dalam kelompok benda berwujud bertubuh dan benda tidak berwujud tidak bertubuh. Ada suatu benda tak berwujud yang terdapat pada hak merek,
jadi bukan seperti apa yang terlihat atau terjelma dalam setiap produk. Yang terlihat atau yang terjelma itu adalah, perwujudan dari hak merek itu sendiri yang
ditempelkan pada produk barang dan jasa.
44
Sebagai contohnya, para konsumen berlomba-lomba untuk mengkonsumsi bumbu masak dengan merek “X” ketinbang bumbu masak dengan merek “Y”.
Padahal jika bumbu masak dengan merek “X” itu kemudian diganti dengan merek “Y”, dengan komposisi resep yang sama, konsumen juga tidak akan merasa
kecewa. Jadi ada sesuatu yang “tak terlihat” dalam hak merek itu. Itulah hak kekayaan immateril tidak berwujud yang selanjutnya dapat berupa hak atas
intelektual. Dalam kerangka ini hak merek termasuk dalam kategori hak atas kekayaan perindustrian Industri Eigendom atau Industrial Property Rights.
45
43
Mahadi, Hak Milik dalam Sistem Hukum NasionalJakarta: BPHN, 1998, hlm. 65.
44
OK. Saidin,Op.Cit, hlm. 331.
45
Ibid., hlm. 331.
Universitas Sumatera Utara
B. Perlindungan Hak Merek di Indonesia