merek tersebut tidak dapatdidaftarkan. Sementara itu, apabila merek tersebut dapat merugikanpihak-pihak tertentu, merek tersebut ditolak pendaftarannya.
Ataulebih sederhana lagi dapat dikatakan bahwa merek yang tidak dapatdidaftarkan yaitu merek yang tidak layak dijadikan merek, sedangkanmerek
yang ditolak, yaitu merek yang akan merugikan pihak lain.
B. Pendaftaran Merek di Indonesia
Pendaftaran merek di Indonesia diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal HKI dalam bentuk suatu permohonan
pendaftaran merek. Sebelum membahas mengenai hal-hal apa saja yang terkait dengan permohonan pendaftaran merek tersebut, haruslah terlebih dulu kita
mengetahui sistem pendaftaran hak merek di Indonesia. Ada dua sistem yang dianut dalam pendaftaran merek yaitusistem deklaratif dan sistem konstitutif. UU
Merek 2001 dalam pendaftarannya menganut sistem konstitutif,sama dengan Undang-Undang Merek sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1992 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997.Hal ini adalah perubahan yang mendasar dalam Undang-UndangMerek Indonesia, yang semula menganut sistem
pendaftaran deklaratif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Sistem deklaratif menentukan bahwa si pemakaipertama yang berhak atas
merek. Dalam sistem deklaratif titik beratdiletakkan atas pemakaian pertama. Siapa yang memakai pertamasesuatu merek dialah yang dianggap yang berhak
menurut hukum atasmerek bersangkutan.
70
70
OK. Saidin, Op. Cit, hlm. 363.
Berbeda dengan sistem deklaratif, pada
Universitas Sumatera Utara
sistem konstitutif,yang mendaftarkan pertamalah yang berhak atas merek dan pihakdialah yang secara eksklusif dapat memakai merek tersebut. Artinya,hak
ekslusif atas sesuatu merek diberikan karena adanya pendaftaranrequired by registration.
71
71
Muhamad Djumhana, Op. Cit, hlm. 74.
Menurut Sudargo Gautama, wajib pendaftaran lebih membawakepastian hukum. Hal ini dikemukakan juga dalam seminar hakmerek yang diadakan di
Jakarta bulan Desember 1976. Pandanganini didukung oleh Emmy Pengaribuan Simanjuntak yang lebihcenderung kepada sistem konstitutif dengan alasan bahwa
sistem inilebih memberi kepastian hukum mengenai hak atas merek kepadaseseorang yang telah mendaftarkan mereknya itu.
Penggunaan sistem konstitutif di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentangMerek. Sistem tersebut diambil
dari Konvensi Stockholm 1967, yangdiratifikasi oleh Indonesia pada 20 Desember 1979. Tujuanpenggunaan sistem konstitutif ini, yaitu untuk
memperkeciltimbulnya perselisihan atas merek antara pemakai merek yang tidakterdaftar dan pemilik merek yang sudah terdaftar. Hal tersebutdisebabkan
sistem konstitutif lebih menjamin kepastian hukumdibandingkan sistem deklaratif. Sistem deklaratif yang mendasarkanpada perlindungan hukum bagi mereka yang
menggunakan mereklebih dahulu, selain kurang menjamin kepastian hukum jugamenimbulkan persoalan dan hambatan dalam dunia usaha.
Universitas Sumatera Utara
M. Yahya Harahap dalam bukunya Tinjauan Merek SecaraUmum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992
tentang Merek, menguraikan lebih lanjut keunggulan sistemkonstitutif, yaitu; 1. Kepastian hukum untuk menentukan siapa sebenarnyapemilik merek yang
paling utama untuk dilindungi. Cukupdilihat siapa yang lebih dulu memperoleh lining date atau terdaftar dalam Daftar Umum Merek DUM.
2. Kepastian hukum pembuktian karena hanya didasarkanpada fakta pendaftaran. Pendaftaran satu-satunya alat bukti utama dan alat bukti yang seperti itu
bersifat otentikkarena dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu diyakini Pembuktian terhindar dari pemalsuan dankelicikan.
3. Untuk mewujudkan dugaan hukum siapapemilik merek yang paling berhak, tidak menimbulkankontroversi antara pemakai pertama dengan
pendaftarpertama, karena dugaan hukum hanya berdiri di atas faktapendaftar pertama.
4. Oleh karena landasan menentukan siapa pemegang merekyang paling utama hanya didasarkan atas prinsip pendaftarpertama, dan pembuktian didasarkan
pada dokumen yangbersifat otentik, maka untuk menarik dugaan hukum, jauhlebih sederhana dibanding dengan sistem deklaratif. Hal iniberdampak
positif atas penyelesaian sengketa, yaknipenyelesaian jauh lebih sederhana, cepat, dan biayaringan.
Berdasarkan uraian pendapat diatas, sangat jelas secara teoritis danpraktis adanya beberapa keunggulan yang ada pada sistem konstitutif,yang menginginkan
langkah simplikasi nasionalisasi, dan aktualisasisesuai dengan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
perdagangan bebas. Selanjutnya, Untuk mendapatkan hak merek harus diajukan permohonanpendaftaran atas merek tersebut. Menurut Pasal 7 UU Merek 2001,
Permohonan pendaftaran merekdiajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada DirektoratJenderal dengan mencantumkan hal-hal sebagai berikut :
1. tanggal, bulan, dan tahun;
2. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
3. nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
4. warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan
unsur-unsur warna; 5.
nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
Permohonan sebagaimana dimaksud di atas ditangani pemohonatau kuasanya, dan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.Pemohon dapat terdiri
dari satu orang atau beberapa orangsecara bersama, atau badan hukum. Namun dalam hal permohonandiajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara
bersama-samaberhak atas merek tersebut, semua nama pemohon dicantumkandengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu daripemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkanpersetujuan tertulis dari para
pemohon yang mewakilkan. Apabilapermohonan sebagaimana dimaksud diajukan melalui kuasanyaKonsultan Hak Kekayaan Intelektual, surat kuasa untuk itu
ditandatanganioleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Waktu penerimaan permohonan pendaftaran merek tidak selalu sama artinya dengan waktu diajukannya permohonan pendaftaran merek. Walaupun
permohonan tersebut diajukan dan diterima oleh Direktorat Jenderal, kalau persyaratan administratifnya belum terpenuhi, waktu tersebut belum bisa disebut
waktu penerimaan permohonan pendaftaran merek.
72
Seluruh persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada bagian pertama tentang syarat dan tata cara permohonan lihat Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 Undang-Undang Merek 2001 telah dipenuhi, maka terhadap permohonan diberikan tanggal penerrimaan yang dikenal dengan
filling date, yang dicatat oleh Direktorat Jenderal. Filling datetersebut merupakan tanggal dimulainya perhitungan jangka waktu perlindungan atas merek terdaftar
apabila permohonan terdaftar merek diterima.
73
Filling date adalah tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek. Adapun tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran merek tersebut kemungkinan dapat sama dengan tanggal pengajuan permohonan pendaftaran apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi
pada saat pengajuan permohonan.
74
Sebaliknya jika terjadi kekurangan dalam kelengkapan persyaratan dan pemohon baru melengkapi pada tanggal atau sesudah tanggal pengajuan
permohonan maka tanggal penerimaan kelengkapan tersebut ditetapkan sebagai filling date. Tanggal penerimaan itu dilakukan pencatatan oleh Dirjen HKI dan
penetapan filling date diberitahukan kepada pemohon pendaftaran merek. Urgensi
72
Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm. 35.
73
Ibid., hlm. 35.
74
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm. 29.
Universitas Sumatera Utara
dari ditetapkannya filling date tersebut adalah dalam hubungannya dengan proses selanjutnya. Selain itu dapat digunakan sebagai syarat mengajukan gugatan dalam
sengketa merek apabila sebelumnya belum terdaftar , dan mengajukan permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas di negara lain.
75
Sertifikat merek merek sebagaimana dimaksud merupakan alatbukti resmi bahwa pemilik merek teleh memakai merek yangbersangkutan pada tanggal
pendaftaran. Kegunaan sertifikat mereksebagai bukti resmi adalah untuk membuktikan dalam suatu perkaratentang merek bahwa merek tersebut telah
dipakai, maka pemilikmerek dapat memberikan bukti resmi yang berupa surat pendaftarantersebut.
Pemohon akan diberikan sertifikat merek sebagai buktikepemilikan hak atas merek tersebut apabila permohonan pendaftaran merek tersebut
telahmemenuhi syarat atau tidak adanya keberatan dari pihak lain. Sertifikat merek diberikan kepada orang atau badan hukumyang mengajukan permohonan
pendaftaran selambat-lambatnya 30tiga puluh hari sejak merek didaftar di dalam Daftar Umum MerekDUM, sertifikat merek juga memuat jangka waktu
berlakunyamerek, menurut ketentuan Pasal 28 adalah 10 sepuluh tahun sejaktanggal penerimaan dan dapat diperpanjang. Perpanjangan tersebutdilakukan
12 duabelas bulan sebelum berakhirnya jangka waktumerek tersebut, diperpanjang untuk jangka waktu yang sama yaitu 10sepuluh tahun Pasal 35.
76
C. Pembatalan Pendaftaran Merek di Indonesia