DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
9 betina 20-35 cm, diameter 3-6 mm. Cacing dewasa habitatnya di dalam usus halus
Gambar 3.a. Cacing betina menghasilkan telur sampai 240.000 butir per hari atau sekitar 3-5 buah telur tiap detik Gambar 3.b, yang dikeluarkan ke
lingkungan bersama tinja Zaman et al. 1982. Ascaris juga dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan bila
terinfeksi. Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Infeksi dari cacing ini dapat menimbulkan kematian, baik dikarenakan larva maupun cacing dewasa.
Larva cacing Ascaris dapat menimbulkan hepatitis, pneumonia, diare, urtikaria gatal-gatal, kejang-kejang, meningitis radang selaput otak, kadang-kadang juga
menimbulkan demam dan rasa ngantuk. Terjadi hepatitis dikarenakan larva cacing menembus dinding usus dan terbawa aliran darah vena ke dalam hati, sehingga
dapat menimbulkan kerusakan pada hati Soedarto, 2008.
a b
Gambar 2.3. Cacing Ascaris lumbricoides; a. Cacing Ascaris lumbricoides dewasa; b. Telur cacing Ascaris lumbricoides perbesaran 40x10 Nezar, 2014.
2.4. Pencegahan Infeksi Cacing Parasit
Program kesehatan hewan bagi sapi potong meliputi penanganan, pengendalian, dan pencegahan. Penyakit infeksi menular pada sapi seperti Brucellosis, Anthrax,
Septichaemia epizootica, Skabies kudis, penyakit kembung perut dan lainnya, akan sangat merugikan secara ekonomis pada sapi potong. Begitu pula cacing
parasit Neoascaris vitulorum, Fasciola gigantica, Haemonchus contortus akan berpengaruh pada hambatan pertumbuhan berat badan, disamping juga
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh Putro, 2004.
Mulut
Anus Larva
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
10 Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi
merupakan salah satu upaya mendukung program swasembada daging sapi 2014. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang
baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut.
Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit : a. Pencegahan lebih baik daripada mengobati
b. Lingkungan kandang harus bersih dan kering c. Sapi - sapi yang baru akan dimasukkan ke dalam kandang harus dipastikan
bebas dari berbagai penyakit d. Pisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat
e. Lakukan pencegahan stres akibat transportasi karena stres akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit
f. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari g. Pengendalian parasit cacing, caplak dan lalat Astiti dkk. 2010.
Menurut Levine 1990, pencegahan parasitisme pada sapi dapat dilakukan dengan cara:
a. Memisahkan hewan - hewan muda dari yang dewasa sedini mungkin. Hewan yang lebih tua merupakan sumber infeksi bagi hewan muda.
b. Menghindari air dari padang rumput. Larva parasit mampu hidup lebih lama pada padang rumput yang lembab.
c. Memberi makan sapi di tempat yang kering bila memungkinkan, penularan parasit minimum pada tempat yang kering.
d. Membuang kotoran dari kandang hewan sesering mungkin, atau menjadikan sebagai kompos yang jauh dari areal padang rumput tempat sapi biasa
digembalakan e. Tidak membiarkan pakan dan air tercemar oleh kotoran hewan.
f. Lakukan pemeriksaan secara rutin pada hewan ternak, sebagai contoh pemeriksaan tinja.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat Indonesia menyebabkan timbulnya kesadaran akan kebutuhan gizi
asal ternak, salah satu diantaranya yaitu daging sapi. Kebutuhan daging sapi setiap tahun meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan akan daging sapi tidak
mencukupi. Penurunan produktivitas daging sapi ini disebabkan salah satu faktor utama seperti gangguan penyakit Haryanti, 2009.
Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan peternakan, diantara sekian banyak penyakit
hewan di Indonesia, penyakit parasit kurang mendapat perhatian dari para peternak. Penyakit parasit tidak secara langsung mengakibatkan kematian pada
ternak, namun menyebabkan kerugian yang sangat besar berupa penurunan berat badan dan daya produktivitas hewan. Penyakit parasit yang paling merugikan
adalah penyakit yang disebabkan cacing Dewi dkk. 2011. Penyakit yang disebabkan oleh parasit umumnya menyerang ternak muda
yang dipelihara dengan tatalaksana yang kurang baik seperti ternak tidak dikandangkan, tidak pernah dimandikan dan selalu digembalakan pada lahan yang
tergenang air. Cacing parasit yang menyerang dapat berupa Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Wosu
Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali pada bulan September sampai dengan Desember 2012, ditemukan lima jenis cacing parasit yang menginfeksi
saluran pencernaan sapi Bali dan sapi Rambon antara lain, Moniezia benedi, Moniezia expansa, Eimeira sp. Bunostomum phlebotamum, dan Paramphistomum
Cooperia pentinita Widyana, 2013. Menurut Tantri dkk. 2013, hasil penelitian terhadap feses sapi di Rumah
Potong Hewan Kota Pontianak menunjukkan bahwa sampel feses mengandung parasit Nematoda, Trematoda, dan Cestoda. Telur cacing yang ditemukan
sebanyak 7 jenis, yaitu: Ascaris sp., Taenia saginata, Trichuris trichiura,
Universitas Sumatera Utara