Jenis Cacing Parasit Pada Feses Sapi Di Rumah Potong Hewan RPH Siantar Dan Medan

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang jenis dan perbandingan tingkat infeksi cacing parasit pada feses sapi di Rumah Potong Hewan RPH Siantar dengan feses sapi di Rumah Potong Hewan Medan didapatkan hasil sebagai berikut:

4.1. Jenis Cacing Parasit Pada Feses Sapi Di Rumah Potong Hewan RPH Siantar Dan Medan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan secara mikroskopis, ditemukan enam jenis cacing parasit yang menginfeksi sapi di Rumah Potong Hewan Medan dan Rumah Potong Hewan Siantar, dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Jenis Cacing Parasit Pada Rumah Potong Hewan Siantar dan Medan Jenis Parasit RPH M RPH S Ascaris sp. - Bunostomum sp. - Fasciola sp. Haemonchus sp. - Paramphistomum sp. Trychostrongylus sp. - Jumlah 3 5 RPH: Rumah Potong Hewan, RPH M: Rumah Potong Hewan Medan, RPH S: Rumah Potong Hewan Siantar, ada, -: tidak ada Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa pada hewan ternak sapi di Rumah Potong Hewan Siantar ditemukan 5 cacing parasit yang menginfeksi sapi yaitu, Bunostomum sp. dari Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Strongylida, Family Ancylostomatidae. Jenis telur cacing yang kedua yaitu, Fasciola sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Digenea, Family Fasciolidae. Jenis telur cacing yang ketiga yaitu, Haemonchus sp. dari Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Strongylida, Family Trichostrongylidae. Selanjutnya, Paramphistomum sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Digenea, Family Paramphistomatidae dan Trychostrongylus sp. dari Filum Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 15 Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Strongylida dan Family Trychostrongylidae, sedangkan pada Rumah Potong Hewan Medan hanya ditemukan 3 jenis telur cacing parasit yaitu, Ascaris sp. dari Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Family Ascarididae, jenis telur cacing yang kedua yaitu, Fasciola sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Digenea, Family Fasciolidae. Jenis telur cacing ketiga Paramphistomum sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Digenea, Family Paramphistomatidae. Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa pada Rumah Potong Hewan Siantar ditemukan 3 jenis telur cacing dari kelas Nematoda, yaitu: Bunostomum sp., Haemonchus sp. dan Trychostrongylus sp., dan dua jenis telur cacing parasit dari kelas Trematoda, yaitu: Fasciola sp. dan Paramphistomum sp. Selanjutnya pada Rumah Potong Hewan Medan ditemukan 2 jenis telur cacing dari kelas Trematoda, yaitu: Fasciola sp. dan Paramphistomum sp. dan satu jenis dari kelas Nematoda yaitu telur cacing Ascaris sp. Pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa lebih banyak jumlah jenis telur cacing parasit yang menginfeksi hewan ternak sapi pada Rumah Potong Hewan Siantar, dibandingkan dengan hewan ternak sapi Rumah Potong Hewan Medan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena cara pemeliharaan ternak sapi yang berbeda-beda, dimana pada Rumah Potong Hewan Siantar ternak sapi dipelihara secara semi intensif dan pada Rumah Potong Hewan Medan dipelihara secara intensif. Menurut Tantri dkk., 2013, peternak yang menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif yaitu dengan membiarkan ternak memakan rumput di lapangan terbuka akan memudahkan ternak terinfeksi oleh metaserkaria yang terdapat pada rumput. Ascaris sp. merupakan cacing parasit dari kelas Nematoda yang berbentuk gilig dengan warna merah muda keputihan. Ukuran cacing betina 20-35 cm, diameter 3-6 mm dan cacing jantan 15-31 cm dengan diameter 2-4 mm. cacing Ascaris hidup pada usus dan dapat membebaskan telur dalam jumlah sangat banyak. Seekor cacing betina mampu bertelur sebanyak 200.000 telurhari Levine, 1990. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 16 Suhu optimum untuk pertumbuhan telur kira- kira 25˚C dengan batas antara 21˚C-30˚C. suhu yang lebih rendah akan menghambat pertumbuhan telur cacing Ascaris. Telur akan rusak oleh sinar matahari langsung dalam 15 jam dan mati pada suhu lebih dari 40˚C. Pada tanah perkebunan, telur dapat bertahan sampai dengan tujuh tahun, walaupun hanya 10 telur yang masih hidup dari jumlah seluruh telur yang dikeluarkan. Telur dapat hidup berbulan-bulan di dalam air selokan atau tinja dan tahan terhadap desinfektan kimia Brown, 1983. Siklus hidup Ascaris dimulai dari keluarnya telur bersama dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur ini akan menjadi bentuk infektif dengan lingkungan yang mendukung, seperti kelembaban yang tinggi dan suhu yang optimal. Telur bentuk infektif ini akan menjadi larva dalam usus. Larva akan semakin berkembang di usus halus dan akan menjadi cacing dewasa. Pada usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa dimulai dari dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan Suciati, 1997. Cacing genus Bunostomum sp. atau dikenal dengan sebutan cacing kait adalah cacing yang menyerang ternak ruminansia terutama pada sapi dan domba. Bunostomum phelebotomum dan Bunostomum radlatum adalah jenis Bunostomum yang ditemukan pada sapi. Cacing jantan memiliki panjang 10-18 mm, betina 24- 28 mm, dibandingkan dengan Nematoda lainnya cacing Bunostomum memiliki tubuh yang lebih gemuk. Ternak sapi dengan infestasi 2000-3000 telur cacing Bunostomum sp. akan dapat menyebabkan kematian pada ternak. Cacing Bunostomum sp. disebut juga dengan sebutan cacing kait karena pada bagian ujung depan kepala cacing membengkok keatas sehingga berbentuk seperti kait Junaidi dkk., 2014. Fasciola sp. termasuk Famili Fasciolidae atau disebut cacing pipih dengan ukuran mencapai 100 mm, Fasciola memiliki dua alat penghisap yang berbentuk kerucut. Ukuran telurnya mencapai 140x75 µ m. hospes dari cacing ini adalah siput. Seekor cacing hati dewasa mampu bertelur 20.000 butir dan menghisap darah 0,5 mlhari. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit cacing hati ini selain banyaknya kematian ternak juga terjadinya penurunan mutu dan produksi susu Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 17 sapi perah dan yang terpenting adalah kerusakan pada hati bila terdapat satu atau lebih cacing hati Belding, 1958 Telur cacing Fasciola sp. keluar ke alam bebas bersama feses, bila menemukan habitat yang basah atau lembab telur akan menetas dan menjadi larva yang disebut mirasidium. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan sporokista yang akan menghasilkan redia. Redia akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput akan menempel pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda yang selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru untuk memulai daur hidupnya Djannatun, 1987. Cacing Haemonchus atau disebut juga cacing lambung, ukuran dari cacing jantan yaitu, 10-20 mm, betina 18-30 mm. Telur cacing Haemonchus memiliki ukuran 70-85x41-48 mikron. Suhu optimum untuk pertumbuhan larva telur cacing Haemonchus sekitar 22˚C-33˚C. Cacing ini biasa ditemukan pada abomasum sapi di daerah beriklim tropis dan lembab, selain pada sapi cacing Haemonchus juga dapat ditemukan pada ruminansia lain seperti domba dan kambing. Cacing Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap cacing dapat menghabiskan 0,049 ml darah sehingga dapat meyebabkan anemia pada hewan ternak yang terinfeksi Djannatun, 1987. Paramphistomum sp. atau biasa disebut juga cacing hisap merupakan salah satu cacing dalam kelas Trematoda dari famili Paramphistomidae. Penyebaran Paramphistomum sp. adalah daerah yang memiliki suhu udara 25- 30˚C dengan kelembaban kira-kira 85. Cacing dewasa Paramphistomum sp. berukuran panjang sekitar 5-13 mm dan lebar 2-5 mm Purwanta dkk., 2009. Trychostrongylus sp. atau disebut cacing rambut dari kelas Trematoda memiliki ukuran kecil dan hidup di dalam usus halus. Dinamakan cacing rambut karena tebalnya kurang lebih sama dengan rambut, sedangkan panjangnya kurang dari 10 mm. Telur cacing yang keluar bersama tinja akan berkembang menjadi larva apabila kelembaban, suhu dan oksigen cukup menguntungkan bagi kehidupannya Belding, 1958. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 18 4.2. Gambar Telur Cacing Yang Ditemukan Pada Feses Sapi Di Rumah Potong Hewan RPH Siantar Dan Medan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi Balai Veteriner ditemukan telur cacing parasit yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2. Gambar Telur Cacing Yang Ditemukan Pada Feses Sapi di Rumah Potong Hewan Siantar dan Medan Jenis cacing Gambar telur cacing Jenis cacing Gambar Telur Cacing Ascaris sp. Haemonchus sp. Paramphistomum sp. Bunostomum sp. Fasciola sp. Trychostrongylus sp. Keterangan: Perbesaran 10x10 Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat gambar dari masing-masing telur cacing parasit Ascaris sp., Bunostomum sp., Fasciola sp., Haemonchus sp., Paramphistomum sp. dan Trychostrongylus sp. yang ditemukan pada feses sapi di Rumah Potong Hewan Siantar dan Rumah Potong hewan Medan yang memiliki bentuk, warna dan ukuran yang berbeda-beda. Ascaris merupakan cacing besar yang biasanya bersarang dalam usus halus, cacing Nematoda ini memiliki warna putih kecoklatan atau kuning pucat. Telur cacing yang telah dibuahi fertilized berbentuk lonjong, berukuran 45-70 Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 19 mikron x 35-50 mikron, mempunyai kulit telur yang tidak berwarna dan kuat. Pada bagian luar terdapat lapisan albumin yang permukaaannya bergerigi mamillation, berwarna coklat karena menyerap zat warna empedu. Bagian dalam kulit telur masih terdapat selubung vitelin yang tipis, tetapi kuat yang meningkatkan daya tahan hidup telur cacing ini sampai satu tahun, terhadap lingkungan sekitarnya. Telur yang telah dibuahi mengandung sel telur ovum yang tidak bersegmen. Di kedua kutub telur terdapat rongga udara yang tampak sebagai daerah yang terang berbentuk bulan sawit. Telur yang tidak dibuahi unfertilized egg karena di dalam usus penderita hanya terdapat cacing betina saja, bentuknya lebih lonjong berukuran sekitar 80x55 mikron. Pada telur yang tidak dibuahi ini tidak terdapat rongga udara. Terkadang di dalam tinja penderita ditemukan telur Ascaris yang telah hilang lapisan albuminnya sehingga sulit dibedakan dari telur cacing lainnya. Adanya ovum yang besar juga menunjukkan ciri khas telur cacing Ascaris Soedarto, 2008. Cacing kait yang termasuk dalam famili Antylostomidae pada sapi adalah Bunostomum phelebotomum atau Bunostomum radiatum. Cacing Bunostomum yang menyerang hewan ternak sapi ini memiliki telur yang berbentuk elips dan berukuran 79-117 x 47-70 mikron Subronto dkk., 2001. Fasciola sp. atau yang dikenal juga dengan cacing hati dari kelas Trematoda merupakan cacing bersifat kosmopolit, tersebar luas di berbagai daerah di seluruh dunia Soedarto, 2008. Seekor cacing hati dewasa mampu menghasilkan hingga 20.000 butir telur. Telur berbentuk lonjong, mempunyai ukuran panjang 130-150 mikron dan lebar 63-90 mikron. Kebanyakan telur mempunyai operkulum pada salah satu kutubnya. Demikian juga pada telur cacing Haemonchus sp. memiliki bentuk lonjong dengan ukuran 69-95x35-54 mikron. Selanjutnya, Paramphistomum atau disebut juga cacing hisap memiliki karakteristik telur dengan dinding berwarna jernih, sel-sel embrional terlihat jelas dan mempunyai operkulum yang terlihat jelas. Trychostrongylus sp memiliki telur berbentuk elips, yang memiliki selubung tipis dan bersegmen Purwanta dkk., 2009. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 20 4.3. Jumlah dan Perbandingan Tingkat Infeksi Cacing Parasit Tabel 4.2. Jumlah dan Tingkat Infeksi Cacing Parasit Pada Hewan Ternak Sapi di Rumah Potong Hewan Siantar dan Medan RPH S RPH M Kode Jenis Cacing Tingkat Infeksi Tingkat Infeksi Parasit Jumlah Berat Ringan Jumlah Berat Ringan S1 Fasciola sp. 9 - √ - - Haemonchus sp. 2 - √ - - Paramphistomum sp. 21 - √ 5 S2 Fasciola sp. 6 - √ - - Haemonchus sp. 9 - √ - - Paramphistomum sp. 40 - √ - - S3 Paramphistomum sp. 305 √ - - - S4 Fasciola sp. 15 - √ 6 - √ Paramphistomum sp. 104 √ - 12 √ S5 Fasciola sp. - - 8 - √ Paramphistomum sp. 163 √ - 7 - √ S6 Bunostomum sp. 2 - √ - - Fasciola sp. - - 5 - √ Haemonchus sp. 6 - √ - - Paramphistomum sp. 17 - √ 6 - √ Trycostrongylus sp. 3 - √ - - S7 Fasciola sp. 3 - √ 6 - √ Paramphistomum sp. 18 - √ 25 - √ S8 Fasciola sp. 15 - √ 5 - √ Paramphistomum sp. 11 - √ 22 - √ S9 Fasciola sp. 4 - √ - - Paramphistomum sp. 26 - √ 13 - √ S10 Fasciola sp. 32 - √ 6 - √ Paramphistomum sp. 25 - √ 17 - √ S11 Fasciola sp. 4 - √ 4 - √ Paramphistomum sp. 71 - √ 2 - √ S12 Fasciola sp. 2 - √ - - Paramphistomum sp. 20 - √ - - S13 Fasciola sp. 5 - √ 5 - √ Paramphistomum sp. 94 √ - 10 - √ S14 Fasciola sp. 36 - √ - - Paramphistomum sp. 120 √ - - - S15 Fasciola sp. 5 - √ - - Paramphistomum sp. 3 - √ - - S16 Fasciola sp. 55 √ - - - Paramphistomum sp. 53 - √ - - S17 Ascaris sp. - - 4 - √ Paramphistomum sp. 288 √ - - - S18 Fasciola sp. 28 - √ - - Paramphistomum sp. 290 √ - - - S19 Fasciola sp. 5 - √ - - S20 Fasciola sp. 65 √ - - - S21 Haemonchus sp. 4 - √ - - Paramphistomum sp. 13 - √ - - S22 Paramphistomum sp. 40 - √ - - S23 Fasciola sp. 22 √ - - Paramphistomum sp. 116 √ - - - S24 Paramphistomum sp. 6 - √ 18 √ S25 Fasciola sp. 9 - √ - - Paramphistomum sp. 93 √ - - - Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 21 Penentuan infeksi berat dan ringan oleh infeksi cacing parasit diperoleh dari perhitungan telur tiap gram feses dengan menggunakan acuan menurut Sherman et al., 1966 pada tabel 3.1. Perbandingan tingkat infeksi cacing parasit pada Rumah Potong Hewan Siantar dan Rumah Potong Hewan Medan dapat dilihat pada Tabel 4.2 Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa tingkat infeksi keseluruhan sapi yang berada di Rumah Potong Hewan Medan tergolong ringan, bahkan pada beberapa ekor sapi tidak ditemukan telur cacing parasit, sedangkan sekitar sebelas ekor sapi yang berada di Rumah Potong Hewan Siantar terinfeksi berat oleh cacing parasit. Sembilan ekor sapi terinfeksi berat oleh cacing Paramphistomum sp., yaitu pada sapi dengan kode S3 ditemukan 305 butir telur, S4 ditemukan 104 butir, S5 ditemukan 163 butir, S13 ditemukan 94 butir, S14 ditemukan 120 butir, S17 ditemukan 288 butir, S18 ditemukan 290 butir, S23 ditemukan 116 butir dan sapi dengan kode S25 ditemukan telur cacing Paramphistomum sp. sebanyak 93 butir. Dua ekor sapi pada RPH Siantar juga terinfeksi berat oleh cacing Fasciola sp., yaitu pada sapi dengan kode S16 ditemukan telur cacing Fasciola sp. sebanyak 55 butir dan S20 ditemukan sebanyak 65 butir telur. Berdasarkan jumlah tersebut dapat dilihat bahwa sapi yang berada di Rumah Potong Hewan Medan tergolong ringan dan tidak membahayakan, hal ini kemungkinan disebabkan sapi-sapi yang terdapat pada Rumah Potong Hewan Medan dirawat secara intensif, dimana pakan ternak diberikan di dalam kandang sehingga resiko hewan ternak sapi terinfeksi cacing parasit lebih kecil, karena penyebaran parasit yang paling besar adalah melalui rerumputan segar pada padang rumput yang terinfeksi larva cacing. Pemberian obat cacing yang dilakukan secara rutin pada hewan ternak sapi pada di Potong Hewan Medan juga sangat membantu mengurangi infestasi serangan cacing parasit. Pada hewan ternak sapi di Rumah Potong Hewan Siantar tingkat infeksi tergolong berat karena jenis dan jumlah telur cacing parasit yang ditemukan lebih banyak, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemeliharaan hewan ternak sapi yang dibiarkan bebas mencari makan di sekitar areal Rumah Potong, sehingga besar resiko sapi terinfeksi oleh cacing parasit melalui induk semang yang biasanya berada pada padang rumput. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 22

4.4. Prevalensi Telur Cacing Parasit Pada Rumah Potong Hewan Medan dan Rumah Potong Hewan Siantar