DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
12 tabung B yang telah diisi dengan butir kaca, sampel dimasukkan melalui
saringan wire mesh, sisa sampel yang ada pada tabung A dibilas dengan air, kemudian air bilasan dimasukkan ke dalam tabung B sampai suspensi sebatas
leher tabung, dibiarkan selama lima menit sampai terjadi suspensi, setelah 5 menit diletakkan tabung B ke dalam rotator dan putar lima kali pada kecepatan 10 detik
per rotasi, setelah diputar dibuang supernatan dengan aspirator, ditambahkan lagi air sebanyak 50 ml, diaduk dan didiamkan selama 5 menit, kemudian dimasukkan
kembali ke dalam rotator, diputar sebanyak lima putaran, dituang supernatan, diamkan lima menit untuk di sedimentasi, setelah lima menit dibuang supernatan
dan tinggalkan kurang lebih 2 ml dari endapan, diletakkan seluruh endapan di atas slide kaca dengan menggunakan pipet tetes, kemudian diletakkan di bawah
mikroskop, perlakuan yang sama dilakukan terhadap semua sampel feses pada Rumah Potong Hewan Siantar dan Medan Taira, 1985.
3.4. Analisis Data 3.4.1. Identifikasi Jenis Telur Cacing Parasit
Identifikasi jenis telur cacing parasit dilakukan di Laboratorium Parasitologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional I Medan dengan
menggunakan buku identifikasi menurut, Soulsby 1968, setiap jenis telur cacing parasit diidentifikasi dengan pengamatan langsung pada gelas objektif yang berisi
sampel secara zig-zag dimulai dari sudut kiri sampai dengan sudut kanan dan dilanjutkan ke bagian bawah dari gelas objektif.
3.4.2. Tingkat Infeksi Cacing Parasit
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk Tabel serta dianalisis secara deskriptif. Perbandingan tingkat infeksi cacing parasit pada kedua rumah potong
dapat menggunakan acuan menurut Sherman et al. 1966 pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Tingkat Infeksi Cacing Parasit
Jenis cacing Ringan
Berat Fasciola sp.
1-50 50
Haemonchus sp. 100-2500
2500 Nematodirus
50-100 100
Trychostrongylus sp. 100-500
500 Paramphistomum sp.
1-75 75
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
13
3.4.3. Prevalensi
Untuk menghitung prevalensi infeksi telur cacing parasit pada Rumah Potong Hewan Medan dan Rumah Potong Hewan Siantar digunakan acuan rumus
menurut Budiharta 2002, sebagai berikut: Jumlah hewan yan terserang parasit
Prevalensi = Jumlah sampel yang diamati
X 100
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang jenis dan perbandingan tingkat infeksi cacing parasit pada feses sapi di Rumah Potong Hewan RPH
Siantar dengan feses sapi di Rumah Potong Hewan Medan didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1. Jenis Cacing Parasit Pada Feses Sapi Di Rumah Potong Hewan RPH Siantar Dan Medan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan secara mikroskopis, ditemukan enam jenis cacing parasit yang menginfeksi sapi di Rumah Potong Hewan Medan dan Rumah
Potong Hewan Siantar, dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Jenis Cacing Parasit Pada Rumah Potong Hewan Siantar dan Medan
Jenis Parasit RPH M
RPH S Ascaris sp.
- Bunostomum sp.
- Fasciola sp.
Haemonchus sp. -
Paramphistomum sp. Trychostrongylus sp.
- Jumlah
3 5
RPH: Rumah Potong Hewan, RPH M: Rumah Potong Hewan Medan, RPH S: Rumah Potong Hewan Siantar,
ada, -: tidak ada
Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa pada hewan ternak sapi di Rumah Potong Hewan Siantar ditemukan 5 cacing parasit yang menginfeksi sapi yaitu,
Bunostomum sp. dari Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Strongylida, Family Ancylostomatidae. Jenis telur cacing yang kedua yaitu,
Fasciola sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda, Ordo Digenea, Family Fasciolidae. Jenis telur cacing yang ketiga yaitu, Haemonchus sp. dari Filum
Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Strongylida, Family Trichostrongylidae. Selanjutnya, Paramphistomum sp. dari Filum Platyhelminthes, Kelas Trematoda,
Ordo Digenea, Family Paramphistomatidae dan Trychostrongylus sp. dari Filum
Universitas Sumatera Utara