4.5.4. Analisis hubungan antara faktor higienis dengan motivasi kerja karyawan
Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman antara faktor higienis dengan motivasi kerja karyawan, diperoleh nilai koefisien korelasi
peubah hubungan kerja antara atasan dan bawahan 0,408 dan nilai peluang 0,015. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan atasan dan
bawahan memiliki keeratan kuat dan nilai peluang yang lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan P=0,015
α=0,05, menunjukkan adanya hubungan nyata dan positif antara hubungan kerja antara
atasan dan bawahan terhadap motivasi kerja karyawan. Artinya semakin baik hubungan kerja antara atasan dan bawahan, maka
semakin termotivasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai
koefisien korelasi peubah hubungan antara sesama rekan kerja 0,267 dan nilai peluang 0,121. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
atasan dan bawahan memiliki keeeratan lemah dan nilai peluang yang lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan P=0,121
α=0,05, menunjukkan tidak adanya hubungan antara hubungan kerja antara
sesama rekan kerja terhadap motivasi kerja karyawan. Artinya semakin baik atau tidaknya hubungan antara sesama rekan kerja,
maka tidak akan merubah tingkat motivasi kerja karyawan. Uji korelasi Rank Spearman untuk peubah peraturan dan
kebijakan perusahaan diperoleh nilai koefisien korelasi 0,185 dan nilai peluang 0,287. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan dan
kebijakan perusahaan memiliki keeeratan sangat lemah dan nilai peluang yang lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan P=0,287
α=0,05, menunjukkan tidak adanya hubungan antara peraturan dan kebijakan perusahaan terhadap motivasi kerja karyawan. Artinya
semakin baik atau tidaknya peraturan dan kebijakan perusahaan, maka tidak akan merubah tingkat motivasi kerja karyawan.
Uji korelasi Rank Spearman untuk peubah kondisi kerja diperoleh nilai koefisien korelasi 0,305 dan nilai peluang 0,074. Hal
ini menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan perusahaan
memiliki keeeratan lemah dan nilai peluang yang lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan P=0,074
α=0,05, menunjukkan tidak adanya hubungan antara kondisi kerja terhadap motivasi kerja
karyawan. Artinya semakin baik atau tidaknya kondisi kerja, maka tidak akan merubah tingkat motivasi kerja karyawan.
Tabel 6. Uji korelasi antara faktor higienis dengan motivasi kerja karyawan
Indikator Nilai Korelasi
Spearman Nilai
Probability P
Taraf Nyata
α
Hubungan atasan dan bawahan
0,408 0,015 0,05 Hubungan sesama rekan
kerja 0,267 0,121
0,05 Peraturan dan kebijakan
0,185 0,287
0,05 Kondisi kerja
0,305 0,074
0,05 Faktor
Higienis
Kompensasi 0,202 0,245
0,05 Tanggungjawab yang
diberikan 0,343 0,043 0,05
Pengembangan karyawan
0,652 0,000 0,05 Pengakuan
dan penghargaan 0,628
0,000 0,05
Faktor Motivator
Pekerjaan itu sendiri 0,544
0,001 0,05
Nyata pada taraf 0,05 Sangat nyata pada taraf 0,01
Uji korelasi Rank Spearman untuk peubah kompensasi diperoleh nilai koefisien korelasi 0,202 dan nilai peluang 0,245. Hal
ini menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan perusahaan memiliki keeeratan sangat lemah dan nilai peluang yang lebih besar
dari taraf nyata yang ditetapkan P=0,245 α=0,05 menunjukkan
tidak adanya hubungan antara kompensasi terhadap motivasi kerja
karyawan. Artinya semakin baik atau tidaknya kompensasi maka tidak akan merubah tingkat motivasi kerja karyawan.
4.5.5. Analisis hubungan antara faktor motivator dengan motivasi kerja karyawan