Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

proyek yang diberikan untuk diselesaikan oleh siswa. Siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri untuk menemukan konsep dari permasalahan yang dihadapi, memberikan sejumlah bantuan dalam tahap awal pembelajaran dalam bentuk instruksi-instruksi proyek, setelah itu memberikan kesempatan siswa untuk menyelesaikan proyek tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa teori scaffolding yang dikemukakan oleh Vigotsky mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan scientific.

2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu dari kemampuan berpikir tingkat tinggi high order thinking skill yaitu proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan menerapkan pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru Rofiah, 2013. Sedangkan menurut Heong sebagaimana dikutip oleh Rofiah 2013, kemampuan berpikir kreatif didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan gagasan dan pengalaman baru. Kemampuan berpikir menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru. Torrance 1969 mendefinisikan secara umum kreativitas sebagai proses dalam memahami suatu masalah, mencari solusi-solusi yang mungkin, merumuskan hipotesis, menguji dan mengevaluasi, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Pada prosesnya, hasil kreativitas meliputi ide-ide yang baru, cara pandang berbeda, memecahkan rantai permasalahan, mengkombinasikan kembali gagasan-gagasan atau melihat hubungan baru di antara gagasan-gagasan tersebut. Menurut Isaksen sebagaimana dikutip oleh Grieshober 2004 menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan proses konstruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Sedangkan menurut Filsaime sebagaimana dikutip oleh Marlinda 2012 menyatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif yang sering juga disebut dengan keterampilan berpikir divergen adalah keterampilan berpikir yang bisa menghasilkan jawaban bervariasi dan berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Lebih rinci, menurut Munandar, sebagaimana dikutip oleh Jazuli 2009 terdapat empat indikator berpikir kreatif sebagai berikut. 1. Kelancaran fluency, adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan untuk menyelesaikan suatu masalah. 2. Keluwesan flexibility, adalah kemampuan mengemukakan ide baru dalam menyelesaikan masalah yang sama. 3. Keaslian originality, adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli menurut ide sendiri. 4. Elaborasi elaboration, adalah kemampuan mengembangkan ide dari ide yang telah ada atau merinci masalah menjadi lebih sederhana. Suherman 2003 mengungkapkan bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu: 1. mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien; dan 2. mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan matematika bukan hanya sekedar mampu dalam aspek materi atau sekedar menyelesaikan suatu permasalahannya saja, namun juga bisa berpengaruh pada pola pikir siswa, termasuk memunculkan pola pikir yang kreatif pada siswa. Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop sebagaimana dikutip oleh Pehkonen 1997 yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Pada penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah sebagai berikut. 1. Kelancaran fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan untuk menyelesaikan suatu masalah. 2. Keluwesan flexibility, yaitu kemampuan mengemukakan ide baru dalam menyelesaikan masalah yang sama. 3. Keaslian originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli menurut ide sendiri. 4. Elaborasi elaboration, yaitu kemampuan mengembangkan ide dari ide yang telah ada atau merinci masalah menjadi lebih sederhana.

2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Proyek