Keterampilan Membuat Hipotesis Keterampilan Mengaplikasi Keterampilan Mengkomunikasi

bina keterampilan modul. Ditilik dari unsur bahasa, keterampilan melakukan penelitian ditunjukkan di salah satu cuplikan modul pada Gambar 4.20. Gambar 4.20. Unsur Bahasa yang Menunjukkan Keterampilan Melakukan Penelitian

4.2.7.8 Keterampilan Membuat Hipotesis

Aspek keterampilan membuat hipotesis dapat dijumpai di pendahuluan bina keterampilan modul cahaya baik segi isi dan bahasa. Keterampilan membuat hipotesis berkaitan dengan membuat dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terdapat di alam, melalui proses pemikiran. Ditilik dari unsur bahasa baik secara tersirat atau langsung, keterampilan membuat hipotesis ditunjukkan di salah satu cuplikan modul pada Gambar 4.21. Gambar 4.21. Unsur Bahasa yang Menunjukkan Keterampilan Membuat Hipotesis

4.2.1.1. Keterampilan Mengaplikasi

Keterampilan mengaplikasi tidak hanya berkaitan dengan mempergunakan atau menerapkan konsep- konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk mengerjakan permasalahan dalam soal saja, melainkan menerapkan konsep- konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk menyelesaikan persoalan fisika yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Modul cahaya yang dikembangkan berisi tentang aplikasi-aplikasi materi yang dibahas dalam dunia nyata seperti cermin cembung yang diletakkan di tikungan jalan, cahaya matahari yang mampu menembus jendela kamar, munculnya gambar kembar di permukaan air sebagai contoh pemantulan teratur dan lain sebagainya. Keterampilan mengaplikasi diterapkan siswa dengan mengerjakan soal tes formatif berdasarkan pemahaman konsep yang dimilikinya.

4.2.7.10 Keterampilan Mengkomunikasi

Keterampilan mengkomunikasi berkaitan dengan menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Berkaitan dengan keterampilan mengkomunikasikan secara tertulis, pertanyaan-pertanyaan di bina keterampilan dikerjakan siswa setelah melakukan percobaan. Selanjutnya, siswa berdiskusi dengan teman dan guru untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan. Penggunaan model diskusi dipilih sebagai sarana siswa merangsang keterampilan mengomunikasi secara lisan karena membuat rasa ingin tahu siswa meningkat. Pernyataan ini didukung oleh Suparno 2007: 129, pemanfaatan model diskusi dapat membuat siswa tertantang mengerti lebih dalam tentang konsep yang baru saja dipelajari.

4.2.8 Keterbatasan Penelitian