Analisis Pemanfaatan Peningkatan Daya Listrik Di Sektor Industri Sebagai Upaya Efisiensi Energi ( Aplikasi Pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan )

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMANFAATAN PENINGKATAN DAYA LISTRIK DI SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI UPAYA EFISIENSI ENERGI (APLIKASI PADA PT.COCA-COLA AMATIL INDONESIA - MEDAN )

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Sub Konsentrasi Energi Listrik

OLEH :

Adi Santana Pelawi NIM :100422019

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

ii

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan dunia Industri yang semakin meningkat, maka tingkat persaingan dan produksinya semakin tinggi. Berarti semakin tinggi output atau permintaan yang dibutuhkan maka penambahan ataupun pengembangan pun harus dilakukan agar tercapai sesuai dengan target yang diinginkan untuk itu maka semakin besar pula konsumsi energi listrik yang digunakan.

Analisis Studi kelayakan peningkatan daya dari 1730 menjadi 4330 kVA harus sesuai dalam perspektif efisiensi energi, Dimana perkembangan semakin meningkat dan konsumsi energi yang dibutuhkan juga semakin besar. Untuk itu diperlukan efisiensi energi yang bertujuan sebagai pemanfaatan energi yang lebih efesien sehingga kita dapat memiliki pembangunan ekonomi dan keuntungan dalam pelaksanaan proyek.

Oleh karena itu didalam pelaksanaan peningkatan daya haruslah terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan agar dapat mengetahui dan melakukan evaluasi yang sistematis dan rasional atas manfaat dan biaya yang digunakan.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Judul Tugas Akhir ini adalah :

“ANALISIS PEMANFAATAN PENINGKATAN DAYA LISTRIK DI SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI UPAYA EFISIENSI ENERGI ( APLIKASI PADA PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA – MEDAN )”

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu keluarga tercinta: Ayahanda Ir.P. Pelawi (+) dan Ibunda E. br. Ginting serta abangku Firdaus Pelawi,SE, kakakku dr.Noviyanti br Pelawi, adikku Abadi Pramana Pelawi,SP, dan istriku dr.Sri Sita br. Tarigan yang selalu senantiasa serta mendukung dan mendoakan penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir.

Selama masa perkuliahan sampai pada penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim,M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU;

2. Bapak Ir.Zulkarnaen Pane,MT selaku Dosen Wali penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan;


(5)

iv 3. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim,M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Teguh Novijanto dan Heri Siswanto serta Seluruh keluarga besarPT. FABS Indonesia atas bantuandandukungannya.

5. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia-Medan atas bantuannya dalam memberikan bimbingan serta pengambilan data;

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU;

7. Teman-teman seangkatan Jurusan Teknik Elektro Ekstensi 2010 (Frans, Rolly, dkk), para senior serta junior untuk semua dukungannya.

8. Semua pihak yang memberi dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya bagi pembaca.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

NIM: 100422019 ADI SANTANA PELAWI


(6)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Manfaat Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Segitiga Daya... 4

2.2 Tarif Dasar Listrik ... 6

2.3 Audit Energi Listrik ... 7

2.3.1 Jenis Audit Energi ... 8

2.3.2 Tujuan Audit Energi... 9

2.3.3 Keuntungan Dari Audit Energi ... 10

2.4 Manajemen Energi... 10

2.4.1 Daftar Tanya Sistem Manajemen Energi ... 11

2.4.2 Manajemen Sisi Pasokan (Supply Side Management) ... 12


(7)

vi

2.4.4 Manajemen Sisi Permintaan pada Perusahaan Listrik ... 14

2.4.5 Struktur Tarip ... 15

2.4.6 Paradigma Pengelolaan Energi ... 18

2.5 Konservasi Energi ... 19

2.5.1 Rekomendasi Form Konservasi Energi ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Studi Kelayakan... 21

3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan ... 21

3.1.2 Tujuan Analisis Kelayakan ... 21

3.1.3 Lembaga yang Memerlukan Studi Kelayakan ... 22

3.1.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan ... 22

3.1.4.1Aspek Teknik ... 23

3.1.4.2Aspek Finansial ... 23

3.2 Sistem Distribusi ... 23

3.2.1 Peranan Tenaga Listrik ... 24

3.2.2 Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik ... 25

3.3 Peningkatan Daya ... 25

3.3.1 Kontrak Daya Yang Tersambung ... 25

3.3.2 Golongan Daya Yang Tersambung ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ... 29

4.1 Profil Perusahaan ... 29

4.1.1 Struktur Organisasi ... 30


(8)

vii

4.1.3 Produk yang dihasilkan ... 31

4.1.4 Proses Produksi ... 32

4.1.5 Jadwal Produksi ... 33

4.1.6 Biaya Produksi ... 38

4.1.7 Perhitungan Harga Produksi Per Unit ... 39

4.1.8 Perhitungan Harga Jual Per Cases ... 41

4.2 Instalasi Pada 1730 kVA ( Existing ) 42 4.2.1 General Layout ... 42

4.2.2 Diagram Satu Garis Kubikel ... 43

4.2.3 Blok Diagram Kubikel ... 44

4.2.4 Diagram Satu Garis Elektrikal ... 45

4.2.5 Beban Terpasang ... 46

4.3 Instalasi Pada 4330 kVA ( Upgrade ) ... 48

4.3.1 General Layout ... 48

4.3.2 Diagram Satu Garis Kubikel 4330 kVA ... 49

4.3.3 Blok Diagram Kubikel ... 50

4.3.4 Diagram Satu Garis Elektikal ... 51

4.3.5 Beban Terpasang ... 52

4.4 Tarif Listrik Untuk Industri ... 55

4.5 Perhitungan Tarif Industri Pada Tegangan Menengah ... 60

4.5.1 Informasi Tagihan Listrik September 2012 Pada 1730 kVA ... 62

4.5.2 Perhitungan Tagihan Listrik September 2012 Pada 1730 kVA ... 64


(9)

viii

4.5.3 Perhitungan Efisiensi Energi Tagihan Listrik

September 2012 Pada 1730 kVA ... 66

4.5.4 Informasi Tagihan Listrik Februari 2013 Pada 4330 kVA ... 69

4.5.5 Perhitungan Tagihan Listrik Februari 2013 Pada 4330 kVA ... 71

4.5.6 Perhitungan Efisiensi Energi Tagihan Listrik September 2013 Pada 4330 kVA ... 73

4.6 Perhitungan Efisiensi Pembebanan Terhadap Daya Terpasang ... 76

4.6.1 Perhitungan Efisiensi Energi Terhadap Seluruh Beban Terpasang Pada 1730 kVA 77 4.6.2 Perhitungan Efisiensi Energi Terhadap Pemakain Kwh Tertinggi Pada 1730 kVA ... 78

4.6.3 Perhitungan Efisiensi Energi Terhadap Seluruh Beban Terpasang Pada 4330 kVA ... 80

4.6.4 Perhitungan Efisiensi Energi Terhadap Pemakaian Kwh Tertinggi Pada 4330 kVA ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Tanya Sistem Manajemen Energi ... 11

Tabel 2.2 Form Konservasi Energi... 19

Tabel 3.1 Daya Yang Tersambung Oleh PLN ... 25

Tabel 3.2. Golongan Daya Yang Tersambung Pada Pelanggan PLN ... 27

Tabel 4.1 Jadwal Produksi PT.CCAI – Medan ... 33

Tabel 4.2 Data Beban Pada Daya Pemakaian 1730 kVA... 46

Tabel 4.3 Data Beban Pada Daya Pemakaian 4330 kVA... 52

Tabel 4.4 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri Tahun 2003... 55

Tabel 4.5 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri Tahun 2011... 56

Tabel 4.6 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri Tahun 2013... 57

Tabel 4.7 Billing Informasi Tagihan Listrik September 2012 ... 62

Tabel 4.8 Grafik Tagihan Listrik Tahun 2012 ... 63

Tabel 4.9 Billing Informasi Tagihan Listrik Februari 2013 ... 69


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Daya ... 4

Gambar 2.2 Paradigma Pengelolaan Energi... 18

Gambar 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ... 23

Gambar 3.2Diagram Tahapan Penelitian ... 28

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT.Coca-Cola Amatil Indonesia ... 30

Gambar 4.2 Drawing General Layout Existing ... 42

Gambar 4.3 Diagram Satu Garis Kubikel 1730 kVA ... 43

Gambar 4.4 Blok Diagram Kubikel 1730 kVA ... 44

Gambar 4.5 Diagram Satu Garis Elektrikal Existing ... 45

Gambar 4.6 Drawing General Layout Upgrade ... 48

Gambar 4.7 Diagram Satu Garis Kubikel 4330 kVA ... 49

Gambar 4.8 Blok Diagram Kubikel 4330 kVA ... 50


(12)

xi

DAFTAR SINGKATAN

WBP Waktu Beban Puncak

LWBP Luar Waktu Beban Puncak

PPN Pajak Pertambahan Nilai

PPJ Pajak Penerangan Jalan

DSM Demand Side Management

SSM Supply Side Management

AEA Audit Energi Awal

IPE Indirect Personal Expense

VME Variabel Material Expense

RGB Returnable Glass Bottle


(13)

ii

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan dunia Industri yang semakin meningkat, maka tingkat persaingan dan produksinya semakin tinggi. Berarti semakin tinggi output atau permintaan yang dibutuhkan maka penambahan ataupun pengembangan pun harus dilakukan agar tercapai sesuai dengan target yang diinginkan untuk itu maka semakin besar pula konsumsi energi listrik yang digunakan.

Analisis Studi kelayakan peningkatan daya dari 1730 menjadi 4330 kVA harus sesuai dalam perspektif efisiensi energi, Dimana perkembangan semakin meningkat dan konsumsi energi yang dibutuhkan juga semakin besar. Untuk itu diperlukan efisiensi energi yang bertujuan sebagai pemanfaatan energi yang lebih efesien sehingga kita dapat memiliki pembangunan ekonomi dan keuntungan dalam pelaksanaan proyek.

Oleh karena itu didalam pelaksanaan peningkatan daya haruslah terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan agar dapat mengetahui dan melakukan evaluasi yang sistematis dan rasional atas manfaat dan biaya yang digunakan.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan dunia industri yang semakin meningkat, maka semakin besar pula konsumsi energi listrik yang digunakan. Seiring dengan peningkatan konsumsi energi listrik maka pihak penyedia energi listrik harus meningkatkan pasokan energi listrik. Permasalahan yang sering terjadi adalah krisis energi listrik.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan penghematan pemakaian energi listrik dan melakukan langkah pelaksanaan sistem manajeman energi dengan cara konservasi energi ataupun audit energi.

Untuk itu studi kelayakan menjadi sangat penting. Semakin besar skala investasi semakin penting studi ini. Kajian-kajain dalam studi kelayakan ini upaya terdepan yang dapat dilakukan dengan akal sehat, guna mencegah munculnya bibit dan eskalasi penyimpangan, serta mengontrol ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa depan.


(15)

2 1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui layak atau tidak layak peningkatan daya dalam perspektif efisiensi energi ( studi kelayakan pada peningkatan daya 1730-4330 kVA pada PT.CCAI-Medan).

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah adalah Bagaimana melakukan analisis studi kelayakan peningkatan daya 1730 menjadi 4330 kVA dalam persepektif efesiensi energi dan bagaimana proses peningkatan daya dari 1730 menjadi 4330 kVA (Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia- Medan).

1.4 Batasan Masalah

Dalam setiap permasalahan, ada banyak yang menjadi cakupannya. Sehubungan dengan keterbatasan penulis, untuk itu penulis membatasi masalah yang akan dibahas yang meliputi :

1. Pada tugas akhir ini hanya memfokuskan pada layak atau tidaknya peningkatan daya di suatu industri ( PT.CCAI-Medan) dan efesiensi dari peningkatan daya tersebut

2. Tidak membahas biaya investasi dalam proyek ini

3. Tidak Membahas gangguan yang terjadi dalam peningkatan daya 4. Tidak Membahas mesin-mesin atau beban yang digunakan.


(16)

3 1.5 Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas dasar teori mengenai daya, teori perhitungan dan analisis hasil beban

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai persamaan yang digunakan dalam menghitung dan menganalisis data hasil beban, dan teknik pengumpulan data dalam peningkatan daya

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang perhitungan data Peningkatan daya dan layak atau tidak layak peningkatan daya dalam perspektif efisiensi energi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian penutup berupa kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan mengenai Peningkatan daya dan Efisiensi Energi.


(17)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Segitiga Daya

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik,daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Daya listrikbiasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau Horsepower(HP), Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP setara 746 Watt.

Segitiga daya adalahsuatu hubungan antara daya nyata, daya semu, dan daya reaktif, yang dapat dilihat hubungannya pada gambar bentuk segitiga berikut ini :

Gambar 2.1 Segitiga Daya Dimana :

P = V x I x Cos Ø (Watt) S = V x I (VA)


(18)

5 Daya Listrik dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut :

1. Daya Nyata (P)

Daya nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya.

Line to netral / 1 fasa: P = V x I x Cos φ Line to line/ 3 fasa: P = √3 x V x I x Cos φ Keterangan :

P = Daya Nyata (Watt) V = Tegangan (Volt)

I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)

Cos φ = Faktor Daya

2. Daya Semu (S)

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui penghantar.

Line to netral/ 1 fasa : S = V x I

Line to line/ 3 fasa : S = √3 x V x I

Ket :

S = Daya semu (VA) V = Tegangan (Volt)


(19)

6 3. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.

Line to netral/ 1 fasa : Q = V x I x Sin φ Line to line/ 3 fasa : Q = √3 x V x I x Sin φ Ket :

Q = Daya reaktif (VAR) V = Tegangan (Volt) I = Arus (Amper) Sin φ = Faktor Daya 2.2 Tarif Dasar Listrik

Tarif dasar listrik atau disebut TDL adalah tarif untuk penggunaan listrik di Indonesia yang dibuat oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN.

Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Industri, terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan industri kecil industri rumah tangga pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 14 kVA(I-1/TR).

2. Golongan tarif untuk keperluan industri sedang pada tegangan rendah, dengan daya di atas14 kVA s.d. 200 kVA(I-2/TR).

3. Golongan tarif untuk keperluan industri menengah pada tegangan menengah, dengan daya di atas 200 kVA(I-3/TM).

4. Golongan tarif untuk keperluan industri besar pada tegangan tinggi, dengan daya 30.000 kVA ke atas (I-4/TT)


(20)

7 Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua bagian, yaitu :

1. Biaya Awal

Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali, maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya penyambungan dan biaya jaminan listrik.

2. Biaya Perbulan

Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap bulan, biaya ini terdiri atas :

a. Biaya Beban b. Biaya Pemakaian

c. Biaya kelebihan Pemakaian kVArh d. Biaya Pemakaian Trafo (jika ada) e. Biaya lain-lain yang terdiri dari :

- Biaya Pajak Penerangan Jalan - Biaya Materai

- Biaya Pajak Pertambahan Nilai 2.3 Audit Energi Listrik

Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi energi. Audit energi dilaksanakan sekurang-kurangnya pada proses dan pengguna energi utama secara berkala paling sedikit satu kali dalam tiga tahun. Proses audit dapat dilakukan oleh audito internal maupun eksternal, namun auditor-auditor tersebut


(21)

8 wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Standar kompetisi auditor energi di bidang industri dan gedung sedang dalam proses penetapan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ( MESDM)

Rekomendasi audit energi yang bersifat no maupun low cost wajib diterapkan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, selain itu rekomendasi yang memerlukan investasi dan memenuhi kriteria teknis dan ekonomis wajib diterapkan dalam jangka menengah atau kurang dari 5 tahun. Tetapi, rekomendasi audit energi tidak dapat dilaksanakan karena sesuatu hal, maka pengguna energi dan pengguna sumber energi harus memberikan penjelasan baik secara teknis maupun ekonomis.

Laporan tahunan disampaikan pada bulan januari – maret tahun berikutnya, disamping itu laporan tersebut paling sedikit memuat informasi mengenai : rencana yang akan dilakukan, target dan pencapaian, jenis dan konsumsi energi, penggunaan peralatan hemat energi, langkah-langkah konservasi energi, dan jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan.

2.3.1 Jenis Audit Energi

Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari audit itu sendiri.


(22)

9 Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Survei Manajemen Energi

Surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.

2. Survei Energi (Teknis)

Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dan pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada pengalamannya dalam mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat.

2.3.2 Tujuan Audit Energi

Setelah mendapatkan hasil uji, auditor energi menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada (misalnya tabel, bagan). Kemudian hasil uji tersebut digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya instalasi pabrik seluruhnya. Dari neraca energi, dapat ditentukan efisiensi peralatan dan ada tidaknya peluang penghematan biaya energi, setelah itu, dilakukan pengujian


(23)

10 lebih rinci terhadap setiap peluang, perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.

2.3.3 Keuntungan Dari Audit Energi

Keuntungan yang diperoleh dari audit energi ini adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan tentang efisiensi energi 2. Mengidentifikasi biaya energi yang digunakan

3. Mengidentifikasikan dan meminimumkan hal yang terbuang

4. Membuat perubahan prosedur,peralatan dan sistem untuk menyimpan energi 5. Menghematkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui

6. Menjaga lingkungan dengan mengurangi pembangkitan tenaga 7. Mengurangi running costs

2.4 Manajemen Energi

Manajemen energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan pendukung.

Manajemen energi diterapkan untuk memaksimalkan kapasitas pembangkit yang ada dalam memenuhi energi listrik, yaitu dengan melaksanakan program di sisi permintaan (Demand Side Management) dan di sisi penyediaan (Supply Side Management).


(24)

11 2.4.1 Daftar Tanya Sistem Manajemen Energi

Kebijakan

1.

Sudah adakah kebijakan energi secara tertulis

2.

Apakah sudah ada rencana aksi management energi dalam satu tahun terakhir

3.

Apakah rencana aksi direview dan di update secara periodik

4.

Apakah kebijakan energi bagian dari lingkungan atau strategi

bisnis

Tidak Ya

Organisasi

1. Apakah ada petugas khusus / petugas energi

2. Apakah ada job deskripsi secara tertulis untuk petugas energi 3. Apakah manager energi punya otoritas finansial dan pengaruh

managerial

4. Apakah punya komite atau tim energi yang secara rutin bertemu 5. Apakah ada manager lain berpartisipasi dalam managemen

energi

Sistem Informasi

4. Apakah pemakaian energi dimonitor secara periodik 5. Apakah ada meteran energi pada tiap proses atau unit kerja 6. Apakah indeks penggunaan energi dihitung dan dipantau 7. Apakah potensi penghematan diidentifikasi

8. Apakah target penghematan energi ditetapkan Motivasi & Marketing

1. Apakah punya staff training atau peningkatan kesadaran yang memadai

2. Apakah ada laporan penggunaan energi

3. Apakah ada insentif bagi karyawan yang punya ide hemat energi 4. Apakah management melakukan up date pengembangan

5. Apakah ada saran penghematan energi dari senior management 6. Apakah energi efisiensi dipromosikan internal

Investasi


(25)

12 Tabel 2.1 Daftar tanya Sistem Manajemen Energi

2.4.2 Manajemen Sisi Pasokan ( Supply Side Management )

Manajemen sisi pasokan adalah cara suatu perusahaan untuk dapat menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar atau customer. Sedang manajemen Sisi permintaan mengatur agar perilaku konsumen dapat diarahkan agar sesuai dengan pola yang diinginkan oleh penyedia tenaga listrik.

Untuk menjelaskan definisi Manajemen Sisi Pasokan, kita dapat mulai dengan melihat praktek yang lazim ditemui sehari-hari.Suatu perusahaan pada umumnya selalu melihat kondisi pasar untuk menghasilkan produk yang sesuai untuk dijual. Misalnya dengan melakukan survey, produsen dapat melihat besar potensi pasar yang dapat menyerap produk yang akan dihasilkan. Setelah melihat berapa besar potensi pasar yang dapat menyerap produk tertentu, perusahaan menghitung berapa kemampuannya untuk memproduksi, serta memperhitungkan kekuatan pesaing (competitor).Dengan adanya data tersebut, perusahaan berusaha melakukan pengaturan (“manajemen”) agar dapat memasok kebutuhan pasar secara efisien dan menguntungkan.Cara-cara perusahaan melakukan pengaturan produksi agar menghasilkan produk sehingga sesuai kebutuhan pasar disebut sebagai “Manajemen Sisi Pasokan” (Supply Side Management).

energi

2. Apakah kriteria proyek diperlakukan sama untuk energi 3. Apakah ada investasi untuk program management energi 4. Apakah proyek/pembelian di pertimbangkan dalam biaya energi 5. Apakah ada manfaat lain proyek efisiensi energi selain


(26)

13

Contoh dari “Manajemen Sisi Pasokan” tersebut bagi PLN adalah melakukan pengaturan pengoperasian berbagai pusat pembangkit untuk memenuhi permintaan konsumen setiap saat.Sehingga diperoleh suatu kemampuan untuk memenuhi permintaan beban yang senantiasa berfluktuasi, secara ekonomis dan andal.Misalnya pengoperasian PLTU Batubara untuk memikul beban dasar, dan pengoperasian PLTA dan PLTG untuk memenuhi kebutuhan beban puncak.

2.4.3 Manajemen Sisi Permintaan( Demand Side Management )

Selain pengaturan sisi pasokan, untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berfluktuasi setiap saat, suatu perusahaan juga perlu melakukan pengaturan atau manajemen untuk mempengaruhi pola konsumsi dari konsumennya. Hal tersebut dilakukan agar proses produksi lebih efisien dan efektif tanpa merugikan konsumen. Pola pengaturan untuk mempengaruhi pola konsumsi dari konsumen tersebut disebut sebagai Manajemen Sisi Permintaan.

Beberapa contoh yang dapatdilihat dari penerapan Manajemen Sisi Permintaan, misalnya perusahaan telepon selular yang member reduksi tarip pada malam hari atau hari libur dengan berbagai variasinya sehingga pada periode tersebut sangat murah, bahkan dikesankan sebagai gratis.Pertimbangan untuk melakukan reduksi tarip pada malam hari atau hari libur tersebut adalah karena pada periode tersebut kapasitas saluran telepon selular tersebut sangat sedikit terpakai, padahal biaya operasionalnya tetap, agar kapasitas yang ada dapat dimanfaatkan, maka tarip telekomunikasi pada jam-jam tersebut diturunkan. Dengan demikian sebagian “traffic percakapan” yang tidak dapat terlayani pada jam sibuk, dapat beralih ke periode “luar waktu beban puncak”.


(27)

14

Supermarket atau mal juga sering melakukan kiat pemasaran untuk mengatur permintaan dari konsumen.Misalnya member diskon kepada konsumen pada tanggal “tua” setiap bulannya, atau di tengah-tengah minggu (week day), bahkan saat ini di kota-kota besar sudah umum ada promo tengah malam dengan diskon gila-gilaan.

Perusahaan kereta api beberapa tahun yang lalu memberikan tarip yang murah untuk para pemudik yang melakukan perjalanan mudik jauh hari sebelum lebaran, misalnya dua minggu sebelum lebaran, atau yang balik jauh hari sesudah lebaran (sesudah H + 14). Kiat tersebut berhasil mengurangi kepadatan penumpang pada “periode puncak” sekaligus mengisi kekosongan gerbong yang sering terjadi di luar periode puncak.

2.4.4 Manajemen Sisi Permintaan pada Perusahaan Listrik

Memang kalau kita perhatikan dari contoh-contoh di atas, umumnya pengaturan “Manajemen Sisi Permintaan” dilakukan dengan cara menjual suatu produk dengan harga yang berbeda antara periode biasa dengan periode puncak. Dengan kiat tersebut perusahaan dapat “menjual” kelebihan kapasitas produksi yang berlebihan pada masa di luar beban puncak.Sehingga dapat menjual lebih banyak produk dan menambah keuntungan.

Pada awalnya “Manajemen Sisi Permintaan”penerapannya pada perusahaan listrik yang merupakan “public utility” murni yang bersifat monopoli dan tidak terdapat rangsangan untuk berkompetisi. Namun dengan semakin kompetitifnya iklim bisnis dewasa ini maka setiap perusahaan, termasuk perusahaan “monopoli” harus berkompetisi agar dapat beroperasi secara efektif


(28)

15

dan efisien.Untuk dapat melaksanakan Manajemen Sisi Permintaan maka dilakukan pengaturan tarip.

2.4.5 Struktur Tarip

Tarip merupakan instrument terpenting dalam pelaksanaan Manajemen Sisi Permintaan. Karena hanya dengan adanya pengaturan tarip yang berbeda maka akan dapat mengubah perilaku konsumen sehingga dapat mengikuti scenario yang disiapkan. Yang pada gilirannya perilaku konsumen tersebut dapat menimbulkan efisiensi sehingga menambah profit atau keuntungan.

Namun disamping berfungsi sebagai instrument utama untuk mengarahkan perilaku konsumen agar timbul efisiensi perusahaan dan meningkatkan laba, tarip juga sering dipakai sebagai instrument pemerataan.Yaitu dengan mekanisme subsidi silang sehingga masyarakat yang tergolong pada kelas ekonomi lemah terbantu dengan membayar tarip yang murah masyarakat yang lebih mampu. Berikut adalah beberapa pola struktur tarip yang umum diterapkan perusahaan listrik kepada konsumennya :

a. Tarip Dua-Bagian

Pada struktur tarip ini, konsumen membayar tarip yang dibagi atas 2 bagian.Bagian pertama adalah biaya tetap, sedangkan yang kedua merupakan perkalian antara jumlah pemakaian listrik (kWh) dengan harga listrik per kWh yang tetap.Struktur tarip seperti ini biasanya dirancang agar harga yang dibayarkan konsumen mendekati harga atau biaya produksi.Yaitu ada biaya langsung dan biaya tidak langsung.


(29)

16

Pada struktur tarip ini harga yang dibayar konsumen akan turun per kWh nya jika pemakaian mencapai jumlah tertentu.Struktur tarip ini akan mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi karena dengan naiknya konsumsi maka biaya pemakaian listrik per kWh turun.

c. Tarip Meningkat sesuai Pemakaian.

Pada struktur tarip ini, tarip per kWh akan meningkat jika pemakaian listrik meningkat.

Contoh :

- Tarip tetap = Rp 100.000,- per bulan - Pemakaian per kWh :

฀ Rp 700,- per kWh sampai 1.000 kWh

฀ Rp 1.000,- per kWh untuk pemakaian di atas 1.000 kWh

Struktur tarip ini biasa dipakai sebagai instrument social atau untuk melakukan subsidi silang.Untuk konsumen yang pemakaiannya kecil taripnya lebih kecil, sedangkan konsumen besar beban tarip meningkat.Namun dari sisi efisiensi ekonomi, pemberian subsidi silang dengan mekanisme tarip ini dapat memberikan distorsi dalam peningkatan perekonomian, sehingga harus dilakukan secara terukur untuk mencapai hasil yang optimal.

d. Tarip Luar Waktu Beban Puncak.

Tarip yang berbeda antara waktu beban puncak dengan di luar waktu beban puncak merupakan prinsip utama dalam manajemen sisi permintaan. Dengan


(30)

17

adanya tarip yang berbeda tersebut pola pemakaian listrik konsumen dapat diatur sesuai pola yang akan meningkatkan efisiensi pasokan listrik.

e. Struktur Tarip Lain.

Disamping beberapa struktur tarip di atas, masih terdapat lagi beberapa variasi tarip yang bertujuan untuk mengatur perilaku konsumen sehingga efisiensi pembangkit listrik dapat meningkat. Diantara jenis-jenia struktur taip lainnya adalah sebagai berikut :

- Tarip penghematan, dengan memberi discount bagi konsumen yang tidak

mengkonsumsi listrik pada waktu tertentu.

- Tarip pengaturan, dengan cara member discount untuk pemakaian sesuai pola

yang ditentukan.

- Tarip kogenerasi, untuk konsumen yang pada waktu tertentu menjual kelebihan

daya listriknya.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen sisi permintaan merupakan metode pengaturan dari perusahaan listrik untuk mengarahkan pola penggunaan listrik oleh konsumen sehingga sesuai pola yang akan meningkatkan efisiensi produksi tenaga listrik.

Selain sebagai alat untuk mengatur pola penggunaan listrik dari konsumen, tarip juga berfungsi social, dengan mekanisme subsidi silang sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mampu dengan tarip listrik per kWh yang lebih murah.Namun pemberian subsidi silang dengan mekanisme tarip tersebut harus dilakukan secara terukur agar tidak menambah inefisiensi pada penyediaan tenaga listrik.


(31)

18

Berikut adalah perubahan paradigma pengelolaan energi antara energy supply side management dan energy demand side management.

P ERU B AH AN PARAD IGMA P EN GELOLAAN EN ERGI ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENTENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT

SUPPLY DEMAND DEMAND SUPPLY

Saat ini : Ke depan :

1. Kebutuhan energi belum efisien 1. Efisienkan kebutuhan energi 2. Kebutuhan energi tersebut dipenuhi 2. Maksimalkan penyediaan dan

Dengan biaya berapapun dan malah pemanfaatan energi terbarukan disubsidi paling tidak harga pada avoided 3. Energi terbarukan hanya sebagai fossil energy coast, bila perlu

Alternatif disubsidi

4. Sumber energi terbarukan yang 3. Energi fossil dipakai sebagai Tidak termanfaatkan adalah menyia- penyeimbang

Yiakan karunia Tuhan 4. Sumber energi fossil yang tidak Termanfaatkan adalah sebagai Warisan untuk anak-cucu/diekspor

Gambar 2.2 Paradigma Pengelolaan Energi

2.5 Konservasi Energi

Konservasi energi merupakan salah satu strategi dalam manajemen energi dan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan

Energi Fosil dengan biaya berapapun (malah disubsidi) Energi Terbarukan Sebagai Alternatif Kebutuhan Energi Sektoral yang belum Efisien :

- Rumah Tangga

- Transportasi

- Industri

- Komersial

Kebutuhan Energi Sektoral yang belum Efisien :

- Rumah Tangga

- Transportasi - Industri - Komersial (KONSERVASI) Maksimalkan Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan dengan Harga Avoided Fossil Energy Coast (DISVERSIFIKASI)

Energi Fosil Sebagai Faktor Penyeimbang


(32)

19 pertumbuhan permintaan tenaga listrik pada sisi konsumen. Konservasi energi dapat diartikan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai efisiensi pemakaian energi dan menghindari terjadinya pemborosan energi.

Prinsip dasar konservasi energi yaitu :

1. Menghilangkan buangan energi (pencegahan) 2. Mengurangi rugi-rugi energi (recovery)

3. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi (inovasi efisiensi) 2.5.1 Rekomendasi Form Konservasi Energi

Rekomendasi disusun mengikuti urutan tertentu, misalnya berdasarkan area pemanfaatan energi serta harus dinyatakan dalam bentuk kegiatan, potensi penghematan energi, dan manfaat / finansial, serta langkah implementasi dan jadwal.:

No Deskripsi Konservasi Energi

Langkah Pelaksanaan Perkiraan Penghematan 1 Mengurangi waktu

operasi peralatan energi dari 9 jam menjadi 8 jam per hari.

- Kordinasi antar bagian atau unit kerja untuk menetapkan jadwal start peralatan

- Penggunaan timer untuk start dan stop peralatan

21% penghematan konsumsi energi

2 Menetapkan setting suhu ruangan sesuai standar (oC)

- Pemasangan thermometer untuk mengukur suhu ruangan

12% penghematan konsumsi energi

3 Memperkecil infiltrasi udara

- Menutup lubang infiltrasi udara, penutup pintu

3-5% penghematan konsumsi energi


(33)

20 mengurangi

rugi-rugi energi.

otomatis, untuk mengurangi infiltrasi udara.

Tabel 2.2 Form Konservasi Energi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi Kelayakan

3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan

Studi kelayakan mempelajari, mengevaluasi dan memprediksi apakah suatu (rencana) proyek investasi dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. Proyek


(34)

21 yang secara teknikal baik dan diprediksi menghasilkan manfaat atau keuntungan, bisa dilanjutkan ke tahap pelaksanaan. Studi kelayakan diperlukan untuk menghindari keputusan keliru berupa investasi yang memakan sumber daya besar, tetapi ternyata hanya menghasilkan manfaat atau keuntungan (finansial,ekonomi atau lainnya) yang kecil atau bahkan rugi.

3.1.2 Tujuan Analisis Kelayakan

Pada investasi yang memerlukan modal cukup besar dan diperuntukan untuk investasi yang besar dan jangka panjang, maka diperlukan studi agar jangan sampai proyek yang diinvestasikan kemudian tidak mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha maupun perusahaan. Semakin besar skala investasi studi kelayakan, maka semakin penting untuk dibuat terlebih dahulu kelayakannya.

Proyek sederhana berskala kecil kadang kala dapat berjalan dengan hasil yang baik tanpa studi kelayakan. Namun proyek investasi skala besar harus didahului dengan studi kelayakan, antara lain guna :

a. Mengidentifikasi berbagai alternatif investasi. b. Memilih alternatif investasi paling optimal. c. Memaparkan semua risiko dan mitigasinya. d. Memprediksi manfaat yang diperoleh.

3.1.3 Lembaga yang memerlukan Studi Kelayakan

Dalam melakukan studi kelayakan, hasil yang diperoleh dapat menjadi masukan dan acuan bagi lembaga yang memerlukan, adapun lembaga yan membutuhkan studi kelayakan tersebut adalah :

1) Investor, yaitu pihak penanam modal yang ingin memprediksi apakah proyek investasi yang direncanakan mampu menghasilkan manfaat finansial.


(35)

22 2) Kreditor, yaitu akan lebih memperhatikan dari segi keamanan dana yang

dipinjamkannya dalam investasi tersebut, dimana kreditor perlu yakin dana yang dipinjamkannya bisa terbayar kembali dengan tepat waktu.

3) Pemerintah, yaitu berharap investasi yang dilakukan memberi manfaat ekonomi, serta memberikan sarana menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.

4) Instansi, yaitu badan non pemerintah maupun masyarakat yang memerlukan inovasi dalam perencanaan menjadi usaha mandiri serta meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki.

3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Aspek teknik, aspek finansial dan aspek lingkungan merupakan aspek-aspek utama dalam studi kelayakan. Aspek-aspek penting lainnya adalah aspek hukum, aspek sosial-ekonomi, aspek manajeman-organisasi dll. Aspek pasar dan pemasaran juga perlu mendapat perhatian, terutama untuk memastikan seluruh produk yang dihasilkan mampu diserap pasar dengan baik.

3.1.4.1Aspek Teknik

Evaluasi Aspek teknik ini mempelajari pemilihan lokasi pabrik dan tata letaknya, teknologi yang digunakan , gambaran umum tentang desain dan kapasitas, jadwal konstruksi dan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian.


(36)

23 Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan. Pada penelitian ini perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasinya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajeman perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelengaraan pembangunan pabrik atau industri, untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisa yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.

3.2 Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik sampai ke konsumen.

Gambar 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 3.2.1 Peranan Tenaga Listrik

Konsumen Listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta lainnya dapat dibedakan sebagai berikut.


(37)

24 Masing-masing rumah dayanya antara 450 VA s.d. 4.400 VA. Secara umum menggunakan sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V dan jumlahnya sangat banyak.

2. Penerangan Jalan Umum (PJU)

Pada kota-kota besar penerangan jalan umum ini sangat diperlukan oleh karena bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara 50 VA sampai dengan 250 VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka sistem yang digunakan 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V.

3. Konsumen Pabrik

Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing pabrik dayanya dalam orde ratusan kVA. Penggunaanya untuk pabrik yang kecil masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah (220/380V). Untuk pabrik-pabrik skala besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya dengan jaringan tegangan menengah 20 KV.

4. Konsumen Komersial

Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL ( Kereta Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3 fasa, untuk yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah,sedangkan yang berkapasitas besar dengan tegangan menengah 20 KV.

3.2.2 Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik

Instalasi dari pembangkitan sampai dengan alat pembatas/pengukur (APP) disebut Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik. Dari mulai APP sampai titik akhir beban disebut Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Standarisasi daya tersambung


(38)

25 yang disediakan oleh pengusaha ketenagalistrikan (PT PLN) berupa daftar penyeragaman pembatasan dan pengukuran dengan daya tersedia untuk tarif S-2, S-3, R-1, R-2, R-4, U-1, U-2, G-1, I-1, I-2, I-3, H-1, dan H-2 pada jaringan distribusi tegangan rendah. Adapun daya tersambung pada tegangan menengah, dengan pembatas untuk tarif S-4, SS-4, I-4, U-3, H-3, dan G-2.

3.3 Peningkatan Daya

Peningkatan daya adalah perubahan atau penambahan daya listrik yang disebabkan oleh peningkatan produksi dalam sektor industri maupun pengembangan komersial dimana bertambahnya konsumsi beban energi listrik yang digunakan.

3.3.1 Kontrak Daya Yang Tersambung

Berikut adalah tabel daya yang tersambung oleh PLN :

Arus Nominal TM (Amper) Daya Tersambung (kVA)

6,3 240

10 345

16 555

20 690

25 865

32 1.110

40 1.385

50 1.730

63 2.180

80 2.770

100 3.465


(39)

26

160 5.540

200 6.930

250 8.660


(40)

27 3.3.2 Golongan Daya Yang Tersambung

Berikut adalah golongan daya yang tersambung pada pelanggan PLN : No

.

Golong an Tarif

Penjelasan Sistem Tegangan

Batas Daya

1. S-1 Pemakai sangat kecil TR s/d 200 VA

2. S-2 Badan sosial kecil TR 250 VA s/d 2.200 VA 3. S-3 Badan sosial sedang TR 2.201 VA s/d 200 kVA 4. S-4 Badan sosial besar TM 201 KVA Ke Atas 5. SS-4 Badan sosial besar dikelola

swasta untuk komersial TM 201 KVA Ke Atas 6. R-1 Rumah Tangga Kecil TR 250 VA s/d 500 VA 7. R-2 Rumah Tangga sedang TR 501 VA s/d 2.200 VA 8. R-3 Rumah Tangga menengah TR 2.201 VA s/d 6.600 VA 9. R-4 Rumah Tangga besar TR 6601 KVA Ke Atas 10. U-1 Usaha kecil TR 250 VA s/d 2.200 VA 11. U-2 Usaha sedang TR 2.201 VA s/d 200 kVA

12. U-3 Usaha Besar TM 201 KVA Ke Atas

13. U-4 Sambungan Sementara TR

14. H-1 Perhotelan kecil TR 250 VA s/d 99 kVA 15. H-2 Perhotelan sedang TR 100 KVA s/d 200 kVA 16. H-3 Perhotelan Besar TR 201 KVA Ke Atas 17. I-1 Industri Rumah Tangga TR 450 VA s/d 2.200 VA 18. I-2 Industri Kecil TR 2.201 VA s/d 13,9 kVA 19. I-3 Industri Sedang TR 14 KVA s/d 200 kVA 20. I-4 Industri Menengah TM 201 KVA Ke Atas 21. I-5 Industri Besar TT 30.000 KVA Ke Atas 22. G-1 Gedung Pemerintahan

Kecil/Sedang TR 250 VA s/d 200 kVA

23. G-5 Gedung Pemerintahan Besar TM 201 KVA Ke Atas

24. J Penerangan Umum TR


(41)

28 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penulis terlebih dahulu mencari dasar teori yang berkaitan dengan 28opic tugas akhir dari buku-buku referensiyang dimiliki oleh penulis, perpustakaan, atau dari internet dan sumber referensi lainnya. Setelah dasar teori yang dibutuhkan terpenuhi, penulis melakukan studi lapangan dengan mengikuti pekerjaan Inspeksi dan Monitoring Penggunaan BebanPada PT.CCAI-Medan.

Dari data hasil ukur yang ditampilkan, digunakanlah besaran hasil ukurnya untuk menghitung dan menganalisis besarnya Penggunaan Beban Terpasang. Diagram tahapan penelitian pada tulisan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

MULAI

INPUT DATA: Kontrak Daya Billing Statement Beban Terpasang

Perencanaan:

Mengumpulkan literatur Studi kelayakan Peningkatan Daya

Mengumpulkan literatur Efesiensi Energi Menentukan tempat penelitian

Tentukan Beban Terpasang yang akan di Tingkatkan

(1730-4330 Kva)

Pengolahan Data Menggunakan Rumus

EFISIENSI ENERGI

OUTPUT: LAYAK

SELESAI YA

TIDAK


(42)

29

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Profil Perusahaan

PT Coca Cola Amatil Indonesia – Medan terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso km 14 Medan – Belawan, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan dan menempati areal seluas 48.700 M2.

PT. Coca Cola Amatil Indonesia – Medan adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang industri minuman yang mempunyai 3 line produksi minuman. Perusahaan ini menggunakan suplai daya PLN dan satu genset sebagai daya cadangan. Daya terpasang oleh PLN sebesar 1730 kVA dan tegangan nominal 20 kv dengan beban penerangan dan motor-motor. Trafo yang digunakan mempunyai kapasitas 630 kVA dengan jumlah trafo 3 buah dan kapasitas genset yang digunakan adalah 1500 kVA.

PT Coca Cola Amatil Indonesia – Medan menambah investasi US$ 30 juta (Rp 336,3 miliar) pada tahun 2013. Investasi ini ditanamkan dalam bentuk pembangunan jalur produksi baru dan pusat distribusi regional seluas 11 ribu meter persegi di Medan, Sumatera Utara.

Seiring dengan berkembang pesatnya perubahan tersebut, perusahaan ini melakukan penambahan line produksi baru dengan beban terpasang yang lebih besar. Untuk meningkatkan stabilitas sistem, maka diperlukan suatu sistem tenaga listrik yang handal dan mempunyai kontinuitas yang tinggi sehingga dapat melayani beban-beban listrik yang telah ada.

Untuk itu maka perusahaan melakukan penambahan daya yang terpasang oleh PLN dari 1730 kVA menjadi 4330 kVA dan melakukan pergantian kubikel


(43)

30 pada gardu beton serta pergantian trafo dengan kapasitas 3 x 630 kva menjadi 2 x 2500 kVA. Dalam hal ini juga perusahaan melakukan perubahan posisi tempat gardu beton pada posisi yang baru.

4.1.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan perwujudan dari hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama yang lain.

Struktur Organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi fungsional karena terdapat sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing karyawan, seperti fungsi produksi, keuangan, personalia,administrasi, dan lain-lain General Manager Secretary to GM General Sales Manager (GSM) Tech. Operations & Logistics Manager (TOM) Finance Manager (FM) Human Resources Manager (HRM) Business Services Manager (BSM)


(44)

31 4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan bergerak dalam bidang pembuatan minuman dalam kemasan Saat ini sudah memiliki beraneka jenis produk baik yang berkarbonasi maupun tidak. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan memiliki jumlah pekerja lebih kurang 1000 karyawan di wilayah Sumatera. Pabrik pembuatan produk Coca-Cola berada di daerah Martubung Belawan dan daerah pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera Utara dan D.I Aceh.

Dalam Pelaksanaanya, untuk memperlancar pendistribusian produk PT. Coca Cola Amatil Indonesia – Medan memiliki beberapa subdistributor yaitu Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Rantau Parapat, Kisaran, Padang Sidempuan, Sibolga, Balige, Indrapura, Langsa, Lhoksemawe, Banda Aceh dan Meulaboh.

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan sudah memiliki lebih dari 18000 retailer produk Coca-Cola. Hal ini membuat Produk Coca-Cola semakin mudah untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

4.1.3 Produk Yang Dihasilkan

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan saat ini telah memproduksi enam jenis minuman dengan berbagai ukuran dalam kemasan Botol Kaca (RGB) dan Plastik (PET) yaitu :

1. Coca-Cola : RGB 200 ml, 295 ml

PET 250 ml, 425 ml, 1000 ml, 1500 ml 2. Sprite : RGB 200 ml, 295 ml


(45)

32 PET 250 ml, 425 ml, 1000 ml, 1500 ml

3. Fanta : RGB 200 ml, 295 ml

PET 250 ml, 425 ml, 1000 ml, 1500 ml 4. Frestea : RGB 220 ml

PET 300 ml, 500 ml 5. MMPO : PET 350 ml

6. Ades : PET 600 ml

Berdasarkan cara pembuatannya minuman yang diproduksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan dikelompokan atas dua kelompok besar yaitu :

1. Minuman berkarbonasi : Coca-Cola, Sprite dan Fanta 2. Minuman non-Karbonasi : Frestea, MMPO dan Ades 4.1.4 Proses Produksi

Proses Produksi di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan Sebelumnya Mempunyai 3 Line Produksi dengan kapasitas produksi hingga 58.800 krat/Hari yaitu :

- Line I : Line RGB Hotfill memproduksi Frestea dengan kapasitas produksi 300 Botol/Menit.

- Line II : Line PET Coldfill Memproduksi Coca-cola, Sprite, dan Fanta dengan kapasitas produksi 80 Botol/Menit.

- Line III : Line RGB Coldfill memproduksi Coca-cola, Sprite dan Fanta dengan kapasitas produksi 600 Botol/Menit


(46)

33 Setelah Melakukan Penambahan Line dan Upgrade Produksi yang baru maka menjadi 4 Line Produksi dengan kapasitas produksi hingga 102.000 krat/Hari yaitu :

- Line I : Line RGB Hotfill memproduksi Frestea dengan kapasitas produksi 300 Botol/Menit.

- Line II : Line PET Coldfill Memproduksi Coca-cola, Sprite, Fanta dan Ades dengan kapasitas produksi 300 Botol/Menit.

- Line III : Line RGB Coldfill memproduksi Coca-cola, Sprite dan Fanta dengan kapasitas produksi 600 Botol/Menit

- Line IV : Line PET Hotfill memproduksi Frestea dan MMPO dengan kapasitas produksi 500 Botol/Menit

4.1.5 Jadwal Produksi

Tabel 4.1 Jadwal Produksi PT.CCAI - Medan

COCA-COLA AMATIL INDONESIA MEDAN Production Schedule Report – Agustus

Date Day Line Product Volume Type Start Time

01/08/2015 Saturday 1

2 Sprite 425 ml PET 9:07:20

3

4 Frestea

Apple 500 PET 15:07:17

02/08/2015 Sunday 1 2 3 4

03/08/2015 Monday 1

2 Sprite 425 PET 0:55:04

3 Sprite 200 RGB 15:16:21


(47)

34 04/08/2015 Tuesday

1

2 Coca-Cola 425 PET 15:59:24

3 Sprite 200 RGB 14:10:12

4

05/08/2015 Wednesday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 15:29:59 2

3 Sprite 295 RGB 8:47:48

4 MMPO 350 PET 5:36:03

06/08/2015 Thursday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 14:12:03 2 Fanta

Strawberry 425 PET 6:03:08 3

4

07/08/2015 Friday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 11:04:25 2 3 4 08/08/2015 Saturday 1 2 3 4 09/08/2015 Sunday 1

2 Sprite 425 PET 3:00:31

3

4 Frestea Green

Tea 500 PET 10:52:44

10/08/2015 Monday

1

2 Sprite 425 PET 6:19:28

3 Sprite 295 RGB 12:50:40

4 Frestea Green

Honey 500 PET 9:53:50

11/08/2015 Tuesday

1

2 Sprite 425 PET 16:07:25

3 Sprite 200 RGB 7:36:14


(48)

35 12/08/2015 Wednesday

1

2 Sprite 1000 PET 3:28:25

Coca-Cola 1000 PET 22:20:30 3 Fanta

Strawberry 200 RGB 15:54:36 4 Frestea Apple 500 PET 8:43:17

13/08/2015 Thursday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 18:01:14 2 Fanta

Strawberry 1000 PET 13:42:27 3

4 MMPO 350 PET 18:44:41

14/08/2015 Friday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 18:10:58 2 Fanta

Strawberry 425 PET 4:14:59 3

4

15/08/2015 Saturday

1

2 Fanta

Strawberry 425 PET 18:19:38 3

4

16/08/2015 Sunday

1

2 Sprite 425 PET 17:12:51

3 4 17/08/2015 Monday 1 2 3 4 18/08/2015 Tuesday 1

2 Sprite 425 PET 10:43:38

3 Sprite 295 RGB 14:07:01


(49)

36 19/08/2015 Wednesday

1 2

3 Sprite 200 RGB 11:36:09

4

20/08/2015 Thursday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 22:05:08

2 Sprite 425 PET 10:46:31

Sprite 425 PET 16:57:06

3

Fanta

Strawberry 200 RGB 10:21:59 Fanta

Strawberry 295 RGB 10:37:15 4 Frestea Apple 500 PET 1:56:42

21/08/2015 Friday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 16:11:27

2 Coca-Cola 425 PET 6:09:51

3 4 22/08/2015 Saturday 1 2 3 4 23/08/2015 Sunday 1 2 Fanta

Strawberry 425 PET 20:36:15 3

4

24/08/2015 Monday

1 2

3 Sprite 295 RGB 13:05:38

Sprite 200 RGB 22:02:55

4

25/08/2015 Tuesday

1

2 Fanta

Strawberry 425 PET 22:44:19 3


(50)

37 Tea 26/08/2015 Wednesday 1 2 3

Coca-Cola 200 RGB 5:34:43

Coca-Cola 295 RGB 12:19:01

Fanta

Strawberry 295 RGB 15:47:01 4 Frestea Markisa 500 PET 21:33:52

27/08/2015 Thursday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 18:07:54

2 Sprite 425 PET 12:50:25

3 Fanta

Strawberry 200 RGB 0:21:08 4

28/08/2015 Friday

1 Frestea Jasmine 220 RGB 12:00:54 2

3

4 Frestea Apple 500 PET 2:03:12

29/08/2015 Saturday

1

2 Sprite 425 PET 4:55:30

3

4 Frestea Green

Honey 500 PET 6:00:49

30/08/2015 Sunday

1

2 Sprite 1000 PET 1:11:07

3

4 Frestea Jasmine 500 PET 11:35:24

31/08/2015 Monday

1 2

3 Sprite 295 RGB 13:47:47


(51)

38 4.1.6 Biaya Produksi

Biaya ini adalah biaya yang tidak secara langsung dibebankan kepada suatu hasil produksi tertentu yang sulit diidentifikasi secara langsung kepada produksi yang dihasilkan. Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan biaya tidak langsung dibagi atas biaya tidak langsung yang bersifat tetap dan biaya tidak lansung yang bersifat variabel. Adapun rincian biaya tersebut adalah :

1. Indirect Personal Expense (IPE) terdiri dari : a. Labour, terdiri dari

- Ordinary : merupakan upah pokok yang melakukan penggajian secara bulanan

- Overtime : merupakan lembur atau jumlah tambahan yang diberikan kepada karyawan untuk jam kerja yang melebihi batas tertentu.

- Others : merupakan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan tenaga kerja langsung.

b. Depreciation

Biaya penyusutan yang diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan untuk bangunan dan mesin dengan tarif 5% dan 10% setiap tahunnnya.

c. Repair and Maintenance

2. Variabel Material Expense (VME), terdiri dari : a. Utilities, terdiri dari

- Electricity - Water - Fuel


(52)

39 b. Chemical, berupa Propylene Glycol, CaCl2, NaOCl, H2SO4, 97%, Alkohol

96%, Causatic Soda Flakes.

4.1.7 Perhitungan Harga Produksi Per Unit

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Medan diperoleh informasi bahwa produk coca-cola size 425 ml yang diproduksi adalah dinyatakan dengan satuan unit per cases, dimana 1 unit per cases adalah 24 botol.

Dari data tersebut maka akan dibahas mengenai unsur-unsur harga pokok produksi dalam kegiatan produksi Coca-Cola PET.

Satu unit Concentrate menghasilkan 2000 liter Sirup, maka untuk menghasilkan 1 unit per cases Coca-Cola size 425 ml dibutuhkan bahan :

- Concentrate : 0,0051 Unit

- Sugar : 1,0969 Kg

- CO2 : 0,0816 Kg

Dari data di atas maka biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh PT. Coca-cola Amatil Indoesia – Medan untuk memproduksi 1 unit per case Coca-Cola size 425 ml adalah :

1. IPE

a. Labour : Rp 1.430

- Ordinary : Rp 550 - Overtime : Rp 80 - Others : Rp 800

b. Deprecitation : Rp 2.499


(53)

40 2. VME

a. Utilities : Rp 816

- Electricity : Rp 449

- Water : Rp 16

- Fuel : Rp 351

b. Chemicals : Rp 439

3. Raw Material

- Concentrate : Rp 9.675

- Sugar : Rp 7.678

- CO2 : Rp 214

- Closure : Rp 7.200

- Preform : Rp 15.600

- Plastic Wrap : Rp 500

- Label : Rp 3.720

- Glue : Rp 2.400


(54)

41 4.1.8 Perhitungan Harga Jual per Case

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat dihitung harga jual 1 unit per case coca-cola size 425 ml dapat dihitung sebagai berikut :

Harga pokok produksi awal : Rp 56.420

Mark-up : Rp 33.080

Harga pokok produksi akhir : Rp 89.500

Komisi Outlet : Rp 18.500

Harga yang disarankan : Rp 108.000

Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui harga jual yang disarankan PT. Coca-cola Amatil Indonesia – Medan untuk 1 unit Coca-cola size 425 ml adalah sebesar Rp. 4.500


(55)

42

4.2

Instalasi Pada 1730 kVA ( Existing )

4.2.1 General Layout


(56)

43 4.2.2 Diagram Satu Garis Kubikel

Pada bagian ini terpasang daya dengan kapasitas 1730 kVA dengan tiga buah transformator masing-masing 630 kva pada lokasi gardu beton yang lama.


(57)

44 4.2.3 Blok Diagram Kubikel


(58)

45 4.2.4 Diagram Satu Garis Elektrikal


(59)

46 4.2.5 Beban

Berikut adalah data Beban pada daya pemakaian 1730 kVA : Tabel 4.2 Data Beban pada daya pemakaian 1730 kVA

No Equipment Phase

Power

KW kVA

1 Line 1

2 Filler 3 5 6,25

3 Conveyor 3 5 6,25

4 Washer 3 10 12,5

5 Uncaser 3 1,5 1,875

6 Case Packer 3 2,5 3,125

7 Lighting 3 7,5 9,375

8 Line 2

9 Warmer 3 8,5 10,625

10 Intermix 3 7,6 9,5

11 Bottle Conveyor 3 2,3 2,875

12 Air Conveyor 3 12,5 15,625

13 Filler 3 5 6,25

14 Capper 3 1 1,25

15 Rinser 3 2 2,5

16 Labeller 3 2 2,5

17 Carton Sealer 3 1 1,25

18 Vacum Lifter 3 2 2,5

19 Blower 3 7,5 9,375

20 Carton Erector 3 1 1,25

21 Case Packer 3 1 1,25

22 Vibrator Crowner 3 1,5 1,875

23 Lighting 3 6 7,5

24 Line 3

25 Washer 3 12 15

26 Filler 3 3 3,75

27 Bottle Conveyor 3 20 25

28 Case Conveyor 3 14 17,5

29 Paramix 3 14 17,5

30 Palletizer 3 4 5

31 Crate Washer 3 5 6,25

32 Case Packer 3 2,3 2,875


(60)

47

34 Lighting 3 7,5 9,375

35 Utility

36 Mycom Line 3 3 70 87,5

37 Workshop 3 20 25

38 Boiler 1 3 13 16,25

39 Air Compressor Burton 3 60 75

40 Engine Room 3 5 6,25

41 Glycol Pump 3 30 37,5

42 Emergency Lighting 3 2,5 3,125

43 WTP Line 1 3 30 37,5

44 Compressor Atlas Copco & Sullair 3 47 58,75

45 Pump Got 3 3,5 4,375

46 Boiler 2 3 15 18,75

47 Mycom PET 3 77 96,25

48 WTP 3 20 25

49 Main Office 3 10 12,5

50 Lighting Villa 3 15 18,75

51 MGO Blower 3 11 13,75

52 Marketing Office 3 45 56,25

53 WWTP - 1 3 10 12,5

54 Cooling Tower 1 & 2 3 45 56,25

55 WWTP - 2 3 120 150

56 Uniplast 3 120 150

57 Extract Line 2 3 50 62,5

58 Telkomsel 3 1 1,25

59 Hydrant Pump 3 40 50

Total KW 1036,2


(61)

48 4.3 Instalasi Pada 4330 kVA ( Upgrade )

4.3.1 General Layout


(62)

49 4.3.2 Diagram Satu Garis Kubikel 4330 kVA

Pada bagian ini terpasang daya dengan kapasitas 4330 kVA dengan dua buah transformator masing-masing 2500 kVA pada lokasi trafo yang baru.

5.3.2 6.3.2 7.3.2 8.3.2 9.3.2 10.3.2 11.3.2 12.3.2 13.3.2 14.3.2 15.3.2 16.3.2 17.3.2 18.3.2 19.3.2 20.3.2 21.3.2 22.3.2 23.3.2


(63)

50 4.3.3 Blok Diagram Kubikel


(64)

51 4.3.4 Diagram Satu Garis Elektrikal


(65)

52 4.3.5 Beban Terpasang

Berikut adalah data Beban pada daya pemakaian 4330kVA : Tabel 4.3 Data Beban pada daya pemakaian 4330 kVA

No Equipment Phase

Power

KW kVA

1 Line 1

2 Filler 3 5 6,25

3 Conveyor 3 5 6,25

4 Washer 3 10 12,5

5 Uncaser 3 1,5 1,875

6 Case Packer 3 2,5 3,125

7 Lighting 3 7,5 9,375

8 Line 3

9 Washer 3 12 15

10 Filler 3 3 3,75

11 Bottle Conveyor 3 20 25

12 Case Conveyor 3 14 17,5

13 Paramix 3 14 17,5

14 Palletizer 3 4 5

15 Crate Washer 3 5 6,25

16 Case Packer 3 2,3 2,875

17 Uncaser 3 2 2,5

18 Lighting 3 7,5 9,375

19 Upgrade Line 2

20 Preform Feeder 3 176 220

Blowing

21 Tempering unit 3 24 30

22 Tempering unit floor 3 24 30

23 Pre-heater mould 3 68 85

24 Cooling system 3 25,6 32

25

Filler

3 28 35

Checkmat 1 Checkmat 2 Clean room

26 Ozoniser 3 8 10

27 Bottle Conveyor 3 16 20

28 Conveyor lubrication 3 1,6 2

29 Network technology 3 1,6 2


(66)

53

31 Mixer 3 32,4 40,5

32 CIP 3 11,2 14

33 Paletizer 3 18 22,5

34 Packer 3 29,6 37

35 Pack Conveyor 3 16 20

36 Cap Sealer 3 16 20

37 Heater 3 4 5

38 Labeler 3 20 25

39 Preform Conveyor 3 8 10

40 Bottle Coder 3 0,16 0,2

41 Carton Coder 3 0,16 0,2

42 Blower1 3 1,6 2

43 Blower2 3 1,6 2

44 UPS 1 3 12 15

45 Lighting 3 14,4 18

46 New Line 4

47 Preform Feeder 3 205,6 257

Blowing 3

48 Cooling system 3 25,6 32

49 Tempering unit 3 112 140

50

Filler 3

28 35

Checkmat1 3

Checkmat2 3

Clean room 3

51 Heater 3 20 25

52 Paletizer 3 22,4 28

53 Mixer 3 48,8 61

54

Sleeve Labeller 3

16 20

Checkmat3 3

Heating tunnel 3

55 Blower 1.1 3 12,4 15,5

56 Blower 1.2 3 12,4 15,5

57 Blower 2 3 12,4 15,5

58 UHT Slurry 3 32,8 41

59 Bottle Conveyor 3 24 30


(67)

54

61 Pack Conveyor 3 6,8 8,5

62 Closure Conveyor 3 6 7,5

63 Predosing 3 4 5

64 UHT 3 16 20

65 Bottle Coder 3 0,16 0,2

66 Carton Coder 3 0,16 0,2

67 UPS 2 3 12 15

68 Lighting 3 17,6 22

69 Utility

70 HP COMPRESSOR 1 AF Include

CT 3 550 687,5

71 NEW NH 3 COMPRESSOR 3 480 600

72 LP COMP No 1 GA90 3 90 112,5

73 LP COMP No 2 GA90 3 90 112,5

74 FIRE PUMP 3 75 93,75

75 Warehouse 3 45 56,25

76 Workshop 3 20 25

77 Hydrant Pump 3 40 50

78 Process 3 80 112

79 Chiller & Cooling Tower 3 60 75

80 HVAC 3 40 50

81 Boiler 1 3 13 16,25

82 Boiler 2 3 15 18,75

83 WTP 3 20 25

84 WTP Line 1 3 30 37,5

85 WWTP – 1 3 10 12,5

86 WWTP – 2 3 120 150

87 Compressor Atlas Copco &

Sullair 3 47 58,75

88 Cooling Tower 1 3 20 25

89 Main Office 3 10 12,5

90 Lighting Villa 3 15 18,75

91 Emergency Lighting 3 2,5 3,125

92 Telkomsel 3 1 1,25

Total KW 3189,44


(68)

55 4.4 Tarif Listrik Untuk Industri

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2010 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT PLN (Persero) tertanggal 30 Juni 2010, serta Keputusan Permen Nomor 7 melakukan kenaikan perubahan tarif listrik dan juga memberlakukan perubahan biaya beban yakni diterapkan rekening minimum dengan rumus :

40 (jam nyala) x daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian

Tarif dasar listrik untuk keperluan industri sesuai ketetapan dari PLN pada tahun 2003

No Gol Tarif Batas Daya Reguler Pra Bayar (Rp/Kwh Biaya Beban (Rp/ kVA /bulan)

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)dan Biaya kVArh(Rp/kVArh)

1. I-1/TR 450 VA 26.000 Blok I : 0 s.d 30 kWh : 160

Blok II : di atas 30 kWh : 395 - 2. I-1/TR 900 VA 31.500 Blok I : 0 s.d 72 kWh : 315

Blok II : di atas 72 kWh : 405 - 3. I-1/TR 1300 VA 31.800 Blok I : 0 s.d 104 kWh : 450

Blok II : di atas 104 kWh : 460 - 4. I-1/TR 2.200 VA 32.000 Blok I : 0 s.d 196 kWh : 455

Blok II : di atas 196 kWh : 460 -

5. I-1/TR

2.200 VA s.d 14

kVA

32.200 Blok I : 0 s.d 80 jam nyala : 455

Blok II : di atas 80 jam nyala : 460 -

6. I-2/TR

di atas14 Kva s.d 200 kVA

32.500 Blok WBP = K x 440


(69)

56 7. I-3/TM Di atas

200 kVA 29.500

0 s/d 350 jam nyala Blok WBP = K x 439 Di atas 350 jam nyala, Blok WBP = 439 Blok LWBP = 439

-

8. I-4/TT

30.000 kVA ke

atas

27.000 434 -

Tabel 4.4 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri (Berlaku 31 Desember 2003)

Tarif dasar listrik untuk keperluan industri sesuai ketetapan dari PLN pada tahun 2011

No Gol

Tarif Batas Daya

Reguler Pra Bayar (Rp/Kwh Biaya Beban (Rp/kVA/bulan) Biaya Pemakaian (Rp/kWh)dan Biaya kVArh(Rp/kVArh)

1. I-1/TR 450 VA 26.000

Blok I : 0 s.d 30 kWh : 160 Blok II : di atas 30

kWh : 395

485

2. I-1/TR 900 VA 31.500

Blok I : 0 s.d 72 kWh : 315 Blok II : di atas 72

kWh : 405

600

3. I-1/TR 1300 VA *) 765 765

4. I-1/TR 2.200 VA *) 790 790

5. I-1/TR 3500 VA s.d

14 kVA *) 915 915

6. I-2/TR di atas14

Kva s.d 200 **)

Blok WBP = K x


(70)

57

kVA Blok LWBP = 800

kVArh = 875****)

7. I-3/TM Di atas 200

kVA **)

Blok WBP = K x 680 Blok LWBP = 680

kVArh = 735****)

-

8. I-4/TT 30.000 kVA

ke atas ***)

Blok WBP dan LWBP = 605 kVArh =

605****)

-

Tabel 4.5 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri (Berlaku 7 Februari 2011)

Tarif dasar listrik untuk keperluan industri sesuai ketetapan dari PLN pada tahun 2013

No Gol Tarif Batas Daya Reguler Pra Bayar (Rp/Kwh Biaya Beban (Rp/kVA/bulan) Biaya Pemakaian (Rp/kWh)dan Biaya kVArh(Rp/kVArh)

1. I-1/TR 450 VA 26.000

Blok I : 0 s.d 30 kWh : 160

Blok II : di atas 30 kWh : 395

485

2. I-1/TR 900 VA 31.500

Blok I : 0 s.d 72 kWh : 315

Blok II : di atas 72 kWh : 405

600

3. I-1/TR 1300 VA *) 803 803

4. I-1/TR 2.200 VA *) 830 830


(71)

58 s.d 14

kVA

6. I-2/TR

di atas14 Kva s.d 200 kVA

**)

Blok WBP = K x 840 Blok LWBP = 840 kVArh = 914****)

-

7. I-3/TM

Di atas

200 kVA **)

Blok WBP = K x 704 Blok LWBP = 704 kVArh = 757****)

-

8. I-4/TT

30.000 kVA ke

atas

***)

Blok WBP dan LWBP = 629

kVArh = 629****)

-

Tabel 4.6 Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Industri (Berlaku 1 Januari 2013 s.d 31 Maret 2013)

Catatan :

*) Diterapkan Rekening Minimum (RM) :

RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya Tersambung (Kva) x Biaya Pemakaian **) Diterapkan Rekening Minimum (RM) :

RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya Tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP

***) Diterapkan Rekening Minimum (RM) :

RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya Tersambung (kVA)x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP

Jam Nyala : kWh per bulan dibagi dengan Kva tersambung

****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).


(72)

59 K Faktor perbandingan pemakaian saat Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)

dengan pemakaian Waktu Beban Puncak (WBP), di mana saat ini K= 1,5

WBP Waktu Beban Puncak LWBP Luar Waktu Beban Puncak

Daftar Istilah yang dipakai dalam Invoice :

1. Stand meter akhir adalah stand meter yang dibaca pada saat sekarang 2. Stand meter lalu adalah stand meter yang dibaca pada bulan yang lalu 3. Selisih adalah selisih stand meter akhir – stand meter lalu

4. Waktu Beban Puncak (WBP) adalah waktu jam 18.00 s/d jam 22.00 waktu setempat

5. Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) adalah waktu jam 22.00 s/d 18.00 hari berikutnya

6. Batas Energi Max LWBP adalah batas energi max LWBP rata-rata selama 6 bulan

7. Batas Energi Max WBP adalah 50% rata-rata WBP selama 6 bulan 8. Faktor K adalah perbandingan harga Kwh WBP dengan Kwh LWBP 9. Faktor Kali adalah Rasio CT x Rasio VT

10. Daya Tersambung adalah besarnya daya yang disepakati oleh PLN dan pelanggan dalam perjanjian jual – beli Tenaga Listrik

11. Batas Daya Max (kVA) adalah 50% x Daya Tersambung

12. Jam Nyala adalah pemakaian kWH per bulan dibagi dengan kVA tersambung


(73)

60 13. Kilo Watt hour (kWh) adalah satuan daya nyata

14. Kilo Volt Ampere – reactive hour (kVArh) adalah satuan untuk daya reactive

4.5 Perhitungan Tarif Industri Pada Tegangan Menengah Dengan daya di atas 200 kVA (I-3/TM) :

��ℎ����= (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

��ℎ��� = (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

���������= ��ℎ������������ℎ

�������� =��ℎ�������������ℎ

����,��������������+��� = ���������+�������� Dimana :��������������+��� = ��������

��� = 3% ���������

Dimana PPJ = Pajak Penerangan Jalan

Maka, �����ℎ����ℎ�� ����������� = ��������+���+������� Untuk persentase beban terpasang terhadap daya terpasang,

% ����= ��������������


(74)

61 Perhitungan Efisiensi Running Load :

A. LWBP (Luar Waktu Beban Puncak)

��������ℎ =20 ��ℎ������� 30 ℎ���

��������ℎ = ��������Ɵ���ℎ

Dimana :

%����������� = ��������ℎ

������������� �100%

%����������� = ��������ℎ

�������������� �100%

B. WBP (Waktu Beban Puncak)

�������ℎ =4 �����ℎ 30 ���ℎ���

�������ℎ = �������Ɵ���ℎ Dimana :

%���������� = �������ℎ

������������� �100%

%����������� = �������ℎ


(75)

62 4.5.1 Informasi Tagihan Listrik September 2012 Pada 1730 kVA

Tabel 4.7 Billing Informasi Tagihan Listrik PT CCAI-Medan September 2012


(76)

63 Tabel 4.8 Grafik Tagihan Listrik PT CCAI-Medan Januari – Desember 2012

272000 345000

295000 286000

305000 334000

311000 368000

410000

384000 405000

390000

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000

E

n

e

rg

i

Penggunaan Daya PT.CCA Tahun 2012


(77)

64 4.5.2 Perhitungan Tagihan Listrik September 2012 Pada 1730 kVA

Pada Daya Existing (Daya Lama) Dimana Diketahui :

Daya Terpasang : 1730 kVA

��� ∝ : 0.85 Faktor Kali : 2000 K : 1.5

Tarif Dasar Listrik : Rp 680,-/kWh Perhitungan kWh dan Biaya LWBP :

��ℎ����= (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

��ℎ����= (256−86)� (2000)

��ℎ����= 170 � 2000

��ℎ����= 340000

���������=��ℎ������������ℎ

���������= 340000 � 680

���������=�� 231.200.000,−

Perhitungan kWh dan Biaya WBP :

��ℎ���= (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

��ℎ���= (50−15)� (2000)

��ℎ��� = 35 � 2000

��ℎ��� = 70000


(78)

65

�������� = 70000 � 1.5 � 680

�������� =�� 71.400.000,−

��������������+��� =���������+�������� ��������������+��� = �� 231.200.000 +�� 71.400.000

��������������+��� = �� 302.600.000,−

Dimana ��������������+��� = ��������

��� = 3% ���������

���= 3% ��� 302.600.000

���= �� 9.078.000,−

Dimana PPJ = Pajak Penerangan Jalan

*�����ℎ����ℎ�� ����������� = ��������+���+�������

�����ℎ����ℎ�� ����������� = �� 302.600.000 +�� 9.078.000 +�� 6000


(79)

66 4.5.3 Perhitungan Efisiensi Energi Tagihan Listrik September 2012 Pada

1730 kVA Dimana Diketahui :

Daya Terpasang : 1730 kVA Beban Terpasang : 1295,25 kVA

** % ����=��������� ������������������ �100%

% ����= 1295,25

1730 �100%

% ����= 74,87 %

*** Perhitungan Efisiensi Running Load A. LWBP

��������ℎ��� =20 ��ℎ������� 30 ℎ���

��������ℎ��� =

340000 20 � 30

��������ℎ��� = 566,67 ��

��������ℎ = �����������Ɵ

��������ℎ =

566,67 0.85


(80)

67

��������ℎ = 666,67 ��� %����������� = ��������ℎ

������������� �100%

%����������� = 666,67

1730 �100%

%����������� = 38,535 %

%����������� = ��������ℎ

�������������� �100%

%����������� = 666,67

1295,25�100%

%����������� = 51,470 % B. WBP

�������ℎ��� =4 �����ℎ 30 ���ℎ���

�������ℎ��� =

70000 4 � 30

�������ℎ��� = 583,33 ��

�������ℎ = �������Ɵ���ℎ

�������ℎ =

583,33 0,85


(81)

68 %���������� = �������ℎ

������������� �100%

%���������� = 686,27

1730 �100%

%���������� = 39,66 %

%����������� = �������ℎ

�������������� �100%

%����������� = 686,27

1295,25�100%


(82)

69 4.5.4 Informasi Tagihan Listrik Februari 2013 Pada 4330 kVA


(83)

70 Tabel 4.10 Grafik Tagihan Listrik PT CCAI-Medan Januari - Desember 2013

852000 1104000

725000 1045000

875000 1065000

775000665000

645000 900000

800000 765000

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000

E

n

e

rg

i

Penggunaan Daya PT.CCA Tahun 2013


(84)

71 4.5.5 Perhitungan Tagihan Listrik Februari 2013 Pada 4330 kVA

Pada Daya Upgrade (Daya Baru) Dimana Diketahui :

Daya Terpasang : 4330 kVA

��� ∝ : 0.85 Faktor Kali : 6000 K : 1.5

Tarif Dasar Listrik : Rp 704,-/kWh Perhitungan kWh dan Biaya LWBP :

��ℎ����= (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

��ℎ����= (871−718)� (6000)

��ℎ����= 153 � 6000

��ℎ����= 918000

���������=��ℎ������������ℎ

���������= 918000 � 704

���������=�� 646.272.000,−

Perhitungan kWh dan Biaya WBP :

��ℎ���= (�������ℎ�� − ���������)� (�������)

��ℎ���= (143−112)� (6000)

��ℎ��� = 31 � 6000

��ℎ��� = 186000


(85)

72

�������� = 186000 � 1.5 � 704

�������� =�� 196.416.000,−

��������������+��� =���������+�������� ��������������+��� = �� 646.272.000 +�� 196.416.000

��������������+��� = �� 842.688.000,−

Dimana ��������������+��� = ��������

��� = 3% ���������

���= 3% ��� 842.688.000

���= �� 25.280.640,−

Dimana PPJ = Pajak Penerangan Jalan

*�����ℎ����ℎ�� ����������� = ��������+���+�������

�����ℎ����ℎ�� �����������

= �� 842.688.000 +�� 25.280.640 +�� 6000


(86)

73 4.5.6 Perhitungan Efisiensi Energi Tagihan Listrik Februari 2013 Pada 4330

kVA

Dimana Diketahui :

Daya Terpasang : 4330 kVA Beban Terpasang : 3987 kVA

** % ����=��������� ������������������ �100%

% ����= 3987

4330�100%

% ����= 92,07 %

*** Perhitungan Efisiensi Running Load A. LWBP

��������ℎ��� =20 ��ℎ������� 30 ℎ���

��������ℎ��� =

918000 20 � 30

��������ℎ��� = 1530 ��

��������ℎ = �����������Ɵ

��������ℎ = 1530

0,85


(87)

74 %����������� = ��������ℎ

������������� �100%

%����������� = 1800

4330�100%

%����������� = 41,57 %

%����������� = ��������ℎ

�������������� �100%

%����������� = 1800

3987 �100%

%����������� = 45,14 %

B. WBP

�������ℎ��� =4 �����ℎ 30 ���ℎ���

�������ℎ��� =1860004 30

�������ℎ��� = 1550 ��

�������ℎ = ����������Ɵ

�������ℎ = 1550

0,85


(1)

81 • Keadaan II :

Kondisi real dilapangan pada beban maksimum, dimana : Maka Diketahui :

beban = 3200 kVA Daya Terpasang = 4330 kVA ���∅ = 0,85

�= �������� ���������������� �= 3200 ���

4330 ��� �= 0,73

�= ����������������������Ɵ

( ����������������������Ɵ ) + ( ���������������� − �������� )

� = 0,73 � 4330 � 0,85

( 0,92 � 4330 �0,85 ) + ( 4330−3200 ) � 100

� = 2686,76

( 2686,76) + ( 1130 ) � 100 � = 2723,57

3816,76 � 100 � = 71,35 %


(2)

82 4.6.4 Perhitungan Efisiensi Energi Terhadap Pemakaian kwh Tertinggi Pada

4330 kVA Dimana Diketahui :

Daya Terpasang : 4330 kVA

Dengan Mengangap Beroperasi selama 24 jam 30 Hari,

��ℎ���= 4330 ����∅�ℎ�������

��ℎ��� = 4330 � 0.85 � 24 � 30

��ℎ��� = 2.649.960

Maka : 4330 kVA = 2.649.960 kWh

Berdasarkan Tagihan Listrik Februari 2013 Energi yang dipakai : Total kWh = 1.104.000 kWh = 1.803 kVA

Dari data tersebut didapat efesiensi energi terpakai adalah : %�������������� = �������ℎ��������

��ℎ������� �100% %�������������� = 1.104.000

2.649.960 �100% %�������������� = 41.66 %

�������������������= ��ℎ������� − �������ℎ�������� �������������������= 2.649.960 − 1.104.000

�������������������= 1.545.960 ��ℎ Maka : 1.545.960 kWh = 2.256 kVA

%�������������������= ��ℎ������� − �������ℎ��������

��ℎ������� �100%

%�������������������= 2.649.960−1.104.000


(3)

83 %�������������������= 1.545.960

2.649.960 �100%


(4)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Pada daya 1730 kVA menggunakan 3 buah transformator yang terdiri masing-masing 630 kVA, total keseluruhan beban yang digunakan yaitu 1295 kVA serta penggunaan konsumsi beban tertinggi yaitu 410.000 kWh pada bulan september 2012

2. Pada daya 4330 kVA menggunakan 2 buah transformator yang terdiri masing-masing 2500 kVA, total keseluruhan beban yang digunakan yaitu 3987 kVA serta penggunaan konsumsi beban tertinggi yaitu 1.104.000 kWh pada bulan Februari 2013

3. Penggunaan Beban Maksimum setelah peningkatan daya dari 1730 menjadi 4330 kVA mencapai 3200 kVA dalam per hari dari 3987 kVA beban terpasang dan efisiensi energi penggunaan perhari mencapai sebesar 71,35 % 4. Apabila daya 3987 kVA seluruhnya digunakan maka total energi yang

terpakai adalah sebesar 90,8 % dan Total penggunaan energi yang digunakan perhari sebesar 71,35 % dari kontrak daya 4330 kVA

5. Dengan Melaksanakan Pemanfaatan Peningkatan Daya Listrik, Diharapkan Setiap Industri Melakukan Audit Energi untuk meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Menurunkan Biaya Produksi.


(5)

85 5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankanbeberapa hal berikut ini :

1. Perlu dilakukan kajian audit energi pada seluruh peralatan-peralatan listrik yang existing untuk mengetahui besar efisiensi daya yang digunakan yang sebenarnya.

2. Perlu dilakukan perhitunpgan besar beban-beban yang akan digunakan sesuai kebutuhan peningkatan daya.


(6)

86 DAFTAR PUSTAKA

[1] Suhadi dan Tri Wrahatnolo, Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008

[2] Darmadi, Ir.Agus, ”Studi Kelayakan Proyek Pusat Listrik”, Jakarta: MKI dan Listrik Indonesia, Januari 2013.

[3] SNI-03-6196-2000, Prosedur audit energi pada bagunan gedung, 2000 [4] Marpaung, Ir. Parlindungan, “Melakukan Audit Energi Di Industri”

[5] Evelyta, Kusumawardhani, “Audit Energi ”,2014, [online]. Tersedia:

22

September 2014].

[6] Yudi, Kusmursaf, “Memahami tagihan biaya listrik”,2005, [online]. Tersedia:

[7] Peraturan Menteri No. 104 Tahun 2003 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh Perusahaan Persereoan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Jakarta 2003

[8] Peraturan Menteri No. 8 Tahun 2011 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh Perusahaan Persereoan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Jakarta 2011

[9] Peraturan Menteri No. 30 Tahun 2012 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh Perusahaan Persereoan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Jakarta 2012