Struktur Tarip Manajemen Energi

15 dan efisien.Untuk dapat melaksanakan Manajemen Sisi Permintaan maka dilakukan pengaturan tarip.

2.4.5 Struktur Tarip

Tarip merupakan instrument terpenting dalam pelaksanaan Manajemen Sisi Permintaan. Karena hanya dengan adanya pengaturan tarip yang berbeda maka akan dapat mengubah perilaku konsumen sehingga dapat mengikuti scenario yang disiapkan. Yang pada gilirannya perilaku konsumen tersebut dapat menimbulkan efisiensi sehingga menambah profit atau keuntungan. Namun disamping berfungsi sebagai instrument utama untuk mengarahkan perilaku konsumen agar timbul efisiensi perusahaan dan meningkatkan laba, tarip juga sering dipakai sebagai instrument pemerataan.Yaitu dengan mekanisme subsidi silang sehingga masyarakat yang tergolong pada kelas ekonomi lemah terbantu dengan membayar tarip yang murah masyarakat yang lebih mampu. Berikut adalah beberapa pola struktur tarip yang umum diterapkan perusahaan listrik kepada konsumennya : a. Tarip Dua-Bagian Pada struktur tarip ini, konsumen membayar tarip yang dibagi atas 2 bagian.Bagian pertama adalah biaya tetap, sedangkan yang kedua merupakan perkalian antara jumlah pemakaian listrik kWh dengan harga listrik per kWh yang tetap.Struktur tarip seperti ini biasanya dirancang agar harga yang dibayarkan konsumen mendekati harga atau biaya produksi.Yaitu ada biaya langsung dan biaya tidak langsung. b. Tarip Menurun sesuai Pemakaian 16 Pada struktur tarip ini harga yang dibayar konsumen akan turun per kWh nya jika pemakaian mencapai jumlah tertentu.Struktur tarip ini akan mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi karena dengan naiknya konsumsi maka biaya pemakaian listrik per kWh turun. c. Tarip Meningkat sesuai Pemakaian. Pada struktur tarip ini, tarip per kWh akan meningkat jika pemakaian listrik meningkat. Contoh : - Tarip tetap = Rp 100.000,- per bulan - Pemakaian per kWh : ฀ Rp 700,- per kWh sampai 1.000 kWh ฀ Rp 1.000,- per kWh untuk pemakaian di atas 1.000 kWh Struktur tarip ini biasa dipakai sebagai instrument social atau untuk melakukan subsidi silang.Untuk konsumen yang pemakaiannya kecil taripnya lebih kecil, sedangkan konsumen besar beban tarip meningkat.Namun dari sisi efisiensi ekonomi, pemberian subsidi silang dengan mekanisme tarip ini dapat memberikan distorsi dalam peningkatan perekonomian, sehingga harus dilakukan secara terukur untuk mencapai hasil yang optimal. d. Tarip Luar Waktu Beban Puncak. Tarip yang berbeda antara waktu beban puncak dengan di luar waktu beban puncak merupakan prinsip utama dalam manajemen sisi permintaan. Dengan 17 adanya tarip yang berbeda tersebut pola pemakaian listrik konsumen dapat diatur sesuai pola yang akan meningkatkan efisiensi pasokan listrik. e. Struktur Tarip Lain. Disamping beberapa struktur tarip di atas, masih terdapat lagi beberapa variasi tarip yang bertujuan untuk mengatur perilaku konsumen sehingga efisiensi pembangkit listrik dapat meningkat. Diantara jenis-jenia struktur taip lainnya adalah sebagai berikut : - Tarip penghematan , dengan memberi discount bagi konsumen yang tidak mengkonsumsi listrik pada waktu tertentu. - Tarip pengaturan , dengan cara member discount untuk pemakaian sesuai pola yang ditentukan. - Tarip kogenerasi , untuk konsumen yang pada waktu tertentu menjual kelebihan daya listriknya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen sisi permintaan merupakan metode pengaturan dari perusahaan listrik untuk mengarahkan pola penggunaan listrik oleh konsumen sehingga sesuai pola yang akan meningkatkan efisiensi produksi tenaga listrik. Selain sebagai alat untuk mengatur pola penggunaan listrik dari konsumen, tarip juga berfungsi social, dengan mekanisme subsidi silang sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mampu dengan tarip listrik per kWh yang lebih murah.Namun pemberian subsidi silang dengan mekanisme tarip tersebut harus dilakukan secara terukur agar tidak menambah inefisiensi pada penyediaan tenaga listrik.

2.4.6 Paradigma Pengelolaan Energi