Kecacatan fisik dan ketidakmampuan dalam diri untuk mengubah hidupnya agar lebih baik.
b. Faktor Sosial
Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usai, gender,
etnis, yang menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang
biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Jumiah:
“bengen masih enom sih isun dagang, lah kiyen wis tua bli kuat misale dagang nok dadine jejaluk bae misale lagi
rame.” dulu masih muda sih saya jualan, lah sekarang sudah tua
tidak kuat misalnya jualan nok jadinya minta-minta saja misalnya sedang ramai wawancara dengan Ibu Jumiah pada
tanggal 30 Maret 2013 Ketidakmampuan seseorang dalam bekerja disebabkan
karena tidak mempunyai keterampilan, dan memiliki keterampilan tetapi dia tidak mau bekerja keras. Hasil wawancara dengan Ibu
Herlina menunjukkan hal demikian, berikut ini merupakan hasil wawancara dengan Ibu Herlina:
“pengemis mungkin memiliki keterampilan, mungkin tidak, mungkin dia benar-benar tidak memiliki keterampilan, tapi
mungkin punya keterampilan, hanya faktor malas” wawancara dengan Ibu Herlina pada tanggal 26 Maret 2013
Setiap individu mempunyai keterampilan yang berbeda-beda.
Keterampilan bisa timbul karena suatu kegemaran dan kemudian dikembangkan yang pada akhirnya mendapat uang dari
kegemarannya. Lain halnya individu yang tidak mau mengembangkan keterampilannya, sehingga keterampilan yang dimilikinya akan hilang
dan tidak mendapatkan apa-apa. Hal tersebut dapat diperkuat oleh pernyataan Ratna Dewi:
“pengemis punya keterampilan mungkin, kan setiap pengemis memiliki keterampilan, tapi biasanya orang itu
nggak sadar kalau pintar menjahit, dia itu bakatnya nggak diketahui, jadi ya alternatifnya meminta-
minta” wawancara dengan Ratna Dewi pada tanggal 27 Maret 2013
Gambar 3. Pengemis lanjut usia Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada umumnya pengemis tidak memiliki keterampilan, tetapi bukan berarti individu tersebut akan menjadi pengemis selama
hidupnya. Sebagaimana diungkapkan Bapak H. Abdul Kholil selaku informan di bawah ini, yaitu:
“ada pekerjaan lebih layak, mereka bisa jadi pemulung. Kelihatan nista tapi lebih mulia daripada pengemis dan
pemulung itu kerja sehari dapat upah Rp 30.000,00 per hari.” wawancara dengan Pak H. Abdul Kholil pada tanggal 24
Maret 2013 Hal di atas selaras dengan apa yang diungkapkan Bapak H.
Abdul Kholil, berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Aan Purwaningsih:
“pengemis itu tidak ada yang memiliki keterampilan, keterampilannya rata-rata pedagang, kadang-kadang asongan,
kalo sepi ya ikut-ikut mengemis. Lebih baik dagang ya dari
hati nurani, ya daripada mengemis.” Wawancara dengan Ibu Aan Purwaningsih pada tanggal 26 Maret 2013
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
mengenai faktor sosial dalam diri pengemis didukung oleh kondisi sosial dan ekonomi di lingkungannya. Seorang individu yang
sebelumnya mencari uang dengan bekerja tetapi lambat laun bertambahnya usia raga sudah tidak mampu bekerja lebih keras, serta
bertempat tinggal di kawasan ziarah akan lebih mudah mencari uang dengan mengemis karena banyak pengunjung dan peziarah yang
datang.
c. Faktor Kultural