S. Harahap dalam bukunya berjudul Peranggaran Perencanaan Lengkap untuk Membantu Manajemen ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan
anggaran dapat dilakukan dengan cara otoriter dan demokrasi.
14
Metode otoriter adalah dimana anggaran ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit top down dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan IFRS tanpa
keterlibatan apoteker dalam penyusunannya. Metode demokrasi adalah anggaran disusun oleh apoteker botton up dan kemudian diusulkan kepada pimpinan rumah
sakit. Biasanya metode ini digunakan jika apoteker sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang
lama dan berlarut.
14
Selain kedua metode di atas ada metode yang disesuaikan dengan keputusan MenKes RI No.1197MENKESSKX2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit bahwa kepala IFRS harus terlibat dalam penentuan anggaran alokasi dana, yang disebut metode kombinasi. Pimpinan rumah sakit memberi pengarahan kepada
apoteker dan IFRS selanjutnya menjabarkan dan melaksanakannya.
7, 14
2.6 Input manajemen obat
Input dalam manajemen obat adalah suatu landasan perangkat manajemen obat yaitu visi, misi, struktur organisasi IFRS, ketenagaan IFRS, prosedur operasional
baku IFRS dan fasilitas.
2.6.1 Visi dan misi
Visi adalah suatu impian yang dikehendaki menjadi kenyataan pada suatu waktu tertentu. Visi rumah sakit adalah dasar bagi semua aspek dari rencana strategis
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit.
6
Misi adalah penjabaran bagaimana cara untuk mencapai visi. Penjabaran misi pada IFRS harus secara jelas menunjukkan lingkup dan arah kegiatan
IFRS serta sejauh mungkin harus menyediakan suatu model untuk pembuatan keputusan disemua tingkat dalam IFRS.
6
2.6.2 Struktur organisasi dan ketenagaan IFRS
Sesuai dengan keputusan MenKes RI No.1197MENKESSKX2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa organisasi IFRS dipimpin oleh seorang
apoteker dan harus memiliki suatu struktur organisasi yang jelas dan dibuat dalam suatu bagan yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang serta tanggung
jawab.
6,7,15
Secara umum struktur organisasi IFRS terdiri atas pimpinan, administrasi,
penelitian, pelayanan penderita rawat inap, penderita rawat jalan, informasi obat, pengadaan perbekalan obat dan bagian perbekalan.
7,16
2.6.3 Prosedur Operasional Baku POB
Prosedur Operasional Baku POB adalah prosedur yang terdokumentasi yang digunakan IFRS sebagai standar pelayanan.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya
.
POB harus selalu mutakhir mengikuti perkembangan pelayanan dan kebijakan rumah sakit.
6,7
POB biasanya mencakup maksud dari suatu kegiatan, lingkup suatu kegiatan, tanggung jawab yang
harus dilakukan dan oleh siapa, prosedur yang harus dilakukan, bahan, alat, dokumen apa yang harus digunakan dan dokumentasi.
6
2.6.4 Fasilitas
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas adalah sarana dan prasarana penunjang bagi kelancaran terlaksananya kegiatan farmasi rumah sakit. Sesuai keputusan MenKes RI
No.1197MENKESSKX2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, fasilitas yang harus tersedia di IFRS adalah ruang pendistribusian, ruang peracikan, ruangan
yang cukup untuk kegiatan farmasi dan sistem pembuangan limbah yang baik, terutama penyimpanan obat baik yang bersifat adiktif maupun yang bersifat khusus
lainnya.
7,16
2.7 Mekanisme pengelolaan obat