kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut adalah telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan penjualan dengan perkataan lain
telah terdaftar, telah diakreditasi dan mempunyai reputasi yang baik.
6
2.4 Pengawasancontroling
Pengawasan pada manajemen obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tidak terjadi kelebihan dan kekurangankekosongan obat.
11
Pegawasan persediaan obat dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat,
yaitu jumlah setiap jenis obat. Untuk melakukan pengawasan persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok,
sedangkan untuk mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat.
11
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau setahun sekali. Semakin sering pemeriksaan dilakukan, semakin kecil kemungkinan terjadi
perbedaan antara fisik obat dan kartu stok.
11
Pengawasan juga dilakukan dalam penggunaan obat yang meliputi presentase penggunaan antibiotik, penggunaan
injeksi, rerata jumlah resep, penggunaan obat generik dan presentase kesesuaian
dengan pedoman.
11
2.5 Penganggaranbudgeting
Penganggaran pada manajemen obat merupakan perencanaan alokasi dana yang telah disepakati oleh para pelaksana yang ikut berperan serta dalam penyusunan
anggaran. Anggaran menjadi dasar bagi rumah sakit untuk mencapai tujuan. Menurut
Universitas Sumatera Utara
S. Harahap dalam bukunya berjudul Peranggaran Perencanaan Lengkap untuk Membantu Manajemen ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan
anggaran dapat dilakukan dengan cara otoriter dan demokrasi.
14
Metode otoriter adalah dimana anggaran ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit top down dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan IFRS tanpa
keterlibatan apoteker dalam penyusunannya. Metode demokrasi adalah anggaran disusun oleh apoteker botton up dan kemudian diusulkan kepada pimpinan rumah
sakit. Biasanya metode ini digunakan jika apoteker sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang
lama dan berlarut.
14
Selain kedua metode di atas ada metode yang disesuaikan dengan keputusan MenKes RI No.1197MENKESSKX2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit bahwa kepala IFRS harus terlibat dalam penentuan anggaran alokasi dana, yang disebut metode kombinasi. Pimpinan rumah sakit memberi pengarahan kepada
apoteker dan IFRS selanjutnya menjabarkan dan melaksanakannya.
7, 14
2.6 Input manajemen obat