Pengembangan model berbasis teori Penyusunan Pathdiagram Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran Pemilihan m atriks i nput dan t eknik e stimasi atas m odel yan g dibangun

32 ditemukan nilai residual yang dihasilkan oleh model cukup besar ≥ ± 2,58, maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah alur baru terhadap model yang diestimasi. Nilai residual lebih besar atau sama dengan ± 2,58 diintepretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5 dan residual yang signifikan.

3.5.2. Pengujian Model

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teorities yang kuat. Setelah itu model tersebut divalidasi secara empirik melalui komputasi program SEM. Oleh karena itu dalam pengembangan model teorities, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teorities yang dikembangkannya. Dengan perkataan lai, tanpa dasar teorities yang kuat, SEM tidak dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena SEM tidak digunakan untuk menghasilkansebuah model melainkan untuk mengkorfimasi model teorities tersbut, melalui data empirik.

2. Penyusunan Pathdiagram

Setelah model berbasis teori dikembangkan pada langkah pertama, model itu akan disajikan dalam sebuah pathdiagram untuk dapat diestimasi dengan menggunakan program AMOS 6.0.

3. Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran

Setelah teori atau model teorities dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri dari: a. Persamaan Struktural Struktural Equation. Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. b. Persamaan spesifikasi model pengukuran Measuement Model. Pada spesifikasi itu peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana, serta menentukan variabel serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel.

4. Pemilihan m atriks i nput dan t eknik e stimasi atas m odel yan g dibangun

Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, selanjutnya dipilih jenis input kovarians atau korelasi. Bila yang diuji adalah hubungan 33 kausalitas maka disarankan input yang digunakan adalah kovarians. Hair dkk,1995. Matriks kovarians digunakan karena ia memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda, hal mana tidak dapat disajikan dalam korelasi. Teknik estimasi yang dipakai peneliti yang tersedia dalam AMOS 6.0 adalah Maximum Likelihood Estimation ML yang telah menjadi default dari program ini. Estimasi akan dilakukan secara bertahap yaitu: Teknik Confirmatory Factor Analysis Teknik ini ditujukan untuk mengestimasi measurement model menguji undimensionalitas dari konstruk-konstruk eksogen dan konstruk- kontruk endogen. Disebut sebagai teknik analisis faktor konfimatori, sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu:

1. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit Test