Fungsi kolon dan rektum

6. Rektum Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 23 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 13 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal anal canal adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani eksternal dan internal serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian distalnya rektum.Vili usus tidak dijumpai pada usus ini.Kelenjar usus yang berukuran panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin.Di dalam lamina propria, banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang sering kali menyebar sampai ke dalam submukosa.Banyaknya jaringan limfoid ini berkaitan dengan banyaknya bakteri di dalam usus besar.Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal luarnya mengelompok dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli.Pada kolon bagian intraperitoneal, lapisan tunika serosa ditandai dengan tonjolan kecil yang terdiri atas jaringan lemak, yaitu apendiks epiploika.Di daerah anus, membran mukosa membentuk sederetan lipatan memanjang, yaitu kolumna rektalis Morgagni. Junqueira, 2007

2.2. Fungsi kolon dan rektum

Fungsi utama dari kolon adalah menyerap air dan elektrolit dari kimus menjadi bentuk padat feses dan menyimpan feses sampai bisa dieksresikan.Sekitar 1500 ml kimus biasanya melewati katub iliosaekal menuju usus besar setiap hari. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan air dan elektrolit dalam kimus ini diserap di dalam kolon, biasanya hanya meninggalkan sekitar 100ml dari cairan yang akan dieksresikan ke dalam feses. Pada pokoknya semua ion diserap dan hanya meninggalkan 1 hingga 5 miliequivalen setiap ion sodium dan klorida di dalam feses.Kebanyakan penyerapan di usus besar terjadi di pertengahan proksimal dari kolon, sehingga dapat disebut juga kolon penyerapan absorbing colon. Guyton, 2006 Di dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim- enzim pencernaan.Namun, bakteri kolon melakukan pencernaan terhadap sebagian selulosa dan menggunakannya untuk kepentingan metabolisme mereka sendiri.Kontraksi haustra secara lambat mengaduk-aduk isi kolon maju mundur untuk dapat menyelesaikan penyerapan sisa cairan dan elektrolit.Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan terjadi peningkatan nyata mortalitas.Terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asenden dan transversum, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontaksi-kontraksi massif yang diberi nama gerakan massa mass movement ini, mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat isi tersebut di simpan sampai terjadi defekasi. Sewaktu gerakan masa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rektum dan memicu refleks defekasi. Refleks ini disebabkan oleh sfingter anus internus yang terdiri dari otot polos untuk melemes dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat.Apabila sfingter ani eksternus yang terdiri dari otot rangka juga melemas terjadi defekasi.Karena otot rangka sfingter ani eksternus berada dibawah kontrol kesadaran.Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.Jika keadaan tidak memungkinkan defekasi, defekasi dapat dicegah dengan penguatan sfingter anus eksternus secara segaja walaupun terjadi refleks defekasi.Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus alkalis yang fungsinya adalah untuk melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis. Sherwood, 2001 Universitas Sumatera Utara

2.3. Kanker Kolorektal