pesanberita yang dibaca oleh pembaca. Makna selalu potensial mempunyai banyak arti polisemi. Makna lebih tepat dipahami bukan
sebagai suatu transmisi penyebaran dari pembuat berita ke pembaca. Ia lebihtepat dipahami sebagai sebagai suatu praktik penandaan. Karenanya, setiap
orang bisa mempunyai pemaknaan yang berbeda atas teks yang sama. Kalau saja ada makna yang dominan atau tunggal, itu bukan berarti
makna terdapat dalam teks, tetapi begitulah praktek penandaan yang terjadi. Sebuah foto yang sebetulnya dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan stop kekerasan dan seksual, bisa jadi dimaknai pembaca sebagai menyebarkan pronografi. Sebuah lelucon bisa dimaknai
dan ditafsirkan oleh pembaca sebagai sebuah penghinaan. Semua pemaknaan ini mungkin sekali terjadi. Pembaca yang mempunyai posisi
berbeda bisa membaca teks dengan cara yang berbeda pula dengan pembaca lain. Kalau terjadi perbedaan semacam ini, bukanlah berarti tersebut
buruk.
2.1.4. Ideologi Media
Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideologi
ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa saja yang dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan
sumber dari satu pihak, dan memasukan opininya pada suatu berita. Dapat
dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkankekuatan dan kelompok masyarakat secara apa adanya tetapi
kelompok dan ideology yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya Eriyanto,2005:90
Pada kenyataannya berita di media massa tidak pernah netral dan obyektif. Jika kita lihat bahasa jurnalisitik yang digunakan mediapun selalu
dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemilihan media pada salah satu kelompok atau
ideologi tertentu. Bahasa ternyata tidak pernah lepas dari subyektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan mengetahui bahasa apa yang
digunakan dalam berita. Pada saat itu juga kita menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.
2.1.5 Hierarchy of Influence
Media pada dasarnyaadalah cerminan dan refleksi dari masyarakat secara umum.Karena itu, media bukanlah saluran yang bebas, media juga
subyek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bahasa dan pemihaknya. Didalam suatu pemberitaan, pembaca kerap berharap ,media
bertindak netral dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang berkonflik. Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi
informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang
melingkupi intitusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal ini :
Gambar “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese
1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik
pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional. 2.
Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
termasuk tenggat waktu deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat space, kepercayaan reporter pada sumber-sumber
resmi dalam berita yang dihasilkan. Tingkat Ideologis
Tingkat Ekstramedia Tingkat Organisasi
Tingkat Rutinitas media
Tingkat individual
3. Pengaruh operasional. Salah satu tujuan ynag penting dari media adalah
mencari keuntungan materil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.
4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari
kelompok kepentingan terhadap isi media. Pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan dibidang pers.
5. Pengaruh ideologi. Ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling
menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang
mempersatukan didalam masyarakat Sobur,2004:138-139 Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan
memilih fakta tertentu yang ditonjolkan daripada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol
daripada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.Artinya ideologi wartawan dan media yang
bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media merupakan inti instrument ideologi yang tidak
dipandang sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas
penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak Eriyanto,2005:92
2.1.6 Produksi Berita