Produksi Berita Landasan Teori 1. Surat Kabar SebagaiKontrol Sosial

2.1.6 Produksi Berita

Berita merupakan rekonstruksi dari sebuah fakta sosial yang diceritakan sebagai wacana fakta media. Berita juga merupakan isi dari surat kabar yang pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari seorang pembuat berita, yang mana memiliki klarifikasi berdasarkan muatannya. Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks yang menyortir memilah-milah dan menentukan peristiwa dan tera-tera tertentu dalam satu kategori tertentu Eriyanto,2005:102 Kategori tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian.Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini actual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. Muda,2003:22 Tahap paling awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan mempersepsi peristiwa atau fakta yang akan diliput. Tahap ini melibatkan konsepsi wartawan yang menentukan batasan – batasan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak.Peristiwa, dalam lapangan jurnalistik, bukanlah realitas yang nyata.Ia adalah fenomena interpretasi yang melibatkan aktivitas kompleks. Peristiwa adalah bagian dimana seseorang mendefinisikan sesuatu dan menyatakan bahwa ini adalah kenyataan Eriyanto, 2002:102. Individu dan sesama jurnalis mempunyai pandangan yang sama sehingga ia bias menentukan mana peristiwa dan mana yang tidak bisa dianggap sebagai peristiwa. Oleh karena itu, berita melalui proses produksi berikut ini merupakan peristiwa yang telah ditentukan sebagai berita, bukan peristiwa itu sendiri. Rutinitas Organisasi. Ada banyak factor mengapa peristiwa tertentu diberitakan sementara yang lainnya tidak. Lebih banyak semua proses seleksi dan sortir itu terjadi dalam suatu rutinitas kerja keredaksionalan, suatu bentuk rutinitas organisasi. Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja yang dijalankan setiap harinya sebagai bagian untuk mengefektifkan organisasi media mengkategorisasikan peristiwa dalam kategori atau bidang tertentu. Wartawan dibagi dalam beberapa departemen, dari ekonomi sampai olahraga supaya mereka meghasilkan laporan yang berhubungan dengan bidangnya tersebut.Wartawan juga diklasifikasikan sebagai koresponden daerah dan nasional, dan seterusnya.Praktek organisasi semacam ini yang semula dimaksudkan sebagai pembagian kerja, efektivitas dan pelimpahan wewenang, akhirnya berubah menjadi bentuk seleksi tersendiri. Nilai berita.Seperti kerja profesional lainnya, wartawan dan orang yang bekerja di organisasi media juga memiliki batasan professional untuk menilai kualitas pekerjaan mereka. Peristiwa yang akan disajikan oleh wartawan harus memenuhi nilai berita news values untuk dianggap sebagai berita. Nilai - nilai berita bukan hanya menentukan peristiwa apa saja yang diberitakan, melainkan juga bagaimana peristiwa itu dikemas. Hanya peristiwa yang memiliki aturan – aturan tertentu saja yang layak dan bias disebut sebagai berita. Ini adalah prosedur pertama dari bagaimana peristiwa dikonstruksi Eriyanto,2002:104. Sebuah peristiwa yang mempunyai unsur nilai berita paling banyak dan paling tinggi lebih memungkinkan untuk ditempatkan dalam headine, sedangkan berita yang tidak memiliki unsur nilai berita atau nilai beritanya tidak tinggi akan dibuang. Jadi nilai berita itu bukan hanya menjadi ukuran dan standart kerja, melainkan juga telah menjadi ideologi dari kerja wartawan. Berhubungan dengan orientasi media dengan khalayak, Soemaker dan Reese mengungkapkan bahwa nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak Eriyanto, 2006:105.Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut : Muda, 2003:29-39 a. Timeliness, berarti waktu yang tepat, artinya memilih berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oelh masyarakat atau pembaca. b. Proximity, artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian,ras, profesi,kepercayaan, kebudayaan, maupun kegiatan terkait yang lainnya. c. Prominence,artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan menjadi bahan yang menarik pula d. Consequence,artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundang-undangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik. e. Conflict konflik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Disisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan. f. Development pembangunan, merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. g. Weather cuaca di Indonesia atau di Negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu. h. Sport, berita olahraga sudah lama daya tariknya i. Human interest, kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. Nilai berita tersebut merupakan produk dari konstruksi social.Ia menentukan apa yang layak dan apa yang tidak layak disebut berita. Nilai berita membatasi peristiwa mana yang layak disebut berita dan mana yang tidak. Kategori Berita.Selai nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum, menurut Tuchman, wartawan memakai lima kategori berita :Hard news, soft news, spot news, developing news, continuing news Eriyanto, 2002:109 : 1. Hard News : kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu sehingga sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Ukuran keberhasilannya adalah seberapa cepat berita ini disampaikan. Peristiwa yang masuk dalam kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan sidang paripurna, penyidikan oleh KPK, bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan bencana alam, kerusuhan. 2. Soft News Feature : kategori ini berhubungan dengan kisah manusiawi human interest. Soft news tidak dibatasi waktu dan aktualitas. Ia bisa diberitakan kapan saja, karena ukurannya bukan kecepatan penyampaian berita melainkan apakah informasi yang disajikan menyentuh emosi khalayak. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang menarik, seperti harimau langka yang melahirkan atau orang buta yang menyelesaikan studi strata tiga. 3. Spot News ; spot news merupakan bagian dari hard news. Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan, misalnya bencana alam dan tindak criminal. 4. Developing News ; developing news juga merupakan bagian dari hard news. Ia juga memberitakan peristiwa yang tidak direncanakan. Namun developing news merupakan berita lanjutan dari berita sebelumnya yang telah ditambahi elemen – elemen lain. Misalnya berita pertama menceritakan kecelakaan bus yang menewaskan 23 penumpang di Tuban, kemudian dilanjutkan oleh berita selanjutnya yang mencantumkan daftar nama – nama korban, dan seterusnya. 5. Continuing News : Continuing News juga bagian dari Hard News. Ia memberitakan peristiwa mana yang direncanakan. Satu peristiwa bisa terjadi kompleks dan tidak terduga tapi mengarah pada satu tema tertentu. Misalnya peristiwa Sidang Istimewa. Kategori berita tersebut diatas dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subyek peristiwa yang menjadi berita. Wartawan memakai kategori berita untuk menggambarkan peristiwa yang akan digunakan sebagai berita. Berdasarkan kategori tersebut, wartawan kemudian menentukan apa yang harus dilakukan, persiapan yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan menangkap peristiwa tersebut. Setiap kategori tersebut menentukan control kerja. Ideologi ProfesionalObjektivitas. Standart professional berhubungan dengan jaminan yang ditekankan kepada khalayak bahwa apa saja yang disajikan adalah suatu kebenaran. Objektivitas dalam proses produksi berita secara umum digambarkan sebagai tidak mencampur adukkan antara fakta dan opini. Berita adalah fakta dan karenanya dalam proses pencarian berita dan penulisan berita sama sekali tidak boleh terdapat opini. Upaya memisahkan fakta dan opini ini biasanya dijabarkan dengan beberapa prosedur.Pertama dengan melakukan reportase baik lewat pengamatan maupun dengan wawancara.Seringkali pengamatan itu ditekankan dengan kata – kata, seperti langsung dari lapangan. Sedangkan wawancara dengan sumber berita diberi tanda kutip untuk menekankan bahwa apa saja yang tersaji adalah yang tergambar di lapangan, bukan rekaan dari wartawan. Kedua, pendapat antara satu sumber dikontraskan dengan sumber lain. Ini seringkali dikatakan sebagai liputan dua sisi cover both sides. Wartawan mewawancarai sumber yang saling bersebrangan untuk menekankan bahwa berita ini tidak memiliki satu sisi. Perangkat seperti objektivitas ini adalah ideology yang dipercaya wartawan, bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya untuk mencapai kebenaran. Setelah seluruh prosedur dilakukan bisa jadi tetap tidak ada kebenaran yang pasti. Hal ini seperti kerja dokter yang telah melakukan seluruh prosedur namun tidak ada jaminan diagnose yang dokter katakana benar adanya. Tuchman menyebut prosedur ini sebagai “ritual” karena ia di rekonstruksi untuk dipercaya dan harus dilakukan oleh wartawan ketika ia menulis berita. Serangkaian prosedur harus dilakukan wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai obyektif Eriyanto,2002:111 Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktekkan dalam produksi berita oleh wartawan.Tuchman menyebutkan ada empat strategi dasar.Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul.kedua, menampilkan fakta – fakta pendukung. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat.Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu.Format yang paling umum adalah piramida terbalik, dimana informasi yang penting disajikan lebih dulu. Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggungjawaban kepada khalayak.Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis framing, peneliti harus menjauh dari terminology seperti bias atau distorsi. Dengan prktek objektivitas seperti yang disebut sebelumnya, media hendak menyatakan bahwa peristiwanya memang benar – benar terjadi.

2.1.7 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN PEMBERITAAN TENTANG KENAIKKAN HARGA BBM Analisis Framing Pada Headline Berita Harian Kompas dan Jawa Pos Edisi 28 September - 1 Oktober 2005

0 7 2

Pemberitaan Media Tentang Angelina Sondakh sebagai Tersangka Kasus Korupsi Wisma Atlet (Analisis Framing pada Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 4 Februari -28 April 2012)

0 5 25

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMBINGKAIAN BERITA RENCANA KONSER LADY GAGA DI JAKARTA (Analisis Framing Pemberitaan Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta pada Harian Jawa Pos dan Harian Surya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012).

0 0 105

PANDANGAN HARIAN JAWA POS TERHADAP RENCANA KENAIKAN HARGA BBM (Analisis Wacana Rencana Kenaikan Harga BBM Pada Kolom Opini Jati Diri Harian Jawa Pos Periode Maret - April 2012).

0 1 16

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 2 25

PEMBINGKAIAN BERITA RENCANA KONSER LADY GAGA DI JAKARTA (Analisis Framing Pemberitaan Rencana Konser Lady Gaga di Jakarta pada Harian Jawa Pos dan Harian Surya Edisi 22 Mei – 28 Mei 2012)

0 0 25

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 0 25

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KENAIKAN HARGA BAWANG PUTIH (Studi Analisis Framing Berita Tentang Kenaikan Harga Bawang Putih Pada Jawa Pos dan Kompas Edisi 11 – 15 Maret 2013)

0 0 21