Pengertian Manajemen Konflik Cara Manajemen Konflik

d. Ditempati Doa Lingkungan Menurut Huub Boelaars 2005 salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan kring stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja e. Memaksakan Agama Anak Menurut Amsal Bakhtiar 2007 bahwa tidak dibolehkannya melakukan pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang kebebasannya.

5. Pengertian Manajemen Konflik

Manajemen konflik menurut Lazarus 1985 kemampuan problem coping sebagai suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami baik secara ancaman atau sutu tantangan yang menyakitkan. Sedangkan Menurut Chaplin,2004 merupakan suatu tingkah laku dimana indivudu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Dan menurut Coynek 1981 menyatakan bahwa kemampuan problem coping merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan dan internal, serta mengelola konflik yang mempengaruhi individu melampaui kapasitas individu. Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan problem coping merupakan aktivitas- aktivitas spesifik berupa respon yang dilakukan oleh individu dalam bentuk kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu tersebut, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman yang ditumbuhkan oleh masalah internal maupun eksternal dan menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan negatif, mempertahankan keseimbangan emosi, serta meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Kemampuan manajemen konflik juga banyak didukung oleh karakteristik-karakteristik seperti keterbukaan akan pendapat, hubungan yang hangat, serta kebiasaan untuk tidak memecahkan masalah secara sepihak.

6. Cara Manajemen Konflik

Cara Manajemen Konflik menurut Gottman dan Korkoff Mardianto, 2000 menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua cara manajemen konflik, yaitu : a. Manajemen konflik dimana suatu kondisi ataupun konflik yang menghasilkan efek negatife kepada seseorang, menimbulkan kerugian bagi individu atau individu-individu yang terlibat di dalamnya. Sifat yang sering muncul pada seorang yang destruktif yaitu mudah menyerah, perasaan tegang stres yang tidak perlu atau yang mencekam, komunikasi yang menyusut. Cara yang biasa digunakan dalam manajemen konflik meliputi: 1 Menyerah terjadi bila salah satu pihak menyerahkan kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik. 2 Menarik Diri ialah ketika seseorang berada di situasi tertentu yang kadang- kadang situasi tersebut sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan menggunakan mekanisme pertahan diri. 3 Menguasai merupakan perilaku yang asertif dan tidak kooperatif yang terwujud dari adanya unsur persaingan antar individu. Dalam model kompetitif, individu cenderung agresif, memaksakan kehendak dan berusaha untuk menang tanpa ada keinginan untuk menyesuaikan tujuan dan keinginannya dengan orang lain. Individu saling melawan dengan memperlihatkan keunggulan masing-masing. 2. Manajemen konflik positive problem solving karena dalam upaya menyelesaikan konflik tersebut kelangsungan hubungan antara pihak- pihak yang berkonflik masih terjaga dan masih berinteraksi secara harmonis, sehingga adanya saling membangun, membina, dan memperbaiki. Cara yang biasa digunakan dalam manajemen konflik meliputi: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Kompromi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Manajemen konflik ini lebih bersifat mengontrol dan tidak menyerang lawan dalam proses penyelesaian konflik tetapi lebih-lebih dengan cara yang bersifat perdamaian tanpa menyerang lawan yang berkonflik. 2 Menarik diri, pada manajemen konflik ini penyelesaian konflik, pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang terjadi. 3 Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah. 4 Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. 5 Collaboration kerjasama menghadapi merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi individu, dan memiliki tingkat keasertifan ketegasan sehingga memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. 6 Accommodation akomodasi merupakan sikap cenderung mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. B. Hakikat Pernikahan Beda Agama 1. Pengertian Pernikahan Pernikahan adalah upacara resmi yang menandakan bahwa seorang pria dan seorang wanita mulai menjadi suami istri yang sah menurut hukum, dihadapan negara, dan dihadapan umat beragama. Upacara dapat dilakukan secara sederhana, asal memuat acara paling inti, atau secara meriah dan lengkap, dengan memuat berbagai acara-acara tambahan yang sebenarnya tidak mempengaruhi sah atau tidak sahnya perkawinan itu Hadiwardoyo, DR., AL, 1990. Menurut Rusli dan R. Tama mengemukakan, bahwa dari pengertian pernikahan yang dirumuskan dalam pasal 1 UU No 1 Tahun 1974, pernikahan beda agama ialah ikatan lahir dan ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita yang karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan pernikahan sesuai dengan hukum agamanya masing- masing Rusli dan Tama, 1986: 17. Menurut Bachtiar 2004 defenisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi. Adapun tujuan dalam pernikahan ialah untuk mempertahankan kebahagiaan lahir dan batin, yang diliputi rasa kasih sayang hingga pada akhirnya terpisah dengan kematian. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai spiritual dan material. Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan dengan tujuan yang sama untuk membangun pernikahan. 2.Pengertian Beda Agama Secara terminologi definisi agama atau beda agama menurut Departemen Agama Khotimah, 2006 adalah jalan hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa berpedoman kitab suci dan dipimpin oleh seorang nabi. Sedangkan menurut Mukti Ali Khotimah, 2006 mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusanNya untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 3. Pengertian Pernikahan Beda Agama Pernikahan beda agama ialah suatu pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pernikahan antara seorang pria muslim dengan seorang wanita Protestan dan sebaliknya. Prawirohamidjojo ,S., 1988: 39. Pernikahan beda agama adalah penyatuan dua pola pikir dan cara hidup yang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam pernikahan banyak menimbulkan permasalahan dalam pernikahan beda agama, adaptasi sangat perlu dilakukan, karena pada saat pria dan wanita yang berbeda agama menikah, tentunya masing-masing membawa nilai budaya, sikap, gaya penyesuaian dan keyakinan kepernikahan tersebut Rusli R Tama, 1986. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ada beberapa cara yang ditempuh oleh mereka yang akan melakukan perkawinan beda agama, salah satu dari pasangan mengikuti keyakinan agama pasangannya dan menikah menurut agama dari pasangannya tersebut. Ada dua bentuk perpindahan keyakinan agama yang dilakukan pasangan untuk dapat melangsungkan pernikahan dengan pasangannya, yaitu; a. Pertama, perpindahan agama hanya berupa persyaratan agar pernikahannya dapat dilangsungkan dan dicatatkan secara resmi, namun kemudian setelah perkawinan tersebut berlangsung yang bersangkutan kembali kepada keyakinan agamanya semula dan tetap menjalankan aturan agamanya. Kasus perkawinan beda agama dengan cara seperti ini banyak terjadi yang menyebabkan timbulnya gangguan terhadap kehidupan rumah tangga dan keluarga di kemudian hari. b. Kedua, yang betul-betul secara tulus melakukan peralihan keyakinan agamanya dan menjalankan ajarannya untuk seterusnya dalam kehidupan perkawinan dan keluarga mereka. Untuk pasangan yang melakukan pilihan kedua ini, mungkin tidak akan terlalu ada masalah dalam menjalankan kehidupan perkawinan dan keluarga, terutama yang terkait dengan urusan agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pernikahan beda agama ialah seorang pria dan wanita yang secara kepercayaan atau agama yang berbeda namun menjalin suatu ikatan batin yang di wujudkan dalam sebuah pernikah tanpa berpindah agama dari salah satu pasangan tersebut. Penyatuan dua pola pikir dan cara hidup yang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam pernikahan.

C. Manajemen Konflik dalam Pernikahan Beda Agama