Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang mendeskripsikan mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan dan yang ditentukan oleh peneliti. Pada bab ini juga dipaparkan identifikasi masalah, batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk suatu keluarga atau rumah tangga . Membentuk suatu keluarga tentunya memerlukan suatu komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut, dengan memiliki tujuan dalam pernikahan yang bertekat membangun keluarga bahagia. Hal serupa ternyata diharapkan oleh mereka yang melangsungkan pernikahan beda agama. Kenyataan dalam kehidupan masyarakat bahwa perkawinan berbeda agama itu terjadi sebagai realitas yang tidak dipungkiri. Pernikahan beda agama cukup menarik perhatian masyarakat di negara ini, meskipun pernikahan ini dianggap berbeda dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya, namun pada kenyataanya fenomena pernikahan beda agama masih dijumpai. Pada kenyataannya setiap agama tentunya menghendaki pernikahan atas dasar kesamaan iman yang dimiliki pasangan yang akan menikah. Peristiwa pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah perbedaan yang cukup kompleks. Permasalahan pernikahan beda agama dalam hukum Islam, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI senantiasa dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh para penganutnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kandungan kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, pernikahan beda agama dalam Islam menjadi sesuatu yang tak pernah selesai diperdebatkan sebagai bentuk pelarangan terhadap pernikahan beda agama, sedangkan bagi umat Katolik pernikahan beda agama adalah salah satu halangan yang membuat tujuan pernikahan tidak dapat diwujudkan. Apabila pernikahan beda agama ini masih dilaksanakan harus terlebih dahulu meminta izin atau dispensasi kepada Uskup setempat. Pernikahan ini tidak ada keharusan bagi umat yang bukan Katolik untuk ikut menjadi Katolik, tetapi ia harus menerima prinsip-prinsip, sifat, dan tujuan pernikahan menurut agama Katolik. Hal ini tidak menyurutkan tekad bagi mereka yang menikah beda agama memiliki tujuan dalam pernikahannya agar hidup bahagia tanpa harus meninggalkan keyakinan mereka dan tetap taat kepada agama yang dianutnya beribadah. Di Indonesia, pernikahan beda agama bisa dilakukan bila salah satu pasangan yang akan melaksanakan pernikahan beda agama terlebih dahulu melakukan perpindahan agama sehingga kedua pasangan memiliki kesamaa agama. Di sisi lain, pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan UUD 1945, sebagai konstitusi dasar pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya kebebasan beragama bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali. Ketika akan meresmikan pernikahan beda agama mengalami kendala yang membuat meraka merasa tidak terlindungi oleh hukum yang ada. Namun nyatanya bagi sebagian yang melangsungkan pernikahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI beda agama bisa menikah di Indonesia tanpa beralih agama hanya untuk dipandang sah di mata negara. Kasus mengenai perkawinan, yaitu bagaimana jika calon yang akan menikah tersebut berbeda agama, sampai sekarang pemerintah belum memberikan hukum yang secara tegas dalam menyikapi hal tersebut. Dalam realitas kehidupan di masyarakat, terdapat beberapa perkawinan yang tidak seagama. Data pada tahun 2011 terdapat kasus pernikahan beda agama yang berjumlah 229 pasangan. Sedangkan perkawinan beda agama dari tahun 2004-2012 terdapat 1.109 pasangan yaitu dari urutan terbesar Islam-Katolik. Konflik dalam pernikahan kerap kali terjadi, dan banyak konflik atau masalah yang ada mengakibatkan rusaknya komunikasi, kehilangan tujuan bersama dalam pernikahan sampai kepada masalah seksual. Hal ini tentunya mengarah pada penurunan kualitas hubungan dalam pernikahan itu sendiri. Masalah-masalah lain yang mungkin timbul adalah masalah keuangan, anak-anak, sampai kepada masalah dengan keluarga pasangan. Konflik-konflik yang disebutkan di atas adalah masalah yang umumnnya timbul dalam suatu pernikahan, tetapi pernikahan beda agama memiliki konflik yang lebih khusus sehubungan dengan adanya perbedaan agama dalam pernikahan mereka. Pernikahan beda agama memiliki kemungkinan besar untuk tersandung masalah dengan pasangannya, karena itu dalam membangun pernikahan beda agama membutuhkan kesiapan psikologis yang lebih besar. Memang, tak berarti pasangan berbeda agama akan cenderung gagal atau berhasil. Semuanya tergantung kesiapan psikologis masing-masing. Bertolak dari berbagai sumber maka penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, dan bagaimana pasangan beda agama mampu mempertahankan pernikahan dengan persoalan yang pelik dan mengetahui cara yang mengatasinya. Penelitian ini tidak hanya berguna bagi yang sudah menikah namun tidak menutup kemungkinan bagi konselor keluarga sehingga semakin luas memahami pernikahan beda agama, yang menjalani hubungan dengan latar belakang beda agama, bagi yang akan menikah, ataupun bagi para orang tua mampu melihat dari sudut pandang yang positif atas terjalinnya dua pribadi beda agama. Bertolak dari adanya konfik yang bersumber pada pernikahan beda agama serta cara yang cenderung digunakan dalam manajemen konflik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai: Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama Studi Kasus pada subjek pernikahan beda agama, di Paingan, Minomartani, dan Purworejo Jawa Tengah.

B. Identifikasi Masalah