6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Didalam Penelitian dan penuliisan skripsi yang mana ada keterkaitan atau hubungan dengan permasalahan keuangan daerah yang
pernah dilakukan, berikut ini yang dikemukakan dalam hasil penelitian atau skripsi yang dilakukan oleh :
Sudono dalam Haryati 2006 : 16. Penelitian ini berjudul
“Analisis Perkembangan Pembiayaan Fiskal Pemerintah Pusat dan Daerah studi kasus Daerah Tingkat II Banjarnegara“
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat otonomi fiskal DOF di Daerah
Tingkat II Banjarnegara yang diukur dengan variabel tingkat perkembangan ekonomi TPE dan bantuan pemerintah pusat G. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah tingkat perkembangan ekonomi TPE dan bantuan pemerintah pusat G berpengaruh negatif terhadap derajat otonomi fiskal
daerah DOF.
Yuliati dalam Haryati 2006 : 16 yang berjudul “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Menghadapi Otonomi Daerah
Kasus Kabupaten Malang” . Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
dan menganalisis derajat otonomi Kabupaten Malang yang ditekankan kepada derajat desentralisasi, bantuan serta kapasitas fiskal. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah ketergantungan pemerintah Kabupaten Malang
terhadap pemerintah pusat pada tahun anggaran 19951996-19992000 masih sangat tinggi, yang dibuktikan dengan masih rendahnya rata-rata
proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Penerimaan Daerah TPD selama kurun waktu 5 tahun, yaitu hanya sebesar 15, walaupun
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP
terhadap Total Penerimaan Daerah TPD selama kurun waktu 5 tahun hanya sebesar 29 saja. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran pemerintah
pusat terhadap keuangan daerah Kabupaten Malang selama kurun waktu 5 tahun tersebut masih sangat besar yang juga ditunjukkan dengan tingginya
rata-rata proporsi pemerintah pusat terhadap Total Penerimaan Daerah TPD, yaitu sebesar 71. Kabupaten Malang memiliki kapasitas fiskal
yang relatif baik dibandingkan dengan standar fiskal rata-rata kabupatenkota se-Jawa Timur. Namun apabila dibandingkan dengan
kebutuhan fiskalnya maka terdapat kekurangan gap sebesar 12. Jadi, untuk menutupi kekurangan tersebut memang masih diperlukan dana dari
pemerintah pusat.
Menurut Kristianto 2004:ix dengan judul “Pengaruh Intensifikasi dan Ekstenfikasi dalam Usaha Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah Kotamadya Surabaya melalui Retribusi Parkir dalam Rangka Otonomi Daerah”
penelitian ini variabel bebasnya antara lain
Retribusi parkir X1, jumlah kendaraan bermotor X2 dan jumlah titik parkir X3, sedangkan variabel terikatnya adalah Pendapatan Asli Daerah
Y. Secara simultan retribusi parkir, jumlah kendaraan bermotor dan jumlah titik parkir berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kotamadya Surabaya yaitu dengan uji F dimana F hitung = 192,424 F tabel = 4,76. Secara parsial menunjukkan bahwa retribusi parkir, jumlah
kendaraan bermotor dan jumlah titik parkir berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kotamadya Surabaya.
Menurut Qoryatin 2002:viii, dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Probolinggo”
melalui analisis uji linier berganda dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F untuk regresi secara simultan, variabel bebas
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan F hitung = 54,824 F tabel =3,59 dengan menggunakan level of significant sebesar
α = 0,05. Sedangkan dari pengujian secara parsial, menggunakan uji t dengan
α2 = 0,025, sehingga dapat diketahui bahwa variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto X1 berpengaruh secara nyata terhadap variabel
terikat dengan t hitung = 2,158 t tabel = 2,201 untuk variabel bebas jumlah penduduk X2 diperoleh t hitung = 2,609 t tabel = 2,201 yang
berarti jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah, untuk variabel bebas inflasi X3 diperoleh t hitung = 1,408 dari t
tabel = -2,201 yang berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah. Variabel Produk Domestik Regional
Bruto tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah, yang disebabkan karena pemerintah kurang memanfaatkan sektor-sektor
perekonomian yang ada sehingga Produk Domestik Regional Bruto menjadi turun dan mengakibatkan turunnya produktifitas yang secara tidak
langsung akan diikuti dengan turunnya produksi. Dan variabel inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah yang
disebabkan karena terus naiknya harga-harga barang sehingga mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Sehingga perubahan Produk
Domestik Regional Bruto maupun inflasi dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap naik turunnya Pendapatan Asli Daerah.
Kifliansyah dalam Haryati 2006: 18 dengan judul “Analisa Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kasus Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.“ Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
tingkat kemandirian daerah pada tahun anggaran 19992000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap
Total Penerimaan Daerah TPD sebesar 3,21, proporsi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak terhadap Total Penerimaan Daerah TPD sebesar 18,80,
proporsi Sumbangan Daerah terhadap Total Penerimaan Daerah TPD sebesar 76,61. Dengan kondisi ini ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat masih sangat besar.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Otonomi Daerah