Liquidity Preference Keynesian Macam Inflasi

Tingkat Bunga S R I F Dana Investasi loanable funds Gambar 2.2. Tingkat Bunga Keseimbangan di Pasar Investasi. Sumber : Boediono, 1998 : 77, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 B, BPFE, Yogyakarta.

2.2.3.3. Liquidity Preference Keynesian

Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut Keynes, liquidity preference atau permintaan akan uang bersumber pada tiga motif, yaitu : motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Permintaan akan uang dilandasi oleh keinginan seseorang untuk tetap likuid, untuk memenuhi ketiga motif tersebut. Boediono, 1998 : 82 Memegang uang tunai akan menjaga ke-likuid-an orang tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang menyebabkan orang bersedia membayar harga tersebut untuk penggunaan uang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Teori Keynes ini menekan adanya hubungan langsung antara kesediaan untuk membayar harga uang tersebut bunga dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa permintaan uang akan naik jika tingkah bunga rendah dan permintaan uang akan kecil jika tingkat bunga tinggi. Inti dari teori ini adalah bahwa untuk dapat berspekulasi di pasar surat berharga, orang perlu memegang uang tunai. Dan karena kegiatan spekulasi ini menghasilkan keuntungan, maka orang bersedia untuk membayar harga tersebut Boediono, 1998 : 83. Kemungkinan keuntungan itu sendiri timbul karena adanya ketidakpastian mengenai perkembangan tingkat bunga atau harga obligasi di masa depan. Hanya dalam suasana kepastianlah orang bisa berspekulasi. Teori Keynes menganjurkan untuk menetapkan tingkat suku bunga serendah mungkin agar bisa merangsang peningkatan pengeluaran investasi. Pada gilirannya, peningkatan investasi dapat meningkatkan produksi nasional dan menciptakan kesempatan kerja. Nasution, 1991 : 136

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Bunga dan Simpanan

Hubungan antara tingkat bunga dan simpanan dapat dijelaskan dengan teori loanable funds, yaitu merupakan sisi supplay dari loanable funds. Sisi supplay dari loanable funds menerangkan hubungan antara tingkat bunga dan simpanan, dimana hubungan kedua variabel tersebut bersifat, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menyimpan dananya pada lembaga perbankan, sehingga jumlah simpanan masyarakat pada lembaga perbankan akan naik. Lihat gambar 2.5 Dari pendapat yang dilakukan diatas dapat diuraikan bahwa dengan naiknya tingkat bunga simpanan, masyarakat akan menunda penggunaan kelebihan dananya untuk konsumsi sekarang diluar kebutuhan sehari-hari dengan harapan akan memperoleh pendapatan untuk konsumsi yang lebih banyak di masa mendatang. Dengan begitu maka masyarakat akan menginvestasikan kelebihan dananya pada bank. Hal ini terjadi karena masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dengan naiknya tingkat bunga tersebut. S Tingkat Bunga Simpanan Gambar 2.5. Hubungan Antara Tingkat Bunga dan Simpanan Sumber : Boediono, 1998 : 77, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi , BPFE, Yogyakarta. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4. Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, karena bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Boediono, 1998 : 161

2.2.4.1 Macam Inflasi

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi, dan penggolongan mana yang kita pilih tergantung tujuan kita. Penggolongan pertama berdasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut. Disini kita membedakan beberapa macam inflasi : Boediono, 1986 : 162 1. inflasi ringan di bawah 10 setahun 2. inflasi sedang antara 10 - 30 setahun 3. inflasi berat antara 30 - 100 setahun 4. hiperinflasi di atas 100 setahun Penggolongan yang kedua adalah berdasarkan faktor-faktor yang menyebutkan timbulnya inflasi. Atas dasar ini inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu : Nopirin, 1998 : 28 1. Demand pull inflation. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Cost push inflation. Demand pull inflation adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Sedangkan cost push inflation adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Untuk memberikan keterangan yang lebih jelas tentang kedua jenis inflasi tersebut, diberikan ilustrasi seperti tampak pada gambar 2.6. Gambar 2.6a menggambarkan suatu demand pull inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang bertambah misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan percetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor maka kurva aggregat demand bergeser dari D1 ke D2, akibatnya tingkat harga untuk naik dari H1 ke H2. Harga S Harga S2 S1 H1 H4 H2 D2 H3 D D1 Q1 Q2 output Q4 Q5 output Gambar 2.6. Demand pull inflation dan Cost push inflation. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sumber : Boediono, 1998 : 163, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi , BPFE, Yogyakarta. Sedangkan gambar 2.6b menggambarkan suatu cost push inflation. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa bila biaya produksi naik misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang di datangkan dari luar negeri, atau kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat agregat supplay bergeser dari S1 ke S2, akibatnya tingkat harga umum naik dari H3 ke H4, akibatnya dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan output, tidak berbeda, tetapi dari segi output GDriil ada perbedaan. Dalam kasus demand pull inflation, biasa ada kecenderungan untuk output naik bersama-sama dengan kenaikan umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva agregat supplay, semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost push inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang kelesuan usaha.

2.2.4.2. Metode Perhitungan Angka Inflasi