BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu Bungin,2001:48.
Pengertian dari variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional yang acuan – acuannya lebih nyata dan secara relatif mudah diidentifikasi
dan diobservasi serta dengan mudah diklasifikasi Bungin,2001:77. Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah
konsep menjadi variabel. Maka konsep – konsep tersebut akan diteliti secara empiris Singarimbun,1995:41.
Penelitian ini akan dipusatkan untuk mengetahui Sikap Waria Surabaya Terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia Haramkan Perubahan Jenis Kelamin di Media Massa, ini
dapat dibedakan menjadi tiga hal yaitu komponen kognitif, komponen afektif serta komponen konatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel sikap.
3.1.1 Sikap dan Pengukuran Variabel
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap bukanlah perilaku tetapi lebih
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi maupun kelompok Sobur,2003:361.
Sikap dalam penelitian ini adalah kecenderungan Waria Surabaya untuk bertindak, berpikir dan berpersepsi setelah membaca berita yang disajikan media massa
tentang Fatwa Majelis Ulama Indonesia haramkan perubahan jenis kelamin. Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap stimulus yang
diterima. Sikap dapat diukur dari beberapa komponen, yaitu: 1.
Komponen Kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang
telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila
kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut.
Komponen kognitif dalam penelitian ini, antara lain: a.
Mengetahui tentang Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa haram perubahan jenis kelamin.
b. Mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan dengan dikeluarkannya
fatwa haram perubahan jenis kelamin oleh Majelis Ulama Indonesia.
c. Mengetahui tentang Ketua Majelis Ulama Indonesia mengatakan bahwa
merubah jenis kelamin dengan sengaja membahayakan diri sendiri dan orang lain.
d. Mengetahui tentang merubah jenis kelamin termasuk perbuatan khaba’is
yang dilarang dalam Al-Qur’an. Sangat Tidak Setuju STS
: skor 1 Tidak Setuju TS
: skor 2 Setuju S
: skor 3 Sangat Setuju SS
: skor 4 Interval komponen kognitif = 4x4 – 4x1 = 16 – 4 = 12 = 4
3 3 3
Skor negatif = 4 – 7
: Artinya bahwa responden tidak mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor netral = 8 – 11
: Artinya bahwa responden tidak berpendapat atau tidak mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa
haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor positif = 12 – 16 : Artinya bahwa responden mendukung dengan
pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
2. Komponen Afektif, dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen
ini berkaitan dengan aspek emosional dari Waria Surabaya terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia haramkan perubahan jenis kelamin di media massa.
Komponen afektif dalam penelitian ini, antara lain : a.
Merasa Senang dengan dikeluarkannya fatwa haram perubahan jenis kelamin oleh Majelis Ulama Indonesia.
b. Merasa Tenang atas dasar hukum dikeluarkannya fatwa haram perubahan
jenis kelamin oleh Majelis Ulama Indonesia. c.
Setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia bahwa merubah jenis kelamin secara sengaja dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain. d.
Merasa Senang apabila fatwa haram merubah jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia disahkan menjadi sebuah
peraturan. Sangat Tidak Setuju STS
: skor 1 Tidak Setuju TS
: skor 2 Setuju S
: skor 3 Sangat Setuju SS
: skor 4
Interval komponen kognitif = 4x4 – 4x1 = 16– 4 = 12 = 4 3
3 3
Skor negatif = 4 – 7
: Artinya bahwa responden tidak mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor netral = 8 – 11
: Artinya bahwa responden tidak berpendapat atau mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa
haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor positif = 12 – 16 : Artinya bahwa responden mendukung dengan
pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. 3.
Komponen Konatif, yaitu meliputi kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dinyatakan oleh
pihak Majelis Ulama Indonesia.Konatif berkaitan dengan kecenderungan untuk memberikan respon, dalam penelitian ini adalah:
a. Pembaca terus mengikuti perkembangan fatwa haram perubahan jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
b. Mengikuti dampak yang ditimbulkan dengan dikeluarkannya fatwa haram
perubahan jenis kelamin oleh Majelis Ulama Indonesia. c.
Akan melakukan perubahan jenis kelamin setelah mengetahui bahwa merubah jenis kelamin membahayakan diri sendiri dan orang lain.
d. Akan Melakukan Demonstrasi apabila fatwa haram perubahan jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia disahkan menjadi sebuah peraturan.
Sangat Tidak Setuju STS : skor 1
Tidak Setuju TS : skor 2
Setuju S : skor 3
Sangat Setuju SS : skor 4
Interval komponen kognitif = 4x4 – 4x1 = 16 – 4 = 12 = 4 3
3 3 Skor negatif
= 4 – 7 : Artinya bahwa responden tidak mendukung dengan
pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Skor netral
= 8 – 11 : Artinya bahwa responden tidak berpendapat atau
mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan
oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor positif = 12 – 16 : Artinya bahwa responden mendukung dengan
pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Dalam melakukan pengukuran variabel sikap digunakan skala likert. Skala likert
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan
dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan
ketidaksetujuannya Singarimbun,1995:111. Jawaban dari masing – masing pertanyaan yang ada di kuisioner digolongkan dalam empat jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat
Tidak Setuju STS, Tidak Setuju TS, Setuju S dan Sangat Setuju SS. Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban ragu – ragu undecided ditiadakan, menurut
Kriyantono 2007:134 alasannya adalah sebagai berikut: 1.
Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu – ragu. Kategori jawaban yang memiliki
arti ganda instrument. 2.
Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah central tendency
effect , terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan kecenderungan
jawabannya.
3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.
Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju STS : mempunyai skor 1
Tidak Setuju TS : mempunyai skor 2
Setuju S : mempunyai skor 3
Sangat Setuju SS : mempunyai skor 4
Maka selanjutnya skoring dilakukan dengan menjumlahkan skor dari setiap pertanyaan, sehingga diperoleh skor total dari tiap kuisioner tersebut untuk masing –
masing responden. Untuk mengkategorikan sikap komunitas waria kedalam tiga interval, yaitu positif, netral dan negatif dilakukan dengan menggunakan rumus:
Interval = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan
Keterangan : Range R
: Batasan dari setiap tingkatan Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan
Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan Jumlah dari pertanyaan keseluruhan yang berkaitan dengan Sikap Waria Surabaya
terhadap “Fatwa Majelis Ulama Indonesia Haramkan Perubahan Jenis Kelamin” adalah 12 pertanyaan. Maka perhitungan pengukuran intervalnya adalah sebagai berikut:
Skor terendah : 1 x 12 = 12 Skor tertinggi : 4 x 12 = 48
Interval keseluruhan = 48 – 12 = 36 = 12 3 3
Tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap masyarakat, dapat diketahui melalui sikap yang dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Respon positif, jika seseorang menyatakan setuju
b. Respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju
c. Respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu
obyeknya. Jadi, interval keseluruhan batasan skor yaitu :
Skor negatif = 12 – 23 : Artinya bahwa responden tidak mendukung dengan
pernyataan mengenai fatwa haram perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Skor netral
= 24 – 35 : Artinya bahwa responden tidak berpendapat atau mendukung pernyataan mengenai fatwa haram
perubahan jenis kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Skor positif = 36 – 48
: Artinya bahwa responden mendukung dengan pernyataan mengenai fatwa haram perubahn jenis
kelamin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel