Kualitas Informasi Kualitas Basis Data

5

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian tentang dasar teori-teori yang didapat dalam referensi dan digunakan untuk mengerjakan sistem.

2.1 Kualitas Informasi

Pengambilan keputusan haruslah berdasarkan informasi yang memiliki kualitas tertentu. Suatu informasi dikatakan berkualitas bila memenuhi kriteria seperti berikut[1] : 1. Relevan. Informasi yang disajikan terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pengguna informasi tersebut. 2. Akurat Informasi memiliki kecocokan dengan kejadian-kejadian atau objek-objek yang diwakili. 3. Lengkap Seberapa jauh informasi menyertakan kejadian atau objek-objek yang berhubungan. 4. Tepat waktu Informasi yang tidak tepat waktu akan menjadi informasi yang tidak berguna atau tidak dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan. 5. Dapat dipahami Hal tersebut terkait dengan bahasa dan cara menyajian informasi agar pengguna lebih mudah mengambil keputusan. 6. Dapat dibandingkan Sebuah informasi yang memungkinkan seorang pemakai untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua objek atau kejadian mirip. 6

2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

2.2.1 Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Decision Support System atau SPPK Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan seperti judul yang diambil untuk skripsi ini merupakan sistem berbasis komputer yang membantu dalam proses pengambilan keputusan. Definisi SPPK secara umum adalah sistem yang berkemampuan untuk mendukung mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah semi terstuktur[1]. Menurut Raymond McLeod, Jr mendefinisikan sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya[6] .

2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Keputusan sering kali harus dilakukan dalam keadaan mendesak di bawah tekanan dan beberapa keputusan mungkin saling berhubungan. Sehingga hal ini menyebabkan kebutuhan akan komputer pendukung untuk mengambil keputusan yang dikenal sebagai sistem pendukung keputusan. Turban Aronson, mendefinisikan sistem penunjang keputusan Decision Support Systems – DSS sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta tidak menggantikan posisi dan peran manajer[5] .

2.2.3 Konsep Pengambilan Keputusan

2.2.3.1 Keputusan

Terdapat definisi-definisi keputusan oleh para ahli. Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian[3], yaitu: ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik, dan ada tujuan yang 7 ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Terdapat pengertian keputusan lain yang dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif[3]. Dari pengertian para ahli tersebut penulis dapat mengatakan bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif berdasar pertimbangan yang matang untuk memilih yang terbaik demi mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.

2.2.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir untuk dilaksanakan[1]. Bisa juga dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final[2]. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur diantara beberapa alternatif untuk pemecahan suatu masalah. Manajemen sebuah perusahaan mengambil keputusan sangat penting dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh orang yang telah diberikan tanggung jawab seperti manajer, CEOChief Exsekutif Officer atau pemiliknya langsung[4]. Keputusan yang diambil merupakan hasil pemikiran dari pengetahuan, pengalaman dari pembuat keputusan. Dalam mengambil keputusan ada tahap-tahap yang harus dilakukan. Tahap- tahap tersebut adalah intelligence, design, choice dan implementasi[4]. Tahap Intelligence merupakan kegiatan untuk mengenali masalah, kebutuhan atau kesempatan yang terjadi. Kedua Tahap design merupakan sebuah model atau penyederhanaan penggambaran dari kenyataan dibangun. Pada tahap ini dilakukan dengan membuat asumsi atas relasi antara variable yang relevan terhadap masalah. 8 Kemudian, tahap ketiga adalah choice. Tahap ini berisi pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Serta tahap yang terakhir adalah implementasi. Tahap ini merupakan Implementasi keputusan dengan disertai pengawasan dan koreksi yang diperlukan. Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan[4]

2.2.4 Karakteristik Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Karakteristik dan kapabilitas SPPK adalah sebagai berikut[1] : 1. SPPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi. 2. Dukungan disediakan untuk berbagai level manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan. 9 3. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group. berbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group. Untuk masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari departemen dan level organisasi yang berbeda. 4. SPPK menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan. 5. SPPK mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation. 6. SPPK mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda; ada kesesuaian diantara SPPK dan atribut pengambil keputusan individu. 7. SPPK selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat SPPK selalu bisa menangani perubahan ini. SPPK adalah fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen dasar menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan. Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat. 8. Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilatas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin interaktif dengan satu bahasa alami dapat sangat meningkatkan keefektifitasan SPPK. 9. SPPK mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan akurasi, jangka waktu, kualitas, lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer. 10. Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah. SPPK secara khusus ditujukan untuk mendukung dan tak menggantikan pengambil keputusan. Pengambil keputusan dapat menindaklanjuti 10 rekomendasi komputer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak. 11. SPPK mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan SPPK secara berkelanjutan. 12. Userpengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems IS. 13. SPPK biasanya mendayagunakan berbagai model standar atau sesuai keinginan user dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada berbagai konfigurasi yang berbeda. berbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan dan pembelajaran baru. 14. SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik. Gambar 2.2 Karakteristik dan Kapabilitas SPPK 11 SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen pengetahuan yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.

2.2.5 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut[4]:

1. Data Management Subsistem Manajemen Data

Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems DBMS.

2. Model Management Subsistem Manajemen Model

Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan.

3. User interface Subsistem Antarmuka Pengguna

Pengguna dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Subsistem ini tempat komunikasi antara pengguna dan sistem pendukung keputusan serta tempat pengguna memberikan perintah kepada sistem pendukung keputusan.

4. Knowledge Management Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

Subsistem manajemen pengetahuan Knowledge, yaitu Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri. Manajemen pengetahuan merupakan beberapa komponen yang berupa satu atau lebih sistem-sistem pakar. 12 Gambar 2.3 Komponen SPPK[5]

2.3 Metode Analytical Hierarchy Process AHP

2.3.1 Pengertian AHP

Metode AHP yang diperkenalkan oleh Prof. Thomas Saaty ,pada dasarnya adalah metode pengambilan keputusan dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok dan mengaturnya ke dalam suatu hirarki[7]. Menurut Saaty 1993, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif[7]. Dengan adanya struktur seperti itu didalam suatu hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat dipecah ke dalam kriteria-kriteria yang diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Hal ini tentu akan semakin mempermudah dalam mengambil keputusan. Gambaran umum dari AHP adalah 13 Gambar 2.4 Diagram AHP

2.3.2 Kelebihan AHP

AHP memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan- kelebihan analisis ini adalah[1] : 1. Kesatuan Unity AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas Complexity AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan Inter Dependence AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 4. Struktur Hirarki Hierarchy Structuring AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. 5. Pengukuran Measurement AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. 14 6. Konsistensi Consistency AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. 7. Sintesis Synthesis AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

2.3.3 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process AHP

AHP memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu[1] : 1. Membuat hirarki Sistem yang kompleks bisa lebih mudah dipahami dengan memecah masalah menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki, dan menggabungkannya. 2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pedapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan table analisis seperti table berikut Tabel 2.1 Tingkat Kepentingan [1] Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sangat penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya 7 Elemen yang satu benar-benar lebih penting dari yang lain 15 Tabel 2.1 Lanjutan Tingkat Kepentingan [1] Tingkat Kepentingan Definisi 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian berurutan Kebalikan Jika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i 3. Synthesis of priority menemukan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwase Comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif criteria yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian hitungan matematika. 4. Logical consistency konsistensi logis Konsistesi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. 2.3.4 Langkah-Langkah Analitycal Hierarchy ProcessAHP Langkah dalam metode AHP meliputi[1] : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki 16 adalah dengan menetepkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan pada level teratas. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mereprentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai- nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena tidak ingin membuat keputusan berdasar pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Dalam tahap ini dilakukan : a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan proiritas relatif elemen kedua, dan seterusnya, b. Jumlahkan setiap baris c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas elemen relatif yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks. 5. Hitung consistency indexCI dengan rumus: CI= λ maks-nn-1 2.1 17 Di mana n = banyaknya elemen 6. Hitung rasio KonsistensiConsistency Ratio CR dengan rumus : CR= CI IR 2.2 Di mana CR= Consisstency Ratio CI = Consistency Index IR= Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun, jika rasio konsistensi CIIR kurang atau sama dengan 0,1 maka, hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi IR bisa dilihat tabel di bawah: Tabel 2.2 Daftar Indek Ukuran Matriks Nilai IR 1, 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 15 1.59 18

2.3.5 Kualitas Pemodelan AHP

Ada 4 aksioma dalam pemakaian AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma akan berakibat tidak validnya metode yang dipakai[7]. Bila tidak memenuhi dan tidak valid maka sistem menjadi tidak berkualitas. Empat aksioma tersebut adalah Reciprocal Comparison, Homogeneity, independence, expectations[7]. 1. Reciprocal Comparison Artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1x. 2. Homogeneity Artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster kelompok elemen yang baru. 3. Independence Artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen- elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen- elemen pada tingkat diatasnya. 4. Expectations Artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. 19

2.4 WaralabaFranchise

2.4.1 Pengertian Franchise

Definisi franchise dikemukakan oleh United Nations Centre on Transnational Corporation UNCTC, sebagai berikut [7] : ”Franchise adalah persetujuan lisensi dari suatu hubungan yang berkesinambungan, yang mana franchisor menyediakan hak-hak khususnya yang di dalamnya termasuk penggunaan merek atau nama ditambah dengan pelayanan asisten teknik, pelatihan, peralatan dan manajemen serta penyediaan tempat”. Menurut Henry Waralaba franchise memiliki arti menduplikasi kesuksesan suatu usaha kepada pihak lain[11]. Dari definisi-definisi yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa waralaba adalah perjanjian yang dilakukan antara franchisor pihak pemilik usaha dan franchisee pihak yang mendapat hak usaha, sehingga franchisee dapat menduplikasi atau meniru kesuksesan dari franchisor.

2.4.2 Hukum Dan Undang-Undang Waralaba

Waralaba juga telah diatur dan tercantum didalam undang-undang sehingga tetap terdapat hukum yang mengatur. Berikut beberapa bunyi[8]: 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.259MPPKEP71977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa : Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan haknya kepada pihak lain untuk memanfaatkan danatau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi waralaba, sedangkan penerima waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan danatau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba “. 2. Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, franchise atau waralaba dapat diartikan sebagai : “Perikatan di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan danatau 20 menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan penjualan barang danatau jasa “ . Waralaba ini tidak lepas dari hak atas suatu merek yang dimiliki oleh franchisor . Hak atas suatu merek ini juga sudah diatur dalam undang-undang RI No.15 2001 tentang merek Pasal 3 menyebutkan bahwa: Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dengan kata lain franchisor memiliki hak atas merek sebagai pemilik merek, sehingga dapat menggunakan sendiri merek tersebut dan memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan. Franchisee dapat menggunakan merek dari franchisor dengan membayarkan royalti.

2.4.3 Keuntungan Franchise

Membeli franchise tentu mempunyai keuntungan-keutungan. Ada beberapa keuntungan membeli franchise yaitu[11] : 1. Membeli franchise berarti pula menjadi seorang pemilik bisnis, bukan sekedar bekerja dalam bisnis franchise yang dibeli, tetapi lebih pada pemiliknya, sedangkan yang kerja adalah karyawan. 2. Gerbang masuk paling mudah untuk memulai suatu bisnis dibidang yang disukai. 3. Bisnis franchise telah memiliki merek dagang yang dikenal luas sehingga mempermudah konsumen untuk mengenal produk atau jasa yang ditawarkan dilokasi manapun. 4. Bisnis franchise meningkatkan peluang keberhasilan dalam berbisnis karena telah terbukti memiliki produk atau jasa unggulan dan sistem yang teruji. 21 5. Dapat menawarkan konsumen suatu kualitas dan konsistensi produk atau layanan sesuai standar yang ditetapkan franchisor. 6. Mendapat bantuan start-up atau persiapan pembukaan outlet yang umumnya meliputi pemilihan lokasi, desain, dan renovasi tempat, training karyawan, pengadaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, serta program opening gerai. 7. Pasca pembukaan mendapat bantuan dukungan yang berkesinambungan, baik dalam hal training, promosi nasional, bantuan operasional, dan bantuan manajemen lain yang diperlukan.

2.4.4 Kriteria FranchiseWaralaba

Kriteria Franchise sudah diatur dalam undang-undang. Menurut undang- undang pasal 2 ayat 1 waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut[9] : 1. Memiliki ciri khas usaha; 2. Terbukti sudah memberikan keuntungan; 3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan atau jasa yang ditawarkan secara tertulis; 4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan; 5. Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan 6. Hak kekayaan IntelektualHKI yang telah terdaftar. Kriteria tersebut merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh perseorangan atau badan usaha agar dapat menggunakan istilah atau nama Franchise. Namun kriteria tersebut dapat ditambah untuk mendapatkan usaha waralaba yang presentasi keberhasilannya lebih tinggi. Menurut Ari Kurnia dalam memilih franchise dapat dengan membandingkan kelebihan masing-masing dari segi-segi berikut[12]: 1. Keunikan Konsumen selalu mencari sesuatu yang spesial, yang luar biasa dan beda dengan yang lain. Pilih franchise yang unik, namun unik yang dimaksud bukan berarti sesuatu yang “aneh”. Unik berarti memiliki kelebihan 22 dibandingkan produk yang lain dan masih bisa diterima oleh selera konsumen. 2. Diferensiasi produk Untuk mengurangi bosan pada produk franchise, perlu adanya diferensiasi produk. Sehingga banyak pilihan rasa dan ukuran. 3. Keunggulan produk Setiap produk pasti memiliki keunggulan. Misalnya, hanya memakai sayuran organik dan saos tomat asli. Memang, akan berimbas pada harga jual produk yang lebih tinggi. Namun, segmen konsumen seperti ini pasti ada. 4. Franchise Fee Franchise fee adalah besarnya biaya yang dibayarkan kepada franchisor untuk memperoleh hak franchise. Sesuaikan besarnya franchise fee dengan budget yang disiapkan. 5. Royalty Fee Royalty fee tidak selalu diberlakukan pada bisnis franchise. Ini bergantung dengan kebijakan franchisor. Ada beberapa franchisor yang cukup mendapatkan keuntungan dari menjual bahan-bahan baku, namun ada juga yang memberlakukan royalty fee. 6. Promotion Fee Pada umumnya bisnis franchise skitar Rp 5.000.000,00 sampai 10.000.000,00 tidak memberlakukan atau mensyaratkan adanya promotion fee. Ini untuk menarik franchisee agar tidak merasa berat karena harus membayar segala biaya. Meskipun sebenarnya promotion fee akan memberikan keuntungan bersama. 7. Gerai Gerai bisa berupa stand booth atau gerobak. Bebas menentukan yang sesuai dengan strategi yang akan dilakukan. Selain itu bentuk gerai bisa menyesuaikan dengan budget. 23 8. Pelatihan Pelatihan yang tersetruktur dan komunikatif maka akan memberi hasil yang maksimal. Peserta pelatihan akan memahami cara produksi, menjalankan standar yang berlaku, dan tahu tata cara kerja dalam franchise. Sehingga, akan ada persamaan dalam menjalankan bisnis franchise seperti dalam hal rasa yang diperoleh, pelayanan dan strategi dapat dilakukan seragam. 9. Pendampingan Pendampingan melekat selama beberapa bulan pertama, pendampingan berkala, atau kombinasi keduanya. Dalam hal ini, franchisor memantau setiap kegiatan franchisee. Pendampingan tersebut dilakukan guna memantau perkembangan dari franchisee. Hambatan apa yang dialami dan akan didiskusikan solusi yang terbaik. 10. Kepribadian franchisor Pribadi yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya adalah pribadi franchisor idaman. Tidak berorientasi uang semata dan lebih mengedepankan perkembangan bersama. 11. Keuntungan Syarat lain dalam memilih franchise adalah melihat seberapa besar keuntungan dari franchise tersebut. Keuntungan tersebut dapat diketahui dengan melihat laporan keuangan. Pelajari grafik penjualannya, naik terusm naik turun atau malah datar-datar saja. Bisnis yang wajar adalah bisnis yang mengalami naik turun namun masih dalam tahap wajar. Jika dicantumkan selalu naik dengan angka yang fantastis tanpa didukung keterangan yang relevanmisalnya jumlah gerai sedikit, yang tidak memungkinkan untuk memberi keuntungan sebesar itu maka perlu waspada. 12. Break Even Point BEP Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Break Even PointBEP perlu diketahui. Titik ini akan memberitahu kapankah akan balik modal, yaitu dalam keadaan impas. Tidak untung tidak rugi. Asumsi-asumsi yang digunakan atau data tersebut diperoleh dari franchisee yang berlokasi dimana? karena lokasi yang berbeda akan berefek pada omzet penjalan. 24 13. Peralatan yang diperoleh Peralatan memegang peranan penting karena produksi tergantung dengan peralatan tersebut. Pastikan peralatan lengkap sehingga menghasilkan produksi yang maksimal dari kuantitas dan rasanya. 14. Jaminan ketersediaan bahan baku Seorang franchisee akan terikat dalam jangka waktu lama dengan franchisor nya. Dimana mayoritas bahan baku yang diperlukan di supplay oleh franchisor. Terdapat banyak kriteria yang penulis dapat dari buku-buku. Dari berbagai kriteria tersebut penulis mengambil 6 kriteria yang akan digunakan dalam sistem yaitu : 1. Modal awal dan fee, Modal awal dan fee penulis jadikan satu karena kedua hal ini sangat berkaitan. Fee adalah biaya yang dikenakan selain untuk modal. Misalnya royalty fee, promosi fee. 2. Ciri khas usaha, Kriteria yang kedua adalah ciri khas usaha. Usaha franchise harus memiliki ciri khas pembeda dengan usaha yang lain. 3. BEPROI, BEPROI akan memberikan gambaran keuntungan yang akan didapat frachisee . Sehingga penting untuk memperhatikan BEP dan ROI. BEP adalah dimana keadaan impas, tidak untuk tidak rugi. RoiReturn of Investment adalah dimana posisi balik modal. Ini akan memberitahukan kapan franchisee balik modal. 4. Bantuan yang diberikan, Bantuan yang disediakan Franchisor berbeda-beda. Ada yang hanya memberikan ketersediaan bahan baku dan perlengkapan, adapula yang akan memberikan dukungan berupa pendampingan sehingga franchisee akan sangat terbantu. 25 5. Lama berdiri dan jumlah gerai, Kriteria ke-lima ini terdapat lama berdiri dan jumlah gerai. Kedua kriteria tersebut dijadikan satu karena keduanya sangat berkaitan penting. Minimal lama berdiri untuk sebuah franchise adalah 3 tahun dan franchise tersebut sudah membuka lebih dari 3 gerai atau cabang. Hal ini akan membuktikan franchise tersebut telah teruji. 6. Reputasi terhadap kualitas produk jasa. Bagaimana reputasi franchise tersebut di masyarakat. Reputasi sangat penting bagi usaha franchise. Penulis mengambil 6 kriteria tersebut yang akan digunakan untuk membandingkan franchise. Franchise yang masuk dalam sistem diasumsikan sudah memenuhi syarat untuk menjadi franchise sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

2.5 Kualitas Basis Data

Dalam perancangan dan penyusunan basis data dikenal adanya beberapa batasan aturan yang harus ditaati. Batasan aturan tersebut berhubungan dengan 5 aspek penting dalam basis data, yaitu[14]: 1. Kerangkapan datadata redundancy Kerangkapan data adalah munculnya data-data yang sama secara berulang kali pada file basis data yang tidak diperlukan. Sebagian besar hal ini terjadi diakibatkan oleh orientasi pengembangan sistem yang lebih berorientasi pada program aplikasiprogram oriented dan bukan berorientasi pada basis datadata oriented. Kerangkapan data akan menyebabkan pemborosan media penyimpanan basis data, biaya semakin besar, tidak efisien dalam mengolah data, risiko munculnya inkonsistensi data. Kerangkapan data bisa terjadi pada dua kemungkinan yaitu: a. Kerangkapan data dalam satu file. Kerangkapan data dalam satu file terjadi jika muncul kerangkapan nilai-nilai rinci data dalam satu file tersebut. Hal ini dapat diatasi 26 dengan cara memecah file tersebut menjadi file baru yang mempunyai struktur lebih sederhana. Banyaknya file baru yang terbentuk tergantung dari banyaknya kerangkapan data. b. Kerangkapan data dalam beberapa file. Kerangkapan data dalam beberapa file terjadi jika muncul nama-nama yang sama dalam beberapa file. Hal ini dapat diatasi dengan cara menghapus kolom yang rangkap. 2. Inkonsistensi datadata inconsistency Inkonsistensi data atau data tidak konsisten adalah munculnya data yang tidak konsisten pada medankolom yang sama dalam 1 atau beberapa file data yang dihubungkandirelasikan. Hal ini diakibatkan proses pemasukan data yang tidak benar, proses pembaruan data yang tidak benar, pengendalian sistem yang tidak baik. Inkonsistensi data akan mengakibatkan kesalahan informasi pada hasil pengolahan data. Maka dari itu inkonsistensi data harus dimulai sejak perancangan struktur file dalam basisdata yaitu dengan cara merancang struktur file yang terbebas dari kerangkapan data. 3. Data terisolasidata isolation Data terisolasi disebabkan oleh pemakaian beberapa file basis data dimana aplikasi tidak dapat mengakses data-data dari file tertentu. Data terisolasi harus dihindari karena akan mengakibatkan tidak lengkapnya informasi. Hal ini terjadi akibat tidak adanya kemungkinan untuk menghubungkan antar data dalam file, tidak adanya standarisasiberkaitan dengan domainformat data meliputi tipe dan ukuran data. 4. Keamanan datadata security Prinsip dasar dari keamanan basis data adalah bahwa data-data dalam basis data bernilai sangat penting dan rahasia. oleh karena itu data-data harus dijaga dari berbagai hal yang memungkinkan dapat merusak data. Aspek keamanan basis data meliputi [14] : 27 a. Recovery, adalah suatu proses menggunakan kembali basis data dari media penyimpanan cadangan untuk mengembalikan data pada kondisi yang benar karena kerusakan. b. Integrity, berkaitan dengan unjuk kerja sistem untuk dapat menjaga data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benartipe dan ukuran data, up to datesesuai kondisi actual, konsisten, dan selalu tersedia. c. Concurency, berkaitan dengan mekanisme pengendalian basis data saat digunakan oleh beberapa pemakai secara bersamaan agar terhindar dari kesalahan akibat beberapa transaksi berbeda dilakukan bersamaan. d. Privacy, yaitu dimaksudkan sebagai pembatasan kewenangan akses data dalam basis data untuk mencegah dan melindungi basis data dari penggunaan oleh pengguna yang tidak berwenang dan pengubahan tidak dikehendaki. e. Security, adalah suatu mekanisme sistem untuk mencegah dan melindungi basis data kehilangan akibat kerusakan pada fisik media penyimpanan. 5. Integritas datadata integrity Integritas data berhubungan dengan kinerja sistem agar dapat melakukan kendali pada semua bagian sistem. Suatu saran untuk meyakinkan data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benartipe dan ukuran data, up to datesesuai kondisi aktual, konsisten, dan selalu tersedia [14] . Salah satu cara untuk menjaga integritas adalah meyakinkan bahwa nilai- nilai data adalah benar sejak pertama kali masuk. Abraham Silberchatz, Henry F. Korth, dan S. Sudarshan menyatakan bahwa database yang benar mampu mengatasi semua permasalahan yang terkait dengan batasan aturan diatas[13] . 28

2.6 Kriteria Desain User Interface yang Baik