mengikuti acara televisi remaja tersebut dapat ikut menentukan diterima atau tidak diterima dalam kelompok
teman sebaya. Janowitz Hirsch 1981; dalam Ancok, 2003 mengatakan
intensitas menonton pada anak dan remaja ditandai rasa ingin tahu, rangsang untuk melakukan eksplorasi, dan berusaha memahami dunia
sekitar.
3. Dampak Tayangan Kekerasan
Televisi merupakan media yang paling banyak ditonton oleh anak- anak dan remaja. Menurut Schramm dalam Biagi, 1990 anak dan
remaja lebih banyak memperhatikan televisi daripada media lain. Mereka adalah pemirsa televisi yang sangat loyal Rice, 1984. Intensitas
menonton televisi anak dan remaja erat kaitannya dengan perkembangan jiwanya yang ditandai rasa ingin tahu, rangsang untuk melakukan
eksplorasi, dan berusaha memahami dunia sekitarnya Janowitz Hirsch, 1981. Penyebab lain, adalah karakteristik televisi sebagai media
yang sifatnya audio-visual dalam penerimaan pesan-pesannya tidak menuntut pemirsanya memiliki kemampuan tertentu seperti media cetak
yang menuntut kemampuan membaca dalam Ancok, 2003. Laporan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku menonton televisi
dalam keluarga adalah 3-4 jam sehari Smith, dalam Tucher, 1987, dan
anak-anak atau remaja lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi daripada bermain Singer, dalam Tucher, 1987.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa televisi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh kuat dalam masyarakat terutama dalam hal
perkembangan dan perilakunya. Rushton dalam Tucher, 1987 menyatakan bahwa televisi dapat menjadi sebuah pendorong sekaligus
guru bagi norma-norma perilaku anti-sosial, dan hal ini akan menjadi masalah sosial ketika kita menyadari betapa banyak karakter di televisi
yang melakukan perilaku anti-sosial. Tucher 1987 melaporkan bahwa remaja yang menonton televisi pada tingkat rendah ternyata lebih sehat
secara fisik, emosi lebih stabil, imajinatif, santai, aktif secara fisik, dapat mengontrol diri, cerdas, bermoral, berpendidikan, religius, dan lebih
percaya diri daripada remaja yang sering menonton televisi, dan mereka juga tidak banyak mempunyai masalah psikologis dalam Ancok, 2003.
Menurut Bandura dalam andy, 2011, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan modeling.
Perilaku merupakan hasil faktor kognitif dan lingkungan. Jadi dengan seberapa besar atau seringnya individu melihat tayangan kekerasan, akan
terjadi proses peniruan atau peneladanan modeling. Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses-proses
perhatian, proses pengingatan retention, proses produksi, dan proses motivasional.
Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayaknya. Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan
yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan oleh orang-orang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Media piktoral
seperti televisi, film, komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah ditiru dan dicontoh. Melalui televisi, orang meniru
perilaku idola mereka khususnya disini adalah para remaja yang mengidolakan aktris maupun aktor pada tayangan tersebut Rakhmat,
2003. Vedantam Vedantam, Shankar, 2002 menulis bahwa para remaja
dan individu pada masa dewasa awal yang menonton televisi paling sedikit satu jam setiap hari cenderung untuk terlibat perkelahian atau
pertengkaran, melakukan penyerangan-penyerangan atau terlibat dengan bentuk-bentuk lain dari kekerasan dalam kehidupan. Dia juga menulis
bahwa semakin sering individu menonton televisi maka semakin cenderung mereka untuk melakukan kekerasan nantinya.
James Potter 2002 pernah menuliskan beberapa hal penting, diantaranya mengenai dampak media, baik dampak jangka pendek,
maupun jangka panjang. Bicara dampak, sebenarnya kita bisa melihatnya dari dua sisi, baik dari sisi buruk maupun baik. Dalam
kontek buku ini, Potter memang menyoroti dampak negatif, terkait topik tayangan kekerasan dalam media. Ada dua dampak yang
dijabarkannya, dampak jangka panjang dan jangka pendek. Potter
menyebutkan ada beberapa dampak jangka pendek dari tayangan kekerasan di media, yaitu: adanya perilaku meniru dari apa yang dia
lihat di media Imitation and Copying Behavior. Kalau seseorang apalagi remaja yang setiap kali melihat tayangan kekerasan di
televisi maka ia akan cenderung untuk meniru apa yang dilihat untuk melakukannya kepada teman. Dampak negatif lain dari
menonton tayangan kekerasaan di media adalah Eksposur dari tayangan kekerasan dalam media, mengurangi kemampuan mereka
dalam menahan diri yang secara normal menghindarkan mereka dari tindakan kekerasan disinhibitation. Nilai-nilai yang membuat mereka
menahan diri dari kekerasan, bisa terkikis oleh tayangan kekerasan yang berulang-ulang dari media.
C. Religiositas