memberi sanksi bagi yang melanggar larangan agama dan memberikan imbalan pada individu yang mentaati perintah agama. Hal tersebut
membuat individu termotivasi dalam bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga individu akan
melakukan perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori, 2005: 124-128.
D. Dinamika Penelitian
Berdasarkan beberapa pengertian religiositas di atas dapat disimpulkan bahwa religiositas dalam penelitian ini berarti penghayatan dan pengalaman
individu terhadap ajaran agamanya yang diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, perkembangan berbagai agama saat ini sangat baik.
Setiap agama berusaha membina umatnya secara dini, seperti umat Islam yang membina anak-anak sejak dini melalui TPA, umat Kristen dengan sekolah
minggu dan kelompok remajanya, khususnya dalam penelitian ini umat Katolik dengan Orang Muda Katolik OMK, misdinar, pendalaman Alkitab,
retret, dan lain-lain. Semua kegiatan yang dilakukan berbagai agama tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai religius sedini mungkin kepada
remaja, sehingga diharapkan pada masa dewasa nanti berkembang menjadi manusia yang memiliki religiositas yang tinggi sesuai agama dan
kepercayaannya. Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai
yang memuat norma tertentu dan secara umum menjadi kerangka acuan dalam
bersikap dan berperilaku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Pengaruh sistem nilai dalam agama terhadap kehidupan yang telah
diinternalisasi sebagai nilai pribadi dirasakan oleh individu sebagai prinsip yang menjadi pedoman hidup. Nilai dalam realitasnya memiliki pengaruh
dalam mengatur pola perilaku, pola berpikir dan pola bersikap. Tindakan individu menjadi terikat oleh ketentuan antara hal yang boleh dan tidak boleh
dalam ajaran agama yang dianutnya Jalaludin, 1996. agama mampu menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan kaidah yang baik
dan menolak kaidah yang buruk agar ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan.
Agama memberi sanksi bagi yang melanggar larangan agama dan memberikan imbalan pada individu yang mentaati perintah agama. Hal
tersebut membuat individu termotivasi dalam bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga individu akan melakukan
perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Azwar 1995 menyatakan bahwa religiositas seringkali dijadikan determinan tunggal dalam menentukan
sikap. Oleh karena itu nilai-nilai agama yang telah diinternalisasi oleh seseorang, diharapkan mampu menuntun semua perilaku dan sikapnya.
Maka dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa religiositas dapat membantu seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap intensitas menonton
tayangan kekerasan. Seseorang yang memiliki religiositas tinggi akan menyeleksi segala perilaku baik maupun buruk. Dalam penelitian ini
menonton tayangan kekerasan secara berlebihan adalah perilaku yang buruk
dan berlawanan dengan nilai-nilai atau ajaran agama sehingga perlu dihindari karena dapat membuat remaja merasa bersalah atau berdosa.
E. Hipotesis Inferensial