Netralisasi dengan Kaustik Soda

minyak sawit sehingga mempengaruhi produk-produk olahannya.Deasidifikasi dengan menggunakan alkali merupakan metode yang paling umum dilakukan pada skala industri karena lebih murah dan efisien dalam mereduksi asam lemak bebas pada minyak mentahkasar sampai kadar tertentu yang diinginkan. Alkali yang paling sering digunakan untuk netralisasi adalah NaOHHaryati, 2008.

2.5.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda

Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lendir dalam minyak Ketaren, 1986. Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut : O O R – C + NaOH R – C + H 2 O OH ONa Asam Lemak Bebas Sabun Pemakaian larutan kaustik soda NaOH dengan konsentrasi yang terlalu tinggi, akan bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak.Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik. Berdasarkan haltersebut diatas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh penggunaan basa NaOH dan kadar ALB bahan baku CPO terhadap kualitas minyak kelapa sawit pasca netralisasi. Sehingga dilakukan penambahan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda. Dilakukan juga penambahan basa yang berbeda yaitu :Na 2 CO 3 untuk membandingkan pengaruh kadar asam lemak bebas sebelum netralisasi penurunan ALB dan peningkatan karoten yang didapat Kurniati, 2015. Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi Ketaren, 1986. Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, resin dan suspensi dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor minor component dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E dan karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses netralisasi Ketaren, 1986. Menurut Ketaren 1986,netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi dengan persenyawaan alkali. Reaksi penyabunan mono, digliserida dan trigliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut : O CH 2 – O – C – R 1 CH 2 – OH O CH – OH + NaOH CH – OH + R 1 – C CH 2 – OH CH2 – OH ONa Monogliserida gliserol sabun O CH 2 – O – C – R 1 CH 2 – OH O O CH – O – C – R 2 + 2NaOH CH – OH + R 1 C CH 2 – OH CH 2 – OH ONa Digliserida gliserol O R 2 C ONa O sabun CH 2 – O – C – R 1 CH 2 – OH O O CH – O – C – R 2 + 3NaOH CH – OH + R 1 C O CH 2 – OH ONa CH2 – O – C – R 3 O Trigliserida gliserol R 2 C ONa O R 3 C ONa Sabun Netralisasi harus dilakukan dengan benar. Kelebihan penambahan basa akan menyabunkan trigliserida dan mereduksi minyak netral yang dihasilkan. Selain itu suhu yang tepat dan waktu kontak yang cukup juga merupakan hal yang penting, sebab berpengaruh pada kekompakan dan kecepatan pengendapan sabun yang terbentuk dalam minyak serta total karotenoid dalam minyak sawit merah yang sifatnya tidak stabil terhadap proses pemanasan. Jadi penambahan basa sangat mempengaruhi hasil akhir yang diinginkanHaryati, 2008.

2.5.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat