sampai dengan permasalahan yang benar-benar baru. Contohnya adalah prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah-langkah menyusun modul dan sebagainya.
4. Pengetahuan metakognisi Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan secara umum seperti kesadaran
dan pengetahuan tentang kognisinya itu sendiri. Pengetahuan ini sering disebut a process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan
strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar. Contohnya adalah seseorang menyadari bahwa gaya belajar yang ia miliki
adalah visual, maka ia akan memilih video sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
2.2 Trauma Dental
Trauma dental merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa yang paling sering
mengalami trauma dental adalah anak-anak usia sekolah baik di rumah maupun di sekolah. Penyabab terjadinya trauma dental adalah banyaknya anak yang belajar
berjalan dan berlari.
5,9
Selain itu, trauma dental juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2:1. Trauma dental juga
paling sering terjadi pada gigi anterior maksila dan diperparah dengan keadaan overjet.
15
Klasifikasi trauma dental dapat memberikan efek komunikasi yang lebih baik dan penyebaran informasi yang lebih merata. Sistem yang digunakan didasarkan
pada modifikasi yang dibuat oleh Andreasen terhadap klasifikasi yang dibuat oleh WHO World Health Organization. Klasifikasi ini lebih baik dibandingkan dengan
klasifikasi lain karena sistem ini sudah diterima secara internasional dan sudah memiliki format yang deskriptif yang didasari oleh pertimbangan klinik dan
anatomik. Klasifikasi tersebut yaitu:
5
a. Fraktur enamel: trauma pada gigi dimana fraktur hanya mengenai email saja dan tidak berbahaya untuk pulpa. Meskipun cedera hanya menimbulkan fraktur pada
gigi, bisa juga menyebabkan perubahan letak gigi atau luksasi dan merusak pembuluh darah ke pulpa.
Universitas Sumatera Utara
b. Fraktur mahkota dengan pulpa masih belum terbuka: tipe fraktur ini belum sampai ke pulpa, hanya sebatas enamel dan dentin. Biasanya, cedera seperti ini tidak
menimbulkan nyeri yang parah. c. Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka: fraktur ini sudah sampai ke pulpa
sehingga frakturnya menjadi “complicated”, dimana istilah tersebut sering digunakan untuk jenis fraktur ini.
d. Fraktur mahkota-akar: farktur ini terlihat seperti fraktur mahkota, hanya saja lebih luas dan lebih serius karena sudah mengenai daerah akar. Fraktur mahkota-akar
lebih sering mengenai gigi premolar dan molar. e. Fraktur akar: fraktur akar juga disebut dengan fraktur akar intraalveolus,
fraktur akar horizontal, dan fraktur akar transversal. Fraktur tipe ini jarang terjadi dan sukar untuk dideteksi.
f. Cedera luksasi: cedera tipe ini akan menimbulkan trauma pada jaringan penyangga gigi dan sering memengaruhi pasokan darah dan saraf ke pulpa. Biasanya,
penyebab luksasi adalah hantaman secara tiba-tiba seperti terbentur objek yang keras saat terjatuh. Berdasarkan pemeriksaan klinis terdapat gambaran yang khas dari tipe
cedera luksasi, yaitu:
5
1. Konkusi: ketika di perkusi, gigi hanya terasa sensitif dan letak gigi tidak berubah
2. Subluksasi: cedera ini menyebabkan gigi sensitif ketika di perkusi. Gigi mobiliti disertai perdarahan sulkus dan gigi tidak berubah letak.
3. Luksasi ekstrusi: pada cedera ini mobilitas gigi meningkat 4. Luksasi lateral: letak gigi berubah ke arah lingual, bukal, mesial atau ke
distal yang disebabkan oleh trauma. Artinya, posisi gigi sudah di luar dari posisi normal.
5. Luksasi intrusi: gigi terdorong masuk ke dalam soketnya. Kadang-kadang gigi tidak terlihat.
g. Avulsi: keadaan dimana gigi sudah keluar seluruhnya dari soketnya. Jika gigi yang keluar dari soketnya adalah gigi desidui, maka tidak perlu dilakukan
Universitas Sumatera Utara
replantasi, tetapi jika gigi yang keluar dari soketnya adalah gigi permanen, maka perawatan selanjutnya adalah dengan melakukan replantasi pada gigi.
h. Fraktur prosesus alveolaris: frakturnya soket alveolus atau prosesus alveolaris. Fraktur alveolus sering dikaitkan dengan pulpa nekrosis yang selanjutnya
dapat diasosiasikan dengan cedera wajah lainnya.
2.3 Gigi Avulsi