replantasi, tetapi jika gigi yang keluar dari soketnya adalah gigi permanen, maka perawatan selanjutnya adalah dengan melakukan replantasi pada gigi.
h. Fraktur prosesus alveolaris: frakturnya soket alveolus atau prosesus alveolaris. Fraktur alveolus sering dikaitkan dengan pulpa nekrosis yang selanjutnya
dapat diasosiasikan dengan cedera wajah lainnya.
2.3 Gigi Avulsi
2.3.1 Definisi
Gigi avulsi adalah gigi yang sudah keluar seluruhnya dari soket alveolar akibat adanya cedera pada gigi. Perawatannya adalah dengan mereplantasikan gigi
tersebut segera setelah terjadinya cedera. Proses replantasi gigi yang avulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lamanya gigi keluar dari soket dan media
penyimpanan yang digunakan. Faktor tersebut sangat penting dalam proses replantasi gigi.
1,5
2.3.2 Etiologi
Avulsi merupakan kasus trauma dental yang paling sering terjadi dibandingkan dengan kasus trauma dental lainnya, yaitu sekitar 16. Penyebab gigi
avulsi yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah ketika mereka melakukan aktifitas di sekolah. Selain itu, penyebab gigi avulsi yang sering terjadi adalah ketika
mereka melakukan olahraga seperti bermain sepak bola dan bola basket, berkelahi dan kecelakaan mobil.
8
2.3.3 Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang dapat dilihat dari gigi avulsi adalah dapat ditemukan bekuan darah di dalam soketnya.
16
Avulsi paling sering terjadi pada gigi insisivus sentral pada rahang atas. Fraktur pada prosesus alveolaris dan laserasi pada bibir
kemungkinan terlihat bersamaan dengan gigi avulsi.
17
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Penatalaksanaan
Gigi avulsi adalah salah satu kasus trauma dental yang memerlukan perawatan darurat. Penanganan yang tepat akan mempengaruhi prognosisnya. Ketika
terjadi avulsi pada gigi, kita dapat melakukan hal berikut ini:
16,18
1. Tenangkan anak yang bersangkutan. 2. Carilah gigi yang lepas dan peganglah pada bagian mahkotanya. Jangan
menyentuh bagian akar. 3. Jika gigi kotor, cucilah dibawah air mengalir dan jangan digosok dengan
tujuan agar tetap lembab dalam waktu maksimal 10 detik dan letakkan kembali gigi ke soketnya. Ketika gigi sudah diposisinya semula, gigitlah saputangan untuk
menjaga agar gigi tetap ditempatnya. 4. Jika tidak memungkinkan untuk mereposisi giginya, letakkan gigi yang
avulsi tersebut ke dalam segelas susu atau tempat penyimpanan lain dan bawa anak ke klinik gawat darurat. Gigi juga bisa diletakkan di dalam mulut antara pipi dan gusi
jika anak dalam keadaan sadar. Jika pasien terlalu muda, gigi tersebut bisa ditelannya. Oleh karena itu, sebaiknya beri instruksi kepada anak untuk meludah disuatu wadah
kemudian letakkan gigi di wadah tersebut. Hindari pemakaian air sebagai tempat penyimpanannya.
5. Jika ada tempat penyimpanan khusus seperti Hanks Balanced Storage Medium HBSS atau saline, media tersebut lebih baik digunakan.
Gambar.1 A.Gambaran klinis soket gigi yang avulsi B. Gambaran radiografi keadaan gigi yang
avulsi
16
A B
Universitas Sumatera Utara
6. Carilah perawatan dental secepatnya. Jika bisa bertemu dokter gigi dalam waktu 30 menit, maka prognosisnya baik. Jika lebih dari waktu tersebut, maka
prognosis pada giginya akan berkurang 60-80. Golden periode untuk melakukan reposisi gigi adalah 2 jam. Jika perawatan replantasi dilakukan lebih dari 2 jam, maka
gigi menjadi non vital dan dilakukan perawatan selanjutnya yaitu endodonti setelah gigi difiksasi.
2.3.4.1 Media Penyimpanan
Media penyimpanan adalah media yang digunakan untuk menyimpan gigi yang avulsi jika gigi tersebut tidak dilakukan replantasi dengan segera. Tujuan
diletakkannya gigi yang avulsi di media penyimpanan adalah untuk memelihara ligamen periodontal dalam waktu yang terbatas sebelum dilakukan perawatan gigi
tersebut. Oleh karena itu, medium yang dapat digunakan adalah:
1,4,15
a. Hank’s Balanced Salt Solution HBSS
Hank’s Balanced Salt Solution HBSS adalah larutan salin standar. Biasanya, larutan ini digunakan dalam penelitian biomedis yang bertujuan untuk mendukung
pertumbuhan dari berbagai sel. Larutan ini bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena larutan ini memiliki osmolalitas yang ideal yaitu 270
sampai dengan 320 mOsm. HBSS mengandung berbagai nutrien penting yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal dalam waktu yang
lama seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa. b. Susu
Susu memiliki kemampuan untuk mendukung kapasitas klonogenik sel-sel periodontal pada suhu ruangan sampai dengan 60 menit. Pada temperatur yang lebih
rendah, susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan penyembuhan sel. Selain itu, susu bertemperatur rendah memiliki
kemampuan untuk mendukung klogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur
ruang yang melindungi viabilitas sel selama 60 menit.
Universitas Sumatera Utara
c. Saline fisiologis Salin fisiologis adalah larutan yang mengandung 0,9 NaCl yang dapat
digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penyimpanan pada media ini tidak menyebabkan pembengkakan pada struktur sel, tetapi kebutuhan metabolit dan
glukosa untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal tidak bisa dipenuhi oleh saline. Media penyimpanan ini tidak direkomendasikan jika gigi harus disimpan
selama satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.
d. Saliva Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu
yang sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mengatakan bahwa mendukung penggunaan saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu
cedera terjadi. Jika disimpan lebih dari 30 menit, maka dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah memiliki mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi berat pada akar gigi sehingga menimbulkan kematian pada sel-sel ligamen periodontal.
Beberapa penelitian menganjurkan bahwa menyimpan gigi di dalam mulut pasien saliva adalah baik untuk kelangsungan hidup ligamen periodontal. Gigi
tersebut dapat ditahan di vestibulum bukal atau di bawah lidah. Namun, cara tersebut dapat menimbulkan masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi atau kemungkinan
anak mengunyah giginya. Untuk menghindari masalah tersebut, saliva dapat dikumpulkan di dalam wadah kecil sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.
e. Air kelapa Cocos nucifera Pada umumnya, air kelapa dikenal sebagai Tree of Life, yaitu minuman alami
yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat
dari plasma ekstraseluler. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak
asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin dan tryptophan. Air kelapa unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelanggsungan hidup sel-sel
Universitas Sumatera Utara
ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin dan mineral. Air kelapa memiliki efektifitas yang menyerupai HBBS
dalam menjaga viabilitas sel. Selain memiliki osmolaritas yang lebih unggul dibandingkan HBBS, air kelapa juga lebih murah dan mudah tersedia, sehingga air
kelapa layak dianjurkan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Sebagai media penyimpanan, tidak dianjurkan untuk memakai air karena air
bersifat hipotonik dan konsentrasi larutannya tidak memiliki kecocokan untuk menyelamatkan sel yang ada di permukaan akar. Meletakkan gigi avulsi di saliva
dikeluarkan di dalam gelas atau di dalam vestibulum lebih baik daripada gigi tersebut diletakkan di dalam air karena saliva menjaga sel periodontal dalam waktu
kurang dari 30 menit.
2.3.5 Perawatan
Perawatan untuk avulsi gigi adalah dengan melakukan replantasi. Sebelum melakukan replantasi, sebaiknya soket dicuci dengan larutan saline supaya tetap
bersih.
4,19
Keberhasilan replantasi tergantung pada tenggang waktu antara terjadinya avulsi dengan replantasi, luas kerusakan ligamen periodontium, derajat kerusakan
alveolar, dan efektivitas stabilisasi. Faktor waktu sangat menentukan keberhasilan replantasi. Keberhasilan itu dapat dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya
dilakukan tidak lebih dari 30 menit sesudah terjadi cedera. Jika lebih dari 2 jam, maka resorbsi akar hampir tidak terhindarkan lagi.
20
Bila avulsi pada gigi terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit, perawatan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah
dengan pengembalian gigi yang avulsi serta mengembalikan stabilisasi gigi tersebut namun bila lebih dari 30 menit maka perawatan saluran akar dan splinting harus
dilakukan.
21
Dalam keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional, misalnya memasukkan gigi kembali yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien.
Secara biologis kondisi ligamen periodontium dan sementum sangat rawan jika dikaitkan dengan perlekatan kembali. Apabila ligamen periodontium mengalami
cedera atau ada sementum yang terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis
Universitas Sumatera Utara
fusi antara tulang dan sementum. Perbaikan suplai vaskular pulpa tidak dimungkinkan lagi, tetapi masih ada kesempatan jika apeks dalam keadaan terbuka.
Selain itu, pemeriksaan klinis dan radiografis dapat dilakukan untuk mendeteksi nekrosis pulpa pada gigi yang ditanam kembali karena dapat menyebabkan terjadinya
radang dan mengganggu perlekatan kembali atau dapat menimbulkan lesi periodontal atau periapikal.
20
Kondisi yang cocok untuk replantasi lebih sering ditemukan pada anak -anak, tetapi untuk gigi sulung sebaiknya tidak dilakukan replantasi. Kehilangan gigi sulung
prematur biasanya bukan hal yang serius. Selain itu, jika dilakukan replantasi gigi bisa menyebabkan resiko merusak gigi permanen penggantinya.
5,20
Terdapat tiga kemungkinan yang dilakukan ketika terjadi avulsi pada gigi, yaitu:
5
1. Meminta nasihat mengenai avulsi pertelepon, sehingga ada peluang untuk melakukan replantasi imediat dalam beberapa menit
2. Pasien dibawa ke tempat praktik dengan gigi sudah berada di luar soket kurang dari satu jam atau ditempatkan dalam media yang benar
3. Gigi sudah berada di luar soket lebih dari satu jam dan tidak disimpan di dalam media yang baik
2.3.5.1 Replantasi Segera
Jika dilakukan replantasi segera setelah avulsi, maka prognosisnya semakin baik. Ketika pasien avulsi datang ke praktik dokter gigi dengan kondisi giginya sudah
dimasukkan kembali di tempat cedera, hendaknya dokter gigi memeriksa baik secara klinik maupun radiologik untuk memeriksa hasil replantasi yang dilakukannya. Selain
itu, periksa juga cedera lain yang mungkin terjadi pada gigi tetangga atau antagonisnya dan stabilitas serta letak gigi yang direplantasikan tersebut.
5
2.3.5.2 Replantasi dalam Waktu Satu Jam Setelah Avulsi
Jika replantasi imediat tidak bisa dilakukan, maka pasien dapat dibawa ke klinik. Media transport terbaik yang digunakan adalah salin fisiologis. Jika salin
Universitas Sumatera Utara
fisiologis tidak tersedia, maka pasien dapat menggunakan susu sebagai alternatif yang sangat baik. Selain itu, pasien juga dapat menggunakan saliva sebagai media
transportasi sementara air tidak bisa digunakan karena air tidak bisa mempertahankan kevitalan sel permukaan akar.
5
Ketika pasien tiba di klinik:
5
1. Gigi diletakkan pada cawan yang berisi salin fisiologis 2. Segera lakukan rontgen pada daerah yang terkena cedera untuk melihat
apakah ada fraktur alveolus atau tidak 3. Lokasi avulsi diperiksa dengan saksama untuk mengetahui ada-tidaknya
serpihan tulang yang harus dibuang. Jika alveolusnya telah runtuh maka soket dikuakkan dengan instrumen.
4. Soket diirigasi dengan menggunakan salin untuk membuang koagulum yang terkontaminasi. Lakukan dengan hati-hati.
5. Pada cawan salin, mahkota gigi diangkat dengan menggunakan tang ekstraksi agar akarnya tidak terkena
6. Periksa gigi apakah masih mengandung debris, jika masih ada bersihkan dengan menggunakan kasa yang dibasahi salin
7. Masukkan kembali gigi ke dalam soketnya. Setelah sebagian sudah masuk, teruskan dengan menekannya perlahan-lahan dengan jari atau pasien disuruh
menggigit kasa sampai giginya kembali ke posisi semula. 8. Ketepatan letak gigi dalam lengkung diperiksa dan koreksi jika ada yang
mengganjal. Luka-luka di jaringan lunak dijahit, terutama di bagian servikal. 9. Gigi distabilkan selama 1 sampai 2 minggu dengan splin
10. Dianjurkan untuk memberikan antibiotik kepada pasien dengan dosis yang sama seperti untuk infeksi mulut yang ringan sampai moderat. Injeksi tetanus
penguatan juga dianjurkan jika pemberian tetanus terakhir dilakuakn lebih dari 5 tahun yang lalu.
11. Pasien diberikan perawatan penunjang. Diet lunak dan analgesik diberikan sesuai dengan keperluan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5.3 Replantasi Lebih dari Satu Jam Setelah Avulsi
Jika gigi telah berada di luar soket lebih dari satu jam dan tidak terjaga kebasahannya dalam medium yang sesuai, maka sel dan serabut ligamen
periodontium tidak akan bertahan hidup. Oleh karena itu, dapat dilakukan perawatan sebelum replantasi meliputi pemberian fluor pada permukaan akar untuk mengurangi
melambatkan proses resorpsinya.
5
Ketika pasien tiba di klinik:
5
1. Periksalah daerah avulsi dan periksa juga gambaran radiografinya untuk melihat ada-tidaknya fraktur alveolus.
2. Bersihkan debris yang melekat pada permukaan gigi. 3. Celupkan gigi ke dalam larutan NaF 2,4 diasamkan sampai pH 5,5
selama 5-20 menit. 4. Ekstirpasi pulpa dan saluran akarnya dibersihkan, dibentuk dan diobturasi
seraya giginya dipegang memakai kasa yang dibasahi fluor. 5. Bersihkan soket alveolus dari bekuan darah dengan menyedotnya secara
hati-hati. Kemudian soketnya diirigasi dengan salin. Mungkin perlu untuk dianestesi terlebih dahulu.
6. Replantasikan gigi dengan hati-hati ke dalam soketnya, letakkan dengan tepat di lengkungnya dan kontaknya.
7. Pasang splin pada gigi untuk 3 sampai 6 minggu.
2.3.6 Replantasi Avulsi Gigi
Penyebab utama dari kegagalan replantasi avulsi gigi adalah resorpsi akar, yang sering diikuti oleh ankilosis. Menurut Andreasen dan Hjorting-Hansen, terdapat
3 jenis resorpsi yaitu:
5,22
a. Resorpsi permukaan: pemeriksaan mikroskopik pada gigi yang telah direplantasi mengungkapkan bahwa adanya lakuna resorpsi di dalam sementum. Hal
ini biasanya tidak terlihat dalam radiograf. Resorpsi ini direparasi dengan deposisi sementum yang mencerminkan adanya penyembuhan.
Universitas Sumatera Utara
b. Resorpsi inflamasi: resorpsi ini terjadi sebagai suatu respon terhadap keberadaan pulpa nekrosis yang terinfeksi bersama-sama dengan cedera pada ligamen
periodontium. Resorpsi ini terjadi pada gigi yang direplantasi serta pada cedera luksasi yang lain. Resorpsi biasanya mereda setelah pulpa nekrosisnya dibuang,
sehingga prognosisnya menjadi baik. c. Resorpsi penggantian: yang terjadi pada resorpsi ini adalah struktur gigi
diresorpsi dan digantikan oleh tulang. Proses tersebut adalah ankilosis, dimana terjadinya penyatuan tulang secara langsung pada permukaan gigi. Karakter ankilosis
adalah tidak mempunyai mobilitas fisiologis, tidak bisa bererupsi seperti gigi tetangganya dan adanya bunyi logam yang solid ketika gigi diperkusi.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan dan
Penatalaksanaan Definisi
Etiologi Gambaran Klinis
Penatalaksanaan
Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dan penatalaksanaan guru-
guru SD di Kecamatan Medan Selayang terhadap gigi avulsi?
Trauma Dental
Fraktur Enamel
Cedera luksasi
Fraktur mahkota
Pulpa Terbuka
Fraktur mahkota
Pulpa Tertutup
Avulsi Fraktur
mahkota -akar
Fraktur akar
Fraktur prosesus
alveolaris
Universitas Sumatera Utara