PEMBAHASAN Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

BAB 5 PEMBAHASAN

Penggunaan pesawat ortodonti cekat saat ini banyak digunakan di masyarakat luas termasuk kalangan remaja untuk mengoreksi masalah oklusi, namun masih banyak yang belum menyadari risiko penggunaan pesawat ortodonti cekat seperti masalah kebersihan mulut. 29 Salah satu indikator kebersihan mulut dapat dilihat dari skor indeks plak. Skor indeks plak didapat dengan cara mengukur akumulasi dan retensi plak gigi berdasarkan indeks tertentu. Penggunaan pesawat ortodonti cekat memudahkan terjadinya akumulasi plak pada gigi. Hal tersebut disebabkan karena pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga menyulitkan dalam pembersihan gigi dan memudahkan terjadinya penumpukan plak terutama di daerah braket. Biomaterial yang digunakan juga memberikan permukaan tambahan bagi banyak mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut menempel pada biofilm dan terjadinya akumulasi dan retensi dari plak gigi. 29-31 Adanya akumulasi dan retensi plak gigi yang dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya pembentukkan kalkulus, karies, peradangan pada gingiva dan jaringan periodontal. Mudahnya terjadi retensi dan akumulasi plak gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat memerlukan perhatian yang lebih dalam menjaga status kebersihan mulutnya, terlebih lagi pada usia remaja. Penggunaan pesawat ortodonti cekat pada usia remaja memungkinkan peningkatan risiko akibat kontrol plak yang buruk. Oleh karena itu, edukasi dan kontrol plak sangatlah penting pada perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat. 32,33 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan indeks plak dan melihat ada tidaknya perbedaan signifikan pada skor indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur skor indeks plak dengan menggunakan indeks PHP-M dan sebelumnya subjek penelitian diminta untuk menggosok gigi terlebih dahulu. Pemeriksaan skor plak dilakukan oleh satu orang operator. Universitas Sumatera Utara Subjek penelitian adalah usia remaja yaitu murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan pengguna pesawat ortodonti cekat yang memenuhi kriteria. Adapun kriterianya yaitu sedang memakai pesawat ortodonti cekat rahang atas dan rahang bawah serta telah memakainya lebih dari satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks plak murid SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04 dan SMA Negeri 1 Medan 1,84. Rata-rata skor indeks plak kedua sekolah tersebut menunjukkan status kebersihan mulut kategori sedang tabel 5. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Cantekin, dkk., pada anak remaja di Turki yang menyatakan bahwa kategori status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat pada anak remaja adalah sedang. Adapun skor plak rata-rata dengan menggunakan indeks plak Loe and Silness pada penelitian tersebut adalah 1,02 yang merupakan kategori status kebersihan mulut sedang. 16 Hasil penelitian tersebut sejalan pula dengan penelitian Hagg, dkk., pada anak remaja pengguna pesawat ortodonti cekat yang mendapat skor indeks plak 1,25 dan tergolong memiliki status kebersihan mulut sedang. 12 Penelitian tersebut mendekati hasil penelitian Mardianto pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013, yaitu pengguna pesawat ortodonti cekat memiliki status kebersihan mulut baik sebesar 10, 75 sedang, dan 15 buruk. 34 Mendekati juga penelitian Sanjaya di Surakarta yang mendapatkan hasil sebesar 76,47 memiliki status kebersihan mulut sedang, 23,52 buruk, dan tidak terdapat subjek penelitian dengan status kebersihan mulut baik. 35 Distribusi status kebersihan mulut pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan menunjukkan kategori sedang hingga baik. Hasil pemeriksaan indeks plak menunjukkan bahwa pada murid laki-laki SMA Swasta Harapan 1 Medan memiliki status kebersihan mulut baik 28,57 dan sedang 71,43, sedangkan pada murid perempuan sebanyak 50 memiliki kebersihan mulut baik dan sedang 50. Pada murid laki-laki SMA Negeri 1 Medan sebanyak 33,33 memiliki status kebersihan mulut baik dan sedang 66,67, sedangkan pada murid perempuan SMA Negeri 1 Medan sebanyak 58,33 memiliki status kebersihan mulut baik dan sedang 41,67 tabel7. Hal tersebut mendekati penelitian Munzirah di Banda Aceh yang melihat gambaran status kebersihan mulut pada anak remaja. Pada penelitian tersebut Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa status kebersihan mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat termasuk kategori buruk hingga baik. 28 Adapun hasil yang didapat yaitu status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat yang dipasang oleh dokter gigi spesialis ortodonti adalah baik 62,5, sedang 6,25, dan buruk 31,25. Subjek yang memasang di dokter gigi umum memiliki status kebersihan mulut baik 24,4, sedang 40, dan buruk 35,6, serta subjek yang memasang di selain dokter gigi adalah baik 16,7, sedang 33,3, dan buruk 50. 28 Pada hasil penelitian tidak didapatkan murid dengan status kebersihan mulut buruk. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang baik sehingga pemasangan pesawat ortodonti cekat hanya dilakukan di dokter gigi spesialis ortodonti dan dokter gigi umum. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Kwan pada anak remaja di Hongkong yang menyatakan bahwa sosial ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat dimana anak dengan sosial ekonomi rendah memiliki peningkatan indeks plak yang lebih signifikan. 12 Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian Hansu, Anindita, dan Mariati yang menyatakan bahwa sosial ekonomi berpengaruh terhadap status kebersihan mulut karena orang dengan sosial ekonomi tinggi memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi dalam hal perawatan lebih baik dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang menunjang. 36 Hal serupa juga dikemukakan oleh Rumampuk, Anindita, dan Mintjelungan pada penelitian di SMP Bitung dimana sosial ekonomi baik dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi. 37 Pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan. Adanya pengetahuan yang baik tentang kesehatan dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut. Sehingga orang tua lebih peduli dan ikut serta dalam program perawatan pesawat ortodonti cekat pada anak. 36,38,39 Status kebersihan rongga mulut berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada tabel 8. Pada penelitian diperoleh hasil bahwa pada SMA Swasta Harapan 1 Medan dengan jenjang Universitas Sumatera Utara pendidikan terakhir orang tua SMP SMA D1 D2 D3 sebesar 37,50 anak memiliki status kebersihan mulut baik dan 62,50 memiliki status kebersihan mulut sedang, sedangkan pada pendidikan terakhir orang tua S1 S2 S3 sebesar 40,91 memiliki status kebersihan mulut baik dan 59,09 memiliki status kebersihan mulut sedang. Pada SMA Negeri 1 Medan dengan jenjang pendidikan terakhir orang tua SMP SMA D1 D2 D3 sebesar 50 anak memiliki status kebersihan mulut baik dan 50 memiliki status kebersihan mulut sedang, sedangkan pada orang tua dengan pendidikan terakhir S1 S2 S3 sebesar 30,77 memiliki status kebersihan mulut baik dan 69,23 memiliki status kebersihan mulut sedang. Tidak ada satupun dari kedua sekolah yang memiliki status kebersihan mulut buruk. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap status kebersihan mulut. Namun, pengetahuan yang ada belum diaplikasikan secara maksimal untuk menjaga status kebersihan rongga mulut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulianti dan Muhlisin yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan status kebersihan rongga mulut yang selanjutnya dapat menyebabkan karies gigi. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil sebanyak 92,9 pendidikan orang tua adalah SMP SMA D1 D2 D3, sedangkan S1 S2 S3 sebesar 7,1. Adapun status kebersihan mulut anak yang diperoleh adalah 70 anak terdapat karies dan 30 tidak terdapat karies. 40 Riyanti tahun 2005 menyatakan bahwa pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku anak dalam menjaga kebersihan mulut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. 41 Penelitian ini sependapat dengan penelitian Horas tahun 2005 dimana adanya hubungan antara karakteristik orang tua tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengetahuan dengan pengalaman karies gigi pada anak. 42 Penelitian Tantursyah tahun 2009 menjelaskan bahwa pada anak-anak, pengaruh dari orang tua sangat kuat. Pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh yang cukup signifikan pada anak. 43 Hal tersebut sedikit berbeda dengan penelitian Mardianto yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan status kebersihan mulut. 34 Universitas Sumatera Utara Kontrol rutin ke dokter gigi juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi status kebersihan rongga mulut. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan yang melakukan kontrol rutin ke dokter gigi bulan saat penelitian dan satu bulan sebelum penelitian memiliki status kebersihan mulut baik lebih banyak dibanding pengguna pesawat ortodonti cekat yang melakukan kontrol rutin ke dokter gigi 3 - 6 bulan sebelum penelitian atau lebih dari 6 bulan Tabel 9. Hal tersebut berarti bahwa kontrol rutin ke dokter gigi penting dilakukan untuk menjaga status kebersihan rongga mulut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Ackerman, dkk., yaitu penting melakukan kontrol rutin ke dokter gigi selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat untuk mengevaluasi perawatan dan juga tetap menjaga status kebersihan mulut. 44 Menurut Mantiri, Wowor, dan Anindita dokter gigi berperan dalam memberikan instruksi dan motivasi selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat. Hal serupa juga dikemukakan oleh penelitian Wulandari tahun 2012 di RSGMP Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa dorongan motivasi yang diberikan oleh dokter gigi pada pengguna alat ortodonti cekat menyebabkan penurunan jumlah plak pada pasien pengguna pesawat ortodonti cekat. 4,45 Pada saat melakukan kontrol rutin ke dokter gigi juga dilakukan kontrol kebersihan mulut dan diberikan motivasi serta instruksi dalam menjaga status kebersihan mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Ahli ortodonti dan staf dapat terus memotivasi dan memberikan instruksi kepada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya. Program dalam kebersihan rongga mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat menjadi tanggung jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. 38,45-47 Motivasi dan instruksi secara terus menerus dalam menjaga status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat pada usia remaja khususnya murid SMA sangat penting untuk dilakukan karena pada usia tersebut kesadaran anak dalam menjaga status kebersihan rongga mulut masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena secara psikologi alasan yang melatarbelakangi penggunaan pesawat ortodonti cekat adalah keinginan untuk mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar dan bukan menitikberatkan pada fungsi dari pesawat ortodonti cekat itu sendiri. 6,7 Namun, murid Universitas Sumatera Utara SMA pengguna pesawat ortodonti cekat memiliki kesadaran dalam menjaga status kebersihan rongga mulut yang lebih baik daripada murid SMP. Hal ini disebabkan karena murid SMA berada pada usia akhir remaja dan menuju usia dewasa muda sehingga secara psikologi lebih matang, pengetahuan mengenai kebersihan rongga mulut lebih baik, dan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut pun menjadi lebih baik. Murid SMA juga dianggap lebih mudah menyerap instruksi yang diberikan oleh dokter gigi. 39 Jenis sikat gigi yang digunakan juga berpengaruh dalam menyingkirkan plak gigi sehingga status kebersihan mulut dapat dijaga. Pada penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 60 murid SMA Swasta Harapan 1 dan 63,3 murid SMA Negeri 1 Medan belum menggunakan jenis sikat gigi khusus ortodonti dan masih menggunakan jenis sikat gigi konvensional. Pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga membutuhkan sikat gigi khusus ortodonti yang mampu menyesuaikan dengan desain tersebut. Berdasarkan penelitian Sukmawati pada mahasiswa FKG USU diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan indeks plak dengan menggunakan sikat gigi khusus ortodonti dan sikat gigi konvensional pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Adapun penurunan indeks plaknya adalah sebesar 2,96 untuk sikat gigi khusus ortodonti dan 2,07 untuk sikat gigi konvensional. 1 Penelitian Wati juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi khusus ortodonti. 48 Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Winatha dimana didapatkan hasil bahwa penggunaan sikat gigi khusus ortodonti mampu menurunkan skor indeks plak yang lebih baik daripada sikat gigi konvensional. Pada penelitian tersebut pemakaian sikat gigi khusus ortodonti mampu menurunkan rerata skor indeks plak sebesar 1,49, sedangkan sikat gigi konvensional mampu menurunkan skor indeks plak sebesar 1,16. 49 Uji t tidak berpasangan pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan secara statistik pada skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan Tabel 12. Hal ini mungkin disebabkan karena SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan memiliki Universitas Sumatera Utara tingkat ekonomi dan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut, baik jadwal kontrol rutin maupun kebiasaan sehari-hari yang tidak jauh berbeda Lampiran 8. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN