Pembentukan Plak Gigi Perawatan Ortodonti

2.2.3 Pembentukan Plak Gigi

Pola pengembangan plak mencakup tiga fase: 19 1. Perlekatan bakteri pada permukaan padat gigi 2. Pembentukan mikro koloni pada permukaan gigi 3. Pematangan plak subgingiva Pembentukan plak diawali dengan fase pembentukan pelikel, yaitu selapis tipis bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit di permukaan gigi yang bersih. Selanjutnya dalam beberapa jam terjadi perlekatan dimana bakteri melekat pada pelikel dan lapisan lendir terbentuk di sekitar perlekatan bakteri tersebut. Selanjutnya terbentuk plak supragingiva muda yang terdiri dari bakteri berbentuk batang dan kokus gram positif, serta beberapa bakteri berbentuk batang dan kokus gram negatif. Pada plak supragingiva tua terdapat peningkatan presentasi bakteri anaerob gram negatif. Plak supra gingival dapat berkembang menjadi pembentukan plak subgingiva yang kebanyakan terdapat bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif berbentuk batang dan kokus. 19 Bakteri melekat pada gigi dibantu oleh mukus. Lapisan mukus ini bening dan sangat tipis, sehingga terkadang tidak disadari bahwa mukus telah dipenuhi oleh bakteri dan telah menjelma menjadi plak gigi. Adanya plak pada gigi mempermudah melekatnya sisa makanan. Sisa makanan yang menempel pada plak gigi adalah energi bagi bakteri di mulut untuk menciptakan lubang gigi. 17 Terdapat berbagai tipe bakteri yang hidup di dalam rongga mulut, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan membentuk koloni pada permukaan gigi dan membentuk plak secara berkesinambungan. Plak yang tipis dapat berada pada daerah pit dan fisura gigi, permukaan licin mahkota gigi, daerah permukaan interproksimal, pada permukaan restorasi gigi, serta pada mahkota tiruan.

12, 14-15

Pembentukan plak sangat dipengaruhi oleh bakteri. Streptokokus merupakan spesies bakteri pertama yang melekat pada gigi dan memulai terbentuknya plak. Beberapa spesies lain secara progresif juga menginfiltrasi plak dan beberapa hari setelah terjadinya pertumbuhan bakteri akan terlihat bahwa yang lebih dominan adalah basil negatif. Mikroorganisme yang paling bersifat kariogenik adalah Universitas Sumatera Utara golongan Streptokokus, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus, dan Lactobacillus. Organisme-organisme tersebut tidak hanya memproduksi asam organik secara cepat dari refined carbohydrates yang dikenal sebagai asidogenik, mereka juga mempunyai kemampuan menghasilkan suasana asam tinggi yang disebut sebagai “asidurik”. Streptococcus sobrinus merupakan produsen asam paling cepat. Lactobacillus adalah mikroorganisme yang secara khusus dikenal sebagai penyumbang suasana asam dan merupakan salah satu organisme penyebab karies dentin. Polisakarida yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans dan bakteri lainnya merupakan penyumbang perlekatan pada gigi melalui pelikel dan akan menyebabkan metabolisme karbohidrat oleh bakteri pada saat sumber diet telah mencapai kejenuhan. 13,20-22 Metabolisme bakteri dari refined carbohydrate dengan tingkat yang tinggi pada plak di permukaan gigi dapat menyebabkan penurunan pH sebanyak 2 - 4 poin. Derajat penurunan pH tergantung pada ketebalan plak, jumlah dan gabungan bakteria yang terdapat pada plak, serta efisiensi kemampuan buffer saliva. Pemulihan pH pada kondisi normal berlangsung dalam waktu 20 menit dan pada beberapa pasien dapat berlangsung hingga beberapa jam. Semakin lama pemulihan pH menuju kodisi normal, semakin besar kemungkinan terjadi karies gigi. Aliran saliva yang sangat tinggi dapat mengembalikan pH sampai sisa makanan benar-benar telah hilang dalam rongga mulut. 13 Pembentukan plak gigi tidak dapat dicegah karena akan selalu ada dan terbentuk lagi. Hal yang perlu dilakukan adalah mengontrol agar jumlah plak tidak terlalu banyak. Menyikat gigi merupakan salah satu proses meminimalkan keberadaan plak untuk sementara sehingga tidak banyak sisa makanan yang dapat menempel di gigi. 12 Cara lainnya yaitu dengan menggunakan benang gigi, penggunaan bahan kimia Klorheksidin dan memantau keberadaan plak dengan menggunakan disclosing solution atau cairan pewarna plak gigi. 23 Universitas Sumatera Utara

2.3 Indeks Plak

Banyak indeks yang dapat digunakan untuk mengukur indeks plak, diantaranya adalah indeks plak oleh Loe and Silness, indeks plak oleh O’Leary, indeks Plaque Formation Rate PFRI, indeks Oral Hygiene dan indeks Oral Higiene Simplified OHI dan OHIS, indeks Oral Rating ORI, indeks Patient Hygiene Performance PHP oleh Podshadley and Haley, dan Personal Hygiene Performance-Modified PHP-M oleh Martin dan Meskin. 14 Indeks plak oleh Loe and Silness tahun 1964 diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingival. Indeks plak Loe and Silness dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa pada empat permukaan gigi, yaitu permukaan mesial, distal, lingual, dan fasial. Selanjutnya skor dihitung, bila skor berkisar 0 - 1 dikategorikan baik, 1,1 - 1,2 sedang, dan 2,1 - 3 buruk. 14 Tabel 1. Kriteria penilaian indeks plak Loe and Silness. 14 KODE KRITERIA Tidak ada plak pada gingiva 1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingival di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga. 2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingival dan pada margin gingival dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung. 3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan atau pada margin dan permukaan gigi tetangga. Indeks Oral Hygiene dan indeks Oral Hygiene Simplified OHI dan OHIS merupakan indeks yang banyak digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, Universitas Sumatera Utara 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang diperiksa permukaan bukalnya, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus. Skor 0 - 1,2 dikategorikan baik, 1,3 - 3,0 kategori sedang dan 3,1 - 6 kategori buruk. 14 Tabel 2. Cara pemberian skor untuk OHI dan OHIS. 14 1. Skor Debris KODE KRITERIA Tidak ada debris atau stein 1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut. 2 Debris lunak menutupi lebih dari 13 tapi kurang dari 23 permukaan gigi 3 Debris lunak menutupi lebih dari 23 permukaan gigi 2. Skor Kalkulus KODE KRITERIA Tidak ada kalkulus 1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi yang terkena 2 Kalkulus supra gingival menutupi lebih dari 13 tetapi tidak lebih dari 23 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa flek di sekeliling gigi. 3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 23 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi. Indeks Patient Hygiene Performance PHP yang dikeluarkan oleh Podshadley AG dan Haley JV pada tahun 1968 mengukur skor indeks plak dari kedua permukaan gigi yaitu bukal dan lingualpalatal sedangkan Personal Hygiene Universitas Sumatera Utara Performance-Modified PHP-M adalah indeks plak yang diindikasikan untuk pengguna pesawat ortodonti cekat. 1 Indeks Personal Hygiene Performance-Modified PHP-M dari Martin dan Meskin tahun 1972, merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index PHP dari Podshadley dan Haley tahun 1968. Indeks PHP-M digunakan untuk mengukur plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Pemeriksaan plak menggunakan indeks PHP-M dibantu dengan mengoleskan disclosing solution. Gigi yang dilakukan pemeriksaan pada metode PHP-M ini adalah gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah. 1, 13-14 Pada bagian yang terdapat plak diberi skor 1, daerah yang tidak ada plak diberi skor 0. Daerah yang terdapat braket tidak dihitung. Selanjutnya skor indeks plak dihitung dengan cara jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa. 1 Gambar 3. Permukaan gigi yang diperiksa. 1 Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak. 4 KODE KRITERIA Sangat Baik 0,1-1,7 Baik 1,8-3,4 Sedang 3,5-5,0 Buruk

2.4 Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak

Pesawat ortodonti cekat adalah perawatan yang digunakan untuk mengembalikan posisi gigi agar berfungsi secara optimal dan mencapai fungsi estetika. Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tiap pasien yang menjalani perawatan harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebersihan mulut. Pesawat ortodonti cekat mengakibatkan akumulasi plak yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroba menjadi meningkat dan perubahan komposisi dari mikrobial. Hal ini disebabkan karena pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga menyulitkan dalam pembersihan gigi. 1 Plak yang menumpuk menyebabkan terjadinya karies gigi dan gingivitis yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadi kerusakan pada jaringan periodontal. Penggunaan pesawat ortodonti cekat juga meningkatkan terjadinya traumatik ulser yang diakibatkan oleh komponen pesawat ortodonti cekat. Iritasi oral dan ulser biasanya terjadi di sekitar braket, clasp, dan band. Traumatik ulser tersebut menyebabkan pengguna pesawat ortodonti cekat menjadi malas untuk membersihkan gigi dan mulut karena sakit yang ditimbulkannya. Apabila dibiarkan dapat menyebabkan peningkatan jumlah plak. 1 Sikap pengguna pesawat ortodonti cekat terutama pada usia remaja juga berpengaruh. Psikologi anak remaja yang ingin terlihat menarik dengan menggunakan pesawat ortodonti cekat tidak didukung dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut. Hal ini disebabkan karena remaja kurang mempunyai Universitas Sumatera Utara kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut dan kurang mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan oleh plak yang menumpuk. Metode untuk menjaga kebersihan rongga mulut yang tepat seharusnya diajarkan dan ditekankan kepada pasien saat pemasangan pesawat ortodonti cekat. Instruksi dalam menjaga kebersihan rongga mulut juga harus diberikan selama perawatan pada saat kunjungan berkala. 5 Selama perawatan pasien juga dianjurkan untuk memeriksakan kondisi periodontal agar penyakit periodontal dapat terdeteksi sedini mungkin. Selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat perlu dilakukan tindakan pencegahan penumpukan plak sehingga didapatkan kebersihan rongga mulut yang baik. Beberapa tindakan pencegahan penumpukan plak dapat dilakukan, seperti menyikat gigi secara teratur, berkumur, dan kontrol berkala ke dokter gigi. Kontrol berkala saat perawatan ortodonti mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit periodonsium. Kebersihan rongga mulut ini menjadi tanggung jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. Dokter gigi harus memotivasi dan memberikan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut. Data terbaru menyatakan bahwa individu yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga kebersihan rongga mulut mempunyai dampak yang lebih baik terhadap penyakit periodontal. 24

2.5 Remaja

Dalam dunia psikologi pertumbuhan masa remaja banyak menarik perhatian para ahli. Bahkan para ahli di bidang lain juga tertarik untuk meneliti tentang masa remaja, misalnya, bidang antropologi, kedokteran, dan kedokteran gigi. Masa remaja telah dipelajari sejak jaman dahulu oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah Aristoteles yang menggambarkan perkembangan pubertas berdasarkan perubahan jasmaniah, Rousseau mengemukakan bahwa masa pubertas adalah masa perkembangan yang penting, dan Herbart pada awal abad ke 19 mengatakan bahwa umur 10 - 17 tahun dianggap sebagai masa yang penting dalam pendidikan disiplin, dan perkembangan individu bukan saja rekapitulasi pilogenis tetapi juga rekapitulasi kultural. Teori lama menyebutkan bahwa masa remaja dianggap sebagai Sturn und Drunk, strorm and stress, yaitu semacam badai topan. Para psikologi modern Universitas Sumatera Utara menyelidiki masa remaja dalam relasi antara umur dengan berbagai tingkah laku karakteristik, seperti perkembangan emosi, kepribadian, dan intelektual. 6 Secara umum masa remaja atau adolesen adalah salah satu fase perkembangan hidup manusia ketika seorang individu yang belum dewasa dalam umur belasan tahun mencapai kulminasi pertumbuhan jasmani dan mental. Masa remaja juga dikatakan sebagai masa perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar umur 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada umur 18 hingga 21 tahun. 5-6 Secara biologis dan kimiawi, pada masa remaja mulai tumbuh fungsi dari alat kelamin, yaitu mulai mengeluarkan kelenjar-kelenjar kelamin hormon genitalia yang mereproduksikan jenisnya. Pada masa remaja mulai tumbuh pubes, yaitu rambut-rambut tanda kedewasaan, misalnya kumis dan rambut genetalia. Oleh karena itu, masa itu disebut pubertas. Perubahan hormonal yang terjadi pada masa remaja bertanggung jawab atas sebagian naik turunnya emosi remaja. 5-6 Secara psikologi, oleh karena pertumbuhan dan perkembangan mental serta pengaruh hormon genetalia terhadap jasmani dan rohani, maka tingkah laku remaja bukan lagi sebagai anak-anak, akan tetapi sudah mengarah kepada tingkah laku orang dewasa. Secara sosiokultural, anak remaja mulai mengenal, menemukan dan dikenalkan kepada norma-norma atau nilai hidup orang dewasa serta belajar dan diajar untuk melaksanakannya. Anak remaja mencari dan diberi posisi atau status sosial dalam masyarakat. Perkembangan masa remaja tidaklah sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti etnis, budaya, sejarah, gender, sosial- ekonomi, dan gaya hidup yang bervariasi. 5-6 Berikut adalah karakteristik remaja antara lain: 5-6,8 1. Selama masa remaja terjadi perubahan yang cepat pada tubuh dan suatu gambaran ideal ideomatis mengenai bentuk tubuh yang dicita-citakan serta gerakan- gerakan motoris habitual pola tingkah laku, gaya, dan lagak. Anak remaja mengalami perasaan cinta yang lebih terhadap dirinya sendiri, seperti memuja akan ketampanan dan kecantikan diri sendiri. Universitas Sumatera Utara 2. Anak remaja membutuhkan, menemukan, dan mencari status sosialnya. Anak remaja sudah mempunyai idaman status sosial dalam masyarakatnya. Erikson tahun 1968 menyatakan gagasan tentang pembentukan identitas selama masa remaja. Remaja dinilai sebagai individu yang sedang mencari siapa diri mereka dan mencari tempat di dunia ini. 3. Adanya relasi dan interaksi dalam kelompok sehingga muncul perhatian terhadap lawan jenis. Oleh karena itu ada keinginan untuk menarik lawan jenis yang ia suka, salah satunya dengan memerhatikan penampilan. Pada masa ini juga timbul kesadaran akan penilaian terhadap dirinya. 4. Sosialitas anak remaja mulai berkembang ke arah sikap sosial yang sebenarnya. Namun, pada usia tersebut mereka mengalami kebingungan mengenai hal yang akan mereka anut. Kelompok sebaya memegang peran penting dalam hal ini. Universitas Sumatera Utara

2.7 KERANGKA TEORI

Skor Indeks Plak Patient Hygiene Performance PHP index modifikasi - Pengertian Plak Gigi - Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi - Pembentukan Plak Gigi Plak Gigi - Psikologi Remaja - Karakteristik Remaja Remaja - Braket a. Braket logam b. Braket transparan c. Braket Lingual - Band - Archwire - Elastik - O Ring - Power Chain Komponen Pengertian Pesawat Ortodonti Cekat Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak Universitas Sumatera Utara

2.8 KERANGKA KONSEP

- Pendidikan Orang tua - Pendapatan Orang tua - Kontrol rutin ke dokter gigi - Jenis sikat gigi Indeks Plak Pesawat Ortodonti Cekat Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif komparatif yaitu membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Selanjutnya membandingkan skor indeks plak pada kedua sampel tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Aula SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 - Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian