Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan

15 Gambar 4. Stasiun 3

3.5 Pengamatan dan Pengambilan Data Karang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Line Intercept Transect LIT. Metode ini digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dengan cara mencatat semua biota bentik yang ada di sepanjang garis transek COREMAP- LIPI, 2006. Pengambilan data karang dilakukan pada kedalaman 5-7m. Teknis pelaksanaan, penyelam meletakkan pita berskala roll meter sepanjang 70 meter sejajar dengan garis pantai dimana posisi pantai berada di sebelah kiri. Pengamatan LIT dilakukan pada titik transek yaitu 0-10 m, 30-40 m, 60-70 m, jarak antar transek yaitu 20 m. Semua biota karang yang menyinggung garis transek dicatat berdasarkan bentuk pertumbuhannya life form English et al., 1997 hingga ketelitian sentimeter. Kondisi dasar, patahan karang, kehadiran karang lunak, karang mati yang yang menyinggung garis transek juga dicatat. Dan untuk mempermudah pengambilan data dilakukan pendokumentasian dengan bantuan kamera bawah air.

3.6 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan

Parameter fisik kimia lingkungan yang dianalisis adalah parameter yang berpengaruh dan sebagai faktor pembatas terumbu karang. Beberapa parameter 16 yang dianalisis adalah suhu, pH, intensitas cahaya, salinitas, DO, BOD 5 , Total Suspended Solid, Total Dissolved Solid .

3.6.1 Suhu

Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa yang berskala 0-100 . Termometer dimasukkan ke dalam air dan dibiarkan selama beberapa menit sampai menunjukkan skala yang konstan lalu dibaca skala yang tertera pada termometer tersebut

3.6.2 Derajat Keasaman pH

Pengukuran pH derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH meter dimasukkan ke dalam air yang sebelumnya telah dikalibrasi pada pH netral pH = 7 selama beberapa menit kemudian dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.

3.6.3 Intensitas Cahaya

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan Luxmeter. Luxmeter diletakkan pada tempat terbuka untuk menangkap cahaya. Faktor pengali disesuaikan dengan intensitas cahaya yang diperoleh kemudian dicatat.

3.6.4 Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Diteteskan sampel air pada kaca refraktometer dengan menggunakan pipet tetes, kemudian ditutup dan dibaca skala yang tertera pada alat tersebut.

3.6.5 Oksigen Terlarut DO

Pengukuran oksigen terlarut DO diukur dengan menggunakan metode Winkler. Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol Winkler, kemudian ditetesi dengam MnSO 4 dan KOHKI masing-masing sebanyak 1 ml, dihomogenkan dan didiamkan selama beberapa saat sampai terbentuk endapan berwarna putih atau kecoklatan. Selanjutnya ditambahkan dengan 1 ml H 2 SO 4 lalu dihomogenkan sampai terbentuk endapan cokelat. Diambil sebanyak 100 ml sampel tersebut dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan 17 menggunakan Na 2 S 2 O 3 0,0125 N hingga berwarna kuning pucat. Selanjutnya ditetesi dengan 5 tetes amilum dihomogenkan hingga berwarna biru. Lalu dititrasi lagi dengan Na 2 S 2 O 3 0,125 N sampai air berwana bening. Jumlah Na 2 S 2 O 3 0,125 N yang terpakai menunjukkan kadar oksigen terlarut pada perairan tersebut Lampiran B.

3.6.6 Biochemical Oxygen Demand BOD

5 Pengukuran BOD 5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler, yaitu dengan cara mengukur DO air yang telah diinkubasi selama 5 hari sebagai DO akhir air. Nilai dari BOD 5 adalah hasil pengurangan dari nilai DO awal dengan nilai DO akhir air Lampiran C.

3.6.7 Total Suspended Solid TSS

Pengukuran Total Suspended Solid TSS dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Pengambilan air sampel diambil pada kedalaman pemasangan transek menggunakan Lamhnot. Selanjutnya dianalisa secara laboratorium di BTKLPP Kelas 1 Medan.

3.6.8 Total Dissolved Solid TDS

Pengukuran Total Dissolved Solid TDS dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Pengambilan air sampel diambil pada kedalaman pemasangan transek menggunakan Lamhnot. Selanjutnya dianalisa secara laboratorium Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Kelas 1 Medan. Selanjutnya pengukuran faktor fisik kimia beserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.6. 18 Tabel 3.6 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan Beserta Satuan dan AlatMetode yang digunakan No Parameter Satuan AlatMetode Tempat Pengukuran 1 Suhu C Termometer In-situ 2 pH - pHmeter In-situ 3 Intensitas Cahaya Candela Luxmete r In-situ 4 Salinitas ‰ Refraktometer In-situ 5 DO mgL Winkler In-situ 6 BOD 5 mgL Winkler Laboratorium 7 Total Suspended Solid mgL Gravimetri Laboratorium 8 Total Dissolved Solid mgL Gravimetri Laboratorium 3.7 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung persentase tutupan terumbu karang dan korelasi antara faktor fisik kimia perairan dengan persentase tutupan karang

3.7.1 Persentase Tutupan Karang

Persentase tutupan terumbu karang dapat dihitung dengan rumus dari English et al 1997 yaitu: Dimana L : Persentase tutupan karang Li : Panjang suatu kategori karang N : Luas Pengamatan Gomez dan Yap 1988 membagi kategori tutupan karang terbagi dalam 4 kategori yaitu: Kategori Buruk : 0 - 24,9 Kategori Sedang : 25 - 49,9 Kategori Baik : 50 - 74,9 Kategori Sangat Baik : 75 - 100 3.7.2 Analisis Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara faktor-fisik kimia perairan dengan persentase tutupan terumbu karang dilakukan uji korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS ver. 16. 19 Menurut Sugiyono 2005, interval korelasi dan tingkat hubungan antar faktor adalah sebagai berikut: a. Jika nilai = 0,00 – 0,199 : Tingkat hubungan sangat rendah b. Jika nilai = 0,20 - 0,399 : Tingkat hubungan rendah c. Jika nilai = 0,40 – 0,599 : Tingkat hubungan sedang d. Jika nilai = 0,60 – 0,799 : Tingkat hubungan kuat e. Jika nilai = 0,80 – 1,000 : Tingkat hubungan sangat kuat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persentase Tutupan Karang