BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentase Tutupan Karang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pulau Ungge persentase tutupan karang pada masing-masing stasiun penelitian seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persentase tutupan karang pada setiap stasiun penelitian.
No Bentuk Pertumbuhan
Kode Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Rata-rata A
Acropora
1 Acropora Branching
ACB
6.33 3.67
3.10 4.37
2 Acropora Digitate ACD
2.13 2.90
5.83 3.62
3 Acropora Encrusting
ACE
8.57 9.17
6.10 7.94
4 Acropora Submassive
ACS
7.27 6.93
5.77 6.66
5 Acropora Tabulate ACT
2.50 0.00
2.83 1.78
Sub total 26.80
22.67 23.63
24,37 B
Non-Acropora
1 Coral Branching CB
5.93 8.93
6.17 7.01
2 Coral Encrusting
CE
20.23 12.57
14.93 15.91
3 Coral Foliose
CF
4.70 0.97
6.83 4.17
4 Coral Massive CM
12.10 12.53
8.10 10.91
5 Coral Mushroom
CMR
3.00 2.17
3.77 2.98
6 Coral Submassive CS
0,73 2.73
4.20 2.56
7 Coral Millepora CME
1.13 0.00
1.63 0.92
8 Coral Heliopora
CHL
0.00 0.00
1.37 0.46
Sub Total 47.82
39.90 47.00
44.91 Total
74.63 62.57
70.63 69.28
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 3 stasiun diperoleh bahwa persentase tutupan karang pada stasiun 1 sebesar 74,63 , stasiun 2 sebesar
62,57, dan stasiun 3 dengan sebesar 70,63. Persentase tutupan karang hidup tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 74,63 sedangkan persentase tutupan
karang terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 62,57. Tingginya persentase tutupan karang pada stasiun 1 dan stasiun 3 disebabkan daerah ini masih alami
dan tidak banyak aktifitas manusia. Sedangkan pada stasiun 2, daerah ini merupakan dekat dengan dermaga dan merupakan jalur bagi perahu-perahu
nelayan yang ingin berlabuh untuk beristirahat di pulau ini. Menurut Westmacott et al.
2000, kerusakan pada ekosistem terumbu karang selain disebabkan oleh faktor alam juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia yang merusak
terumbu karang. Salah satu aktivitas manusia tersebut yakni penangkapan ikan
21 oleh nelayan, dimana pada saat menangkap ikan nelayan melabuhkan jangkar
kapal ke daerah yang terdapat terumbu karang. Selain itu menurut Supriharyono 2000 menyatakan bahwa kegiatan wisata bahari juga berpotensi untuk
menurunkan kualitas dan fungsi perairan yang mengakibatkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang.
Hasil penelitian persentase tutupan karang yang dilakukan pada 3 stasiun di Pulau Ungge tahun 2015 menunjukkan kondisi terumbu karang berada dalam
kategori baik. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata persentase secara keseluruhan tutupan karang adalah 69,28. Menurut Gomez Yap 1988 nilai persentase
tutupan karang pada kisaran 50 – 74,9 berada pada kategori baik. Penelitian dan monitoring persentase tutupan karang di sekitar perairan
desa Sitardas termasuk Pulau Ungge telah dilakukan oleh COREMAP 2004. Penelitian terakhir oleh Sirait 2009 mendapatkan nilai persentase tutupan karang
di Pulau Ungge sebesar 63,37. Hal ini menunjukkan bahwa persentase tutupan karang di Pulau Ungge dari tahun 2009 ke tahun 2015 terjadi peningkatan yaitu
dari 63,37 menjadi 69,28. Adanya kegiatan transplantasi karang yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tapanuli Tengah dan juga sosialiasi pentingnya ekosistem terumbu karang yang dilakukan oleh COREMAP kepada masyarakat memberikan dampak
positif terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pulau ini.
Gambar 5. Grafik Perbandingan Persentase Tutupan Bentuk Pertumbuhan
Karang Hidup
22 Persentase tutupan karang hidup ditunjukkan oleh persentase tutupan
karang Acropora dan non-Acropora. Persentase tutupan karang Acropora pada stasiun 1 sebesar 26,80, stasiun 2 sebesar 22,67 dan stasiun 3 sebesar 23,63.
Sedangkan persentase tutupan karang non-Acropora pada stasiun 1 sebesar 47,82, stasiun 2 sebesar 39,90, dan stasiun 3 sebesar 47,91 . Hasil ini
menunjukkan bahwa bentuk pertumbuhan karang hidup di perairan Pulau Ungge didominasi oleh karang non Acropora dengan rata-rata persentase tutupan sebesar
44,91 sedangkan rata-rata persentase tutupan karang Acropora adalah 24,37 . Hal ini disebabkan oleh faktor kekeruhan dan cahaya karena kedua faktor ini
saling berkaitan. Hasil penelitian Tuti et al. 2010 menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara tingkat kekeruhan dengan persentase tutupan karang di
Kepulauan Seribu yang didominasi oleh karang non Acropora. Kondisi perairan yang keruh menyebabkan tidak semua karang dapat tumbuh dengan baik. Hanya
jenis-jenis karang batu yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang mampu bertahan hidup. Banyaknya partikel dalam suatu perairan
mengindikasikan tingkat kekeruhan. Dalam hal ini akan mempengaruhi jumlah cahaya yang masuk ke dalam air. Menurut Kojis et al. 2006, kurangnya cahaya
pada karang Acropora akan mengakibatkan stress berupa berkurangngya kemampuan reproduksi karang Acropora sehingga mengakibatkan berkurangnya
jumlah koloni karang tersebut. Bentuk pertumbuhan kelompok Acropora dari masing-masing stasiun
penelitian didominasi oleh Acropora Encrusting ACE dan Acropora Submassive ACS. Rata-rata persentase tutupan Acropora Encrusting ACE dan Acropora
Submassive ACS masing-masing sebesar 7,94 dan 6.66. Selanjutnya bentuk
pertumbuhan Acropora Branching ACB dengan rata-rata persentase tutupan sebesar 4,37 dan Acropora Digitate ACD dengan rata-rata persentase tutupan
sebesar 3,62. Sedangkan bentuk pertumbuhan kelompok Acropora dengan rata- rata persentase tutupan terendah diperoleh pada Acropora Tabulate sebesar
1.78. Bentuk pertumbuhan kelompok non Acropora dari masing-masing stasiun
penelitian di Pulau Ungge didominasi oleh Coral Encrusting CE dan Coral Massive
CM. Rata-rata persentase tutupan Coral Encrusting CE sebesar 15,91
23 dan Coral Massive CM sebesar 10,91. Selanjutnya Coral Branching CB
sebesar 7,01 , Coral Foliose CF sebesar 4,17, Coral Mushroom CMR sebesar 2,98, Coral Submassive sebesar 2,56. Bentuk pertumbuhan dari
kelompok karang non Acropora dengan persentase tutupan terendah adalah Coral Millepora
CME sebesar 0,92 dan Coral Heliopora CHL sebesar 0,46. Menurut English et. al 1994, jenis karang yang dominan di suatu habitat
tergantung oleh lingkungan atau kondisi dimana karang tersebut hidup. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya,
hydrodinamis gelombang dan arus, ketersediaan makanan, sedimen, perairan
terbuka dan faktor genetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertumbuhan karang di Pulau Ungge didominasi oleh bentuk pertumbuhan yang
mengerak Encrusting. Hasil penelitian sebelumnya oleh Sirait 2009 juga memperoleh bahwa bentuk pertumbuhan mengerak Encrusting mendominasi di
perairan Pulau Ungge. Hal ini disebabkan karena Pulau Ungge termasuk perairan terbuka dan memilki arus yang cukup kuat. Menurut Supriharyono 2000,
tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang, dengan adanya kecenderungan semakin
besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak Encrusting.
4.2 Persentase Tutupan Kategori Dead Coral, Algae, Other Biota dan Abiotic