Sejarah dan Perkembangan Konflik 1 Sejarah Konflik

yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”. 37 Berdasarkan wawancara dengan Camat Aek Nabara Barumun, yaitu Bapak Drs. Pamonoran Siregar, sejarah konflik bisa dirunut mulai dari sejarah kepemilikan tanah seluas ±1500 Ha, di Kecamatan Aek Nabara Barumun oleh masyarakat yang berawal pada pertengahan tahun 2004 tepatnya pada bulan Juni. Pada saat itu seorang warga yang bekerja sebagai petani sedang membutuhkan lahan untuk pertanian dan perkebunan kemudian menjumpai Kepala Desa salah satu desa di Kecamatan Aek Nabara Barumun, yaitu Desa Sipagabu dan Desa Tobing Tinggi. Dalam pertemuan tersebut Kepala Desa kedua desa tersebut mengatakan bahwa ada lahan kosong yang bisa dijual. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan antara petani dan dari pihak penjual tanah, dan memastikan bahwa tanah tersebut adalah benar milik masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun dan tidak sedang dalam permasalahan atau sengketa, maka disetujuilah perjanjian jual beli antara petani tersebut dengan masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun. B. Sejarah dan Perkembangan Konflik B.1 Sejarah Konflik 38 Pada saat itu oleh Kepala Desa Tobing Tinggi yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Aek Nabara Barumun tersebut menegaskan bahwa tanah yang 37 Syaifuddin, 2010. Peluang Pengelolaan Hutan oleh Mukim dan Penyiapan Masyarakat Adat untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim. Governor’s Climate Forest, hal 1 38 Wawancara dilakukan tanggal 30 Juni 2014 di Kantor Camat Aek Nabara Barumun pukul 09.30 WIB Universitas Sumatera Utara dijual tersebut seluas 1500 Ha. merupakan milik masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun dan tidak dalam persoalan sengketa. Keterangan Kepala Desa ini disaksikan oleh perwakilan Camat Barumun Tengah pada saat itu Aek Nabara Barumun masih satu Kecamatan dengan Kecamatan Barumun Tengah, perwakilan dari Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan pada saat itu Kabupaten Padang Lawas belum terbentuk dan masih bersatu dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Petani membeli tanah tersebut seharga Rp. 850.000,00,- per hektar. Pada awalnya hanya sebanyak 35 kepala ke luarga saja yang berminat membeli tanah tersebut, tetapi pada perkembangannya bertambah menjadi 522 kepala keluarga. Para petani membeli tanah tersebut dengan tanda bukti berupa kw\uitansi dan akta PPAT pejabat pembuat akta tanah dari Camat dan surat tanda ganti rugi tanah. Pada transaksi pertama ini petani membeli tanah seluas 250 Ha. Namun karena banyaknya petani yang berminat bertambah menjadi ±1025 Ha. Dan seluruh transaksi jual-beli ini mempunyai tanda bukti yang sah dan tidak dilakukan secara ilegal karena dilakukan oleh pejabat yang berwenang yaitu camat. Petani pendatang yang membeli tanah tersebut juga disambut baik oleh masyarakat adat setempat. Pada tahun 2005 dilakukan acara adat yang cukup besar untuk menyatakan bahwa petani pendatang tersebut sudah resmi menjadi bagian dari masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun. Acara tersebut melegitimasi para petani tersebut untuk bisa menggunakan lahan yang mereka beli sebagai lahan pertanian. Universitas Sumatera Utara Permasalahan mulai muncul setelah PT. Suamtera Riang Lestari dan PT. Sumatera Sylva Lestari melakukan pengerusakan lahan pertanian milik petani tersebut dengan alasan atau dalih bahwa para petani atau masyarakat memiliki tanah tersebut secara ilegal dan tidak sah. Pihak PT juga mengklaim bahwa pihak mereka merupakan pihak yang ditunjuk pemerintah melalui Kementrian Kehutanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No.208MENHUT- II2007 tanggal 25 Mei 2007 tentang pemberian IUPHHK-HT atas areal hutan seluas ±67.230 Ha. yang terletak di Sumatera Utara 39 , PT SRL diberi hak untuk mengelola Hutan Tanaman Industri tersebut. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No.82Kpts-II2001 tanggal 15 Mei 2001 tentang pemberian IUPHHK-HTI seluas ±33..390 Ha. yang terletak di Sumatera Utara 40 , PT SSL diberikan hak untuk menjadi pengelola Hutan Tanaman Industri tersebut. 41 Berdasarkan jawaban klarifikasi Direksi PT SRL dan PT SSL atas pertanyaan Panitia Khusus DPRD Padang Lawas, masing-masing direksi menjawab bahwa perusahaan mereka bekerja sesuai dengan Surat Keputusan yang sudah diterbitkan oleh pemerintah tersebut. Dalam klarisfikasi tersebut, kedua direksi dari perusahaan menegaskan bahwa perusahaan mereka sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 42 39 Jumlah luas asli berdasarkan SK Menteri adalah ±215.305, tersebar didaerah Provinsi Riau dan Sumatera Utara. 40 Jumlah luas asli berdasarkan SK Menteri adalah ±42.530 Ha. 41 Lihat Lampiran Klarifikasi PT SRL dan PT SSL atas Pertanyaan Pansus DPRD Padang Lawas 42 Lihat Lampiran Klarifikasi atas Pertanyaan Pansus DPRD Padang Lawas kepada PT SRL dan PT SSL Universitas Sumatera Utara Tumpang tindih perundang-undangan inilah yang kemudian menjadi penyebab utama terjadinya konflik sengketa lahan antara pihak PT dengan masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun. Masyarakat disatu sisi menganggap tanah tersebut telah mereka beli dengan prosedur dan cara yang sah, sementara di pihak lain, pihak PT merasa bahwa mereka berhak atas pengelolaan tanah tersebut karena memiliki mandat dari Kementrian Kehutanan. Pada perkembangan proses penyelesain konflik ini pun, permasalahan tumpang tindih tersebut adalah permasalahan pokok dari konflik ini dan paling sulit ditemukan titik temu antara kedua belah pihak. Masyarakat juga berpendapat bahwa tanah tersebut merupakan warisan dari leluhur mereka dan sudah mereka miliki sejak lama bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat juga beranggapan bahwa Undang-undang dasar telah mengamanatkan bahwa bumi air dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah milik negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka sudah seharusnya rakyatlah yang menikmati tanah dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, bukannya justru perusahaan yang bahkan bukan milik negara, tetapi perusahaan swasta miliki korporasi besar. B.2 Perkembangan Konflik Masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun sudah melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik ini. Di antaranya adalah dengan membentuk kelompok tani yang sah dan terdaftar di inventaris Kabupaten Padang Lawas, nama kelompok mereka adalah Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri Universitas Sumatera Utara KTTJM. Pembentukan kelompok tani ini sebagai upaya masyarakat untuk menjadi kelompok tani legal yang diakui oleh pemerintah Kabupaten Padang Lawas. Masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun juga berkali-kali menyampaikan aspirasi mereka kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten Padang Lawas dan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas. Baik itu dengan cara resmi seperti pertemuan tatap muka langsung dan juga demonstrasi. Pihak pemerintah disisi lain jugatelah melakukan upaya dengan membentuk tim-tim untuk penyelesaian konflik, seperti tim enclave dan verifikasi yang bertujuan untuk melakukan pendataan terhadap tanah yang di klaim masyarakat ataupun pihak PT. Pihak PT dan masyarakat juga sudah sempat melakukan kesepakatan untuk membentuk tim bersama dan tim pengawasan bersama yang terdiri dari masyarakat, pihak PT dan pemerintah kabupaten. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Aksi Demonstrasi Warga Aek Nabara Barumun di Kantor DPRD Kabupaten Padang Lawas Sumber: Dokumentasi Pribadi Ir. Harris Simbolon Anggota DPRD Kabupaten Padang Lawas Selain itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas juga sudah pernah membentuk panitia khusus atau pansus untuk menyelesaikan sengketa lahan tersebut. Hingga akhirnya permasalahan konflik ini sampai kepada tingkat yang lebih tinggi, yaitu ketingkat provinsi bahkan ke pusat. 43 Berdasarkan laporan dari Camat Aek Nabara Barumun sebagaimana yang tercantum dalam notulen rapat dengar pendapat permasalahan PT SRL dan PT SSL dengan masyarakat 22 Desa di Kabupaten Padang Lawas yang digelar pada Masyarakat adat yang menuntut keadilan karena pihak PT terus-menerus melakukan pengerusakan lahan tidak henti menyampaikan aspirasi mereka kepada pihak- pihak terkait, mulai dari tingkat Kabupaten sampai ketingkat provinsi bahkan pusat. 43 Lihat Lampiran Jadwal Kegiatan Pansus Pelepasan Kawasan Hutan Padang Lawas Universitas Sumatera Utara hari Rabu 13 Juni 2012, menyebutkan bahwa terdapat tujuh desa yang terlibat permasalahan sengketa lahan dengan kedua perusahaan tersebut. Bahkan permasalahan konflik sengketa lahan tersebut sudah menimbulkan kepada aksi anarkis atau kontak fisik diantara kedua belah pihak yang terlibat konflik. Kejadian anarkis tersebut terjadi di Desa Siornop. 44 Usaha dari masyarakat dalam memperjuangkan hak mereka sudah membuahkan hasil, setelah melakukan aksi jahit mulut dan mogok makan di kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara maka dike luarkanlah rekomendari dari DPRD Provinsi yang menyatakan bahwa masyarakat adat yang memiliki akte jual beli untuk kembali ketempatnya berusaha dan kemanannya dijamin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. 45 Masyarakat Kecamatan Aek Nabara Barumun Melakukan Demonstrasi dan Aksi Jahit Mulut Kantor DPRD Sumatera Utara Sumber: Diperoleh dari Antara News dan Medan Daily Bisnis Gambar 2.3 44 Lihat Lampiran Notulen Rapat Dengar Pendapat Tentang Permasalahan Sengketa Lahan PT SRL dan PT SSL dengan Masyarakat 22 Desa di Kabupaten Padang Lawas. 45 Lihat Lampiran Surat Rekomendasi DPRD Provinsi Sumatera Utara Tanggal 6 Juli 2012 Universitas Sumatera Utara Namun pasca dikeluarkannya surat rekomendari tersebut, pihak PT masih terus melakukan pengerusakan lahan milik masyarakat. Bahkan konflik ini sudah memicu adanya konflik terbuka secara fisik antara kedua belah pihak, berupa pembakaran rumah milik warga, total sebanyak 26b rumah milik masyarakat. dibakar oleh pihak PT dan total tanaman yang dirusak mencapai ±300 Ha. Bahkan konflik ini sudah menimbulkan korban jiwa. Padahal masyrakat sudah mendapat jaminan dari DPRD Sumatera Utara untuk terus melakukan kegiatan pertanian dilahan tersebut dan keamanannya dijamin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. 46 46 Lihat lampiran Surat Rekomendasi DPRD Sumatera Utara yang ditujukan kepada Kapolda Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Universitas Sumatera Utara BAB III PERAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILANA RAKYAT DAERAH PADANG LAWAS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN ANTARA PT SUMATERA RIANG LESTARI DAN PT SUMATERA SYLVA LESTARI DENGAN MASYARAKAT ADAT KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS

A. Peran DPRD dalam Penyelesaian Sengketa Lahan antara PT SRL