masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang muncul dalam upaya
penyelesaian konflik sengketa pertanahan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Padang Lawas pada konflik sengketa
lahan antara PT Sumatera Riang Lestari SRL dan PT Sumatera Silva Lestari SSL dengan masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kabupaten Padang Lawas.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
Selain itu juga bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah dan menambah cakrawala berpikir mengenai
konflik pertanahan. 2.
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan berpikir dan khasanah ilmu politik khususnya ilmu yang terkait dengan
permasalahan peran legislatif dan juga permasalahan konflik pertanahan. 3.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi lembaga-lembaga terkait
mengenai peran legislatif dalam penyelesaian konflik pertanahan.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teori F.1 Peran dan Fungsi Lembaga Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DPRD adalah sebuah Lembaga Perwakilan Rakyat di daerah yang terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilihan umum Pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. DPRD juga berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintahan Daerah yang
memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPRD berada di setiap daerah Indonesia. Anggota DPRD berjumlah 35-100 orang. Masa jabatan anggota
DPRD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpahjanji. DPRD merupakan mitra kerja
gubernurbupatiwalikota eksekutif. Sejak diberlakukannya UU Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, Gubernur tidak lagi bertanggung jawab kepada
DPRD, karena dipilih langsung oleh rakyat melalui Pilkada. Penyelenggaraan pemerintah di daerah adalah pemerintah daerah dan
bersama dengan DPRD. DPRD bukan merupakan badan legislatif di daerah. Hal ini karena Indonesia adalah negara kesatuan yang monosentris terdiri hanya satu
negara, satu pemerintahan, satu kepala negara dan satu badan legislatif yang berlaku bagi seluruh warga negara yang bersangkutan. Dalam melakukan aktifitas
ke luar maupun ke dalam, diurus oleh satu pemerintahan yang merupakan langkah kesatuan, baik pemerintah pusat maupun daerah.
13
13
Budi Sudjijono dalam “Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan.”Jurnal Hukum No. 4 Vol. 18 Oktober 2011, hal 605-606
Universitas Sumatera Utara
Lembaga perwakilan yang disebut parlemen umumnya mempunyai lima fungsi, yaitu:
1. Fungsi perundang-undangan legislasi, yang dimaksud dengan fungsi
perundang-undangan adalah membentuk undang-undang biasa, seperti: a.
Undang-undang biasa seperti Undang-undang pajak dan peraturan- peraturan daerah
b. Undang-undang tentang anggaran pendapatan belanja
negaradaerah APBND 2.
Fungsi pengawasan oversight adalah fungsi yang dijalankan oleh parlemen untuk mengawasi eksekutif, agar berfungsi menurut undang-
undang yang dibentuk oleh parlemen. Dalam hal ini badan legislatif melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan undang-undang,
pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah dan kebijakan pemerintah.
Untuk melaksanakan fungsi ini parlemen diberi beberapa hal antara lain :
a.
Hak bertanya, anggota legislatif berhak mengajukan pertanyaan tertulis kepada pemerintah mengenai sesuatu hal.
b. Hak interpelasi, hak meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan di suatu bidang. c.
Hak angket, hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu
panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainnya, yang selanjutnya merumuskan
pendapatnya mengenai soal ini, dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah
d. Hak mengajukan memorandum, fungsi badan ini memberikan
persetujuan hubungan diplomasi, selain itu bentuk komunikasi yang berisi saran, arahan dan penerangan kepada badan eksekutif
e. Hak inisiatif, hak untuk mengajukan rancangan undang-undang
f. Hak amandemen, hak untuk mengadakan perubahan undang-
undang g.
Hak Soepena, mengajukan jabatan publik h.
Hak protokoler, hak untuk mendapatkan mobil dinas dan fasilitas lainnya
i. Hak resolusi, hak menyatakan pendapat
j. Hak impeachment, hak untuk menuntut pertanggungjawaban
k. Hak imunitas, hak atas kekebalan hukum
l. Hak mosi, umumnya dipergunakan dalam sistem parlementer,
biasanya pernyataan mosi tidak percaya legislatif kepada pemerintah.
m. Hak mosi dukungan, fungsi pemberian dukungan
3. Hak budgetary, badan ini berwenang mengajukan rancangan anggaran
pendapatan belanja negaradaerah APBND
Universitas Sumatera Utara
4. Hak representative sarana pendidikan politik, rakyat dididik untuk
mengetahui persoalan yang menyangkut kepentingan umum melalui pembahasan dan pembicaraan tentang kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga perwakilan yang dimuat baik dan diulas oleh media massa, rakyat mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan
menilai menurut kemampuan masing-masing sehingga secara tidak langsung mereka dididik menjadi warga negara yang sadar akan hak
dan kewajibannya.
5. Hak institusional, hak untuk mendengarkan pengaduan-pengaduan
masyarakat terhadap parlemen, seperti para demonstran yang ingin menemui anggota dewan perwakilan rakyat daerah DPRD.
14
Sedangkan menurut Undang-undang No 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah DPRD kabupatenkota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah kabupatenkota. Mengenai tugas dan fungsi dewan perwakilan rakyat daerah juga disebutkan dalam beberapa pasal di
antaranya adalah: DPRD kabupatenkota mempunyai fungsi:
a. Legislasi
b. Anggaran
c. Pengawasan.
Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupatenkota.
DPRD kabupatenkota mempunyai tugas dan wewenang:
a. Membentuk peraturan daerah kabupatenkota bersama bupatiwalikota.
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupatenkota yang diajukan oleh bupatiwalikota.
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupatenkota.
14
Toni Andrianus Pito, dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik: dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Penerbit Nuansa, hal 131-133
Universitas Sumatera Utara
d. Mengusulkan pengangkatan danatau pemberhentian bupatiwalikota
danatau wakil bupatiwakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan danatau
pemberhentian.
e. Memilih wakil bupatiwakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan
wakil bupatiwakil walikota. f.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupatenkota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupatenkota. h.
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupatiwalikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota.
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. j.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
15
Terlepas dari kepastianya bertindak sebagai utusan, wali, politik, kesatuan dan penggolongan, tetapi yang paling pokok pada dasarnya adalah adanya kesadaran
tanggungjawab dan komitmen dari setiap sang wakil untuk tetap memperjuangkan dan berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Tanggungjawab tersebut
mengandung tiga macam kewajiban, yaitu: 1.
Kewajiban untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan pegawasan politik dan kebijaksanaan nasional.
2. Kewajiban untuk menjelaskan kepada para warga negara mengenai
kegiatan-kegiatan sendiri dan kegiatan badan perwakilan rakyat. 3.
Kewajiban untuk memberikan bantuan dan nasihat kepada para warga negara.
16
15
Lihat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, pasal 344-351
Universitas Sumatera Utara
F.2 Teori Konflik
Karl Max mempunyai pandangan bahwa masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi, atau properti, yaitu
kelas borjuis dan proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yaitu perusahaan sebagai modal dalam usaha. Kelas proletar
adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain hanyalah menjual tenaganya.
Menurut Marx, masyarakat terintegrasi karena adanya struktur kelas di mana kelas borjuis menggunakan Negara dan hukum untuk mendominasi kelas proletar.
Konflik antarkelas sosial terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi di mana di dalam proses produksi terjadi kegiatan
pengeksploitasian terhadap kelompok proletar oleh kelompok borjuis. Ketimpangan sosial yang terjadi antara kelas proletar dan borjuis tersebut memicu
munculnya gerakan perlawanan dari pihak yang merasa dirugikan, yaitu kelas proletar, yang pada akhirnya akan berujung pada konflik antarkelas sosial.
17
Sementara itu Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar kepemilikan kewenangan authority yaitu kelas yang
memiliki kewenangan dominan dengan kelas yang tidak memiliki kewenangan subjeksi. Menurut teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendorf ini,
16
Juanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah: Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah. Bandung: Alumni, hal 199
17
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, 2010. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal 366
Universitas Sumatera Utara
masyarakat terintegrasi karena adanya kelompok kepentingan dominan yang menguasai masyarakat banyak. Dalam setiap kehidupan bermasyarakat selalu ada
asosiasi seperti Negara, industri, partai, agama, klub-klub dan sebagainya. Dalam setiap asosiasi akan selalu ada dua kelas tersebut, yaitu yang menjadi pihak
dominan dan pihak subjeksi. Dengan demikian, jika dalam kehidupan sosial terdapat 100 asosiasi, pasti akan terdapat 200 kelas sosial. Semakin banyaknya
kelas sosial dalam masyarakat akan semakin rentan terhadap konflik antar kelas. Meskipun tidak ada defenisi tunggal mengenai pengertian konflik,
sebagian besar defenisi melibatkan faktor-faktor seperti setidaknya ada dua kelompok yang berbeda dan masing-masing independen, masing-masing
kelompok tersebut melihat beberapa ketidakcocokan antara mereka sehingga masing-masing kelompok tersebut berinteraksi dalam beberapa cara.
Ketidakcocokan tersebut bisa muncul dari hal-hal seperti adanya pihak yang merasakan bahwa kepentingannya sedang ditentang atau diancam oleh pihak lain
dan proses interaktif yang tercipta justeru terwujud dalam bentuk ketidakcocokan, perselisihan atau disonansi dalam sebuah entitas sosial.
18
1. Sistem sosial terdiri dari unsur-unsur atau kelompok-kelompok yang
saling berhubungan satu sama lain. Jonathan Turner membagi Sembilan tahapan menuju konflik terbuka,
yaitu:
18
Rahim, M.A. 2002. Toward a Theory of Managing Original Conflict. The International Journal of Conflict Management, hal 16
Universitas Sumatera Utara
2. Di dalam unit-unit atau kelompok-kelompok itu terdapat
ketidakseimbangan pembagian kekuasaan atau sumber-sumber
penghasilan. 3.
Unit-unit atau kelompok-kelompok yang tidak berkuasa atau tidak mendapat bagian dari sumber-sumber penghasilan mulai mempertanyakan
legitimasi sistem tersebut. 4.
Pertanyaan atas legitimasi itu membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka harus mengubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber-sumber
penghasilan itu demi kepentingan mereka. 5.
Kesadaran itu menyebabkan mereka secara emosional terpancing untuk marah.
6. Kemarahan itu sering kali meledak begitu saja atas cara yang tidak
terorganisasi. 7.
Keadaan yang demikian menyebabkan mereka semakin tegang. 8.
Ketegangan yang semakin hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna melawan kelompok yang berkuasa.
9. Akhirnya konflik terbuka bisa terjadi antara kelompok yang berkuasa dan
tidak berkuasa. Tingkatan kekerasan dalam konflik sangat bergantung kepada kemampuan masing-masing pihak untuk mendefenisikan kembali
kepentingan mereka secara objektif atau kemampuan masing-masing pihak untuk menanggapi, mengatur, dan mengontrol konflik itu.
19
19
Ibid, hal 370-371
Universitas Sumatera Utara
Dalam kesembilan tahapan tersebut, Turner merumuskan kembali proses terjadinya konflik dalam sebuah sistem sosial atau masyarakat. Pada akhirnya,
konflik yang terbuka antara kelompok-kelompok yang bertikai sangat bergantung kepada kemampuan masing-masing pihak untuk mendefenisikan kepentingan
mereka secara objektif dan untuk menangani, mengatur dan mengontrol kelompok itu.
F.3 Pengaturan Konflik
Antara kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya sehingga dalam setiap kehidupan sosial akan
tercipta pola-pola “hukum kekekalan konflik”. Artinya konflik tidak dapat diciptakan dalam kehidupan sosial dan juga tidak dapat dimusnahkan. Asumsi ini
dilandasi oleh kenyataan bahwa konflik merupakan gejala yang serba hadir dan melekat dalam setiap kehidupan sosial sehingga melenyapkan konflik berarti
melenyapkan kehidupan sosial itu sendiri.
20
Konflik sosial tidak dapat dimusnahkan melainkan dapat diatur conflict configuration, sehingga setiap konflik tidak berlangsung dalam bentuk
kekerasan. Dalam mekanisme ini, Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik itu sendiri. Intensitas
diartikan sebagai tingkat keterlibatan kontestan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan pikiran. Adapun kekerasan violence diartikan sebagai
sarana yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik kontestan konflik
20
Op.cit hal 385
Universitas Sumatera Utara
dalam memperjuangkan kepentingannya. Berangkat dari asumsi ini, maka dapat dikatakan bahwa konflik tidak dapat diselesaikan, artinya konflik akan menjadi
pertentangan antara tesis dan antithesis yang akan menghasilkan sintesis. Namun pada gilirannya, sintesis ini akan menjadi tesis kembali yang menghadapi antitesis
sehingga melalui mekanisme pengaturan konflik yang berupa konsoliasi akan muncul sintesis baru, begitu seterusnya.
21
Sementara itu menurut Rahim Meta ada yang disebut dengan resolusi konflik yang melibatkan perjuangan, penghapusan atau penghentian segala bentuk
dan jenis konflik. Ketika orang berbicara tentang resolusi konflik mereka cenderung menggunakan istilah-istilah seperti negosiasi, tawar-menawar, mediasi
dan arbitrase.
22
Konsoliasi adalah pengaturan konflik melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan proses pengambilan keputusan di
antara pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan tentang persoalan –persoalan yang dipertentangkan. Pengaturan konflik konsoliasi akan berjalan efektif jika
memenuhi empat faktor, yaitu:
23
1. Lembaga-lembaga tersebut harus bersifat otonom yang berkewenangan
membuat keputusan tanpa campur tangan dari pihak luar. Tidak boleh ada intervensi dari pihak manapun dalam memengaruhi keputusan peradilan.
21
Ibid, hal 386
22
Rahim, M.A. 2002, Op.cit hal 206
23
Ralf Dahrendorf. 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri: Sebuah Analisis Kritik. Jakarta: Rajawali Press. Hal, 228
Universitas Sumatera Utara
2. Kedudukan lembaga tersebut harus bersifat monopolistik, artinya lembaga
itulah yang berfungsi mengatur konflik. 3.
Peranan lembaga-lembaga tersebut harus memiliki kekuatan mengikat, sehingga pihak-pihak yang sedang bersengketa merasa terikat kepada
keputusan lembaga tersebut. 4.
Lembaga tersebut harus bersifat demokratis, artinya aspirasi dari pihak- pihak yang bertikai harus didengarkan dan diberikan kesempatan yang
sama untuk menyatakan pendapatnya. Pengaturan konflik akan efektif jika memenuhi tiga hal, yaitu:
24
1. Kedua belah pihak menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka
dan menyadari pula perlunya melaksanakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran antar pihak yang bertikai.
2. Yang terlibat konflik adalah organisasi kelompok kepentingan, artinya
konflik sosial tersebut terorganisasi secara jelas, maka pengaturannya akan efektif, dan jika konflik sosial tersebut tak terorganisasi maka
pengaturannya tidak akan efektif. 3.
Adanya suatu aturan permainan rule of the game yang disepakati dan ditaati bersama, sebab aturan permainan itu akan menjamim kelangsungan
hidup kelompok-kelompok yang berkonflik.
G. Metode Penelitian