berharap tidak ada lagi tumpang tindih dalam masalah perizinan pengelolaan hutan Kawasan Industri di Padang Lawas.
6. Terus menekan pemerintah, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi
sampai dengan pusat untuk segera menyelesaikan kasus konflik tersebut. DPRD melalui kunjungan dan rapat-rapat kerja ke berbagai
instansi pemerintah selalu menyampaikan perihal penyelesaian kasus sengketa lahan tersebut. DPRD Padang Lawas menekan pihak
pemerintah agar segera menyelesaikan perbedaan atau tumpang tindih perizinan penggunaan atau pemaanfaatan kawasan hutan tanaman
industry di daerah Kabupaten Padang Lawas, agar permasalahan bisa diselesaikan dan tidak aka nada kasus serupa yang muncul dikemudian
hari.
B. Kendala DPRD Padang Lawas dalam Penyelesaian Sengketa Lahan
antara PT SRL dan PT SSL dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun.
Berdasarkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, pada BAB II Bagian Kedua Pasal 3 menyebutkan bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga
pemerintahan daerah.
70
70
Lihat Peraturan DPRD Kabupaten Padang Lawas Nomor 17 Tahun 2010 hal 4
Dalam hal ini berarti bahwa DPRD merupakan unsur
Universitas Sumatera Utara
lembaga Pemerintah Daerah yang memiliki tanggungjawab yang sama dengan Pemerintah Daerah dalam membentuk Peraturan Daerah untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat. Kedudukan DPRD Kabupaten tidak sama dengan kedudukan DPR di pusat, walaupun sama-sama dipilih langsung oleh rakyat,
tetapi kedua lembaga ini memiliki kedudukan yang berbeda. DPRD merupakan bagian dari sebuah pemerintahan daerah, sementara menurut Tata Tertib DPR RI
pada BAB II Bagian Susunan dan Kedudukan, Fungsi serta Tugas dan Wewenang, di bagian Kesatu pasal 3 menyebutkan bahwa DPR merupakan
lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
71
71
DPR RI. Tata Tertib DPR Republik Indonesia.
Tiga fungsi yang dimiliki oleh dewan perwakilan, yaitu fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan memiliki kedudukan yang berbeda antara pusat dan
daerah. DPR merupakan perwujudan kekuasaan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang, dalam hal ini DPR tidak bisa diintervensi oleh
lembaga eksekutif. Beda halnya dengan DPRD yang membentuk Peraturan Daerah bersama Kepala Eksekutif gubernurbupati.
. Arti penting dari badan perwakilan adalah menjadi atribut demokratisasi penyelenggaraaan pemerintahan daerah. Atas dasar prinsip normatif demikian
dalam praktik kehidupan demokrasi sebagai DPRD memiliki posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat. Hal ini didasarkan pada suatu
pandangan bahwa DPRD yang dapat mewakili rakyat dan memiliki kompetensi untuk memenuhi kehendak rakyat.
www.dpr.go.ididtentang-dprtata-tertibbab-2 diakses pada
Rabu 1 Juli 2014, pukul 10.33
Universitas Sumatera Utara
Perwujudan dari fungsi DPRD, seperti hak anggaran, hak mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan, hak prakarsa, hak penyelidikan menjadi
modal besar dalam menghadapi kekuasaan pemerintah daerah. Dalam tatanan tersebut kekuasaaan DPRD menjadi lemah dibandingkan kekuasaan pemerintah
daerah. Kekuasaan DPRD dan kekuasaan pemerintah daerah terjadi ketidak seimbangan antar kekuasaan.
72
Sedangkan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, DPRD
merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan berkedudukan sebagai unsure penyelenggaraan pemerintahan daerah.
73
“…kita ini DPRD berbeda dengan DPR, tidak bisa kita asal mengeluarkan Perda seperti DPR mengeluarkan Undang-undang. Kita tidak punya
wewenang seperti itu. DPRD hanya bisa merumuskan Perda bersama dengan Bupati, tidak bisa membentuknya sendiri. Itulah yang menjadi
kendala kita selama ini di DPRD, mau apa-apa harus konsultasi dulu, rapat dengan muspida, panjang urusannya, sementara masyarakat sudah sangat
butuh untuk diurus langsung…” Perbedaan kedudukan DPRD merupakan kendala terbesar dari DPRD Padang
Lawas dalam upaya penyelesaian sengketa lahan di Kecamatan Aek Nabara Barumun. DPRD Padang Lawas tidak bisa melakukan tindakan indipenden yang
berbeda dari eksekutif, karena DPRD Padang Lawas sendiri juga merupakan bagian dari Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas itu sendiri.
Dalam wawancara peneliti dengan narasumber bapak H. M Yunan Pulungan mengatakan bahwa:
74
72
Siswanto Sunarno. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, hal 65
73
Jimly Assidiqie. 2007. Pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, hal 193
74
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juni 2014 di Rumah Bapak H. M Yunan Pulungan di Sibuhuan Pukul 19.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan yang disebutkan oleh Bapak H. M Yunan Pulungan tersebut, Bapak Ir. Harris Simbolon juga mengatakan bahwa kedudukan DPRD
yang berada dalam lembaga pemerintahan dan tidak bisa meghasilkan produk Undang-undang sendiri juga merupakan faktor lambannya kinerja DPRD dalam
menyelesaikan konflik di Kecamatan Aek Nabara Barumun. Dalam wawancara peneliti dengan narasumber Ir. Harris Simbolon
mengatakan bahwa: “…bagaimana mau cepat, lah kalau kita mau mengurus apa-apa juga harus
melalui persetujuan bupati. Yang kita bisa ke luarkan hanya rekomendasi- rekomendasi saja yang bisa dituruti bisa tidak, bahkan lebih sering
diingkari. Karena memang tidak punya kekuatan hukum apa-apa. Coba kalau kita bisa bergerak sendiri, indipenden seperti DPR di pusat, masalah
ini pasti bisa cepat selesai. Karena kita di DPRD sudah punya pembagian tugas masing-masing, kami di Komisi B memang concern dengan masalah
perkebunan ini. Dan teman-teman Komisi A concern dibagian Hukum atau litigasinya. Kan bisa gampang kalau begitu…”
75
“…DPRD di Kabupaten maupun Provinsi sama saja, hanya menjadi sebuah lembaga pemerintah yang bisa dibilang tidak punya produk pribadi
kecuali bekerja sama dengan eksekutif. Disitulah paradox parlemen kita di daerah. Dalam kasus Konflik Kecamatan Aek Nabara Barumun dengan
SRL dan SSL, DPRD juga tidak bisa banyak berbuat apa-apa secara litigasi, karena memang tidak mempunyai wewenang. Yang kita bisa
lakukan hanya mengadu sana-sini dan terus mendesak Pemerintah, baik kabupaten, provinsi bahkan sampai ke pusat agar serius menangani
masalah tersebut…” Menambahkan pernyataan dari kedua anggota DPRD dari Komisi B
tersebut, Bapak Erwin Pane juga mempunyai pendapat yang sama mengenai kedudukan DPRD tersebut. Dalam wawancara peneliti dengan narasumber Bapak
Erwin Pane mengatakan bahwa :
76
75
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juni 2014 di Kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.00 WIB
76
Ibid, pukul 10.20
Universitas Sumatera Utara
Bukan hanya DPRD Padang Lawas yang berpendapat bahwa kedudukan DPRD tersebut berbeda dengan kedudukan DPR di tingkat pusat. Bapak Sofyan
Daulay dalam wawancaranya dengan peneliti yang menanyakan mengenai peran DPRD Padang Lawas dalam menyelesaikan konflik didaerah mereka juga
mengatakan bahwa : “…ya kita masyarakat juga tahu sampai mana batas kewenangan DPRD
Palas. Mereka juga sama seperti masyarakat, tidak bisa juga berbuat banyak. Kita pun tahu itu kok, dan mau bagaimana lagi memang sudah
peraturannya begitu kan…”
77
“…DPRD juga sudah banyak berbuat, tetapi setahu saya memang lagi-lagi tidak punya kekuasaan untuk mengusir SRL dan SSL dari bumi Padang
Lawas ini, ya sebatas rekomendasi dan surat-surat sajalah yang bisa mereka ke luarkan, mendesak pemerintah, apalagi?...”
Menambahi pernyataan dari Bapak Sofyan Daulay, Bapak Gusnar
Hasibuan juga mengatakan bahwa:
78
Selain karena permasalahan kedudukan DPRD di atas, kendala lain yang harus dihadapi DPRD Padang Lawas Tingkatan Peraturan Perundangan. Peraturan
Daerah yang merupakan produk DPRD bersama Pemerintah Kabupaten Padang Lawas lebih tinggi kedudukan hukumnya dibandingkan dengan Surat Keputusan
Menteri SK Menteri, sehingga apabila ada Peraturan Daerah yang tidak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri tersebut, maka Peraturan Daerah tersebut tidak
bisa diputuskan. Karena hukum di Indonesia menganut asas “lex superiori derogate lex
inferiori” yang artinya peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan peraturan dibawahnya. Hierarki peraturan Peraturan
77
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014 di Kantor Camat Aek Nabara Barumun pukul 10.20 WIB
78
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014 di Rumah Bapak Gusnar Hasibuan
Universitas Sumatera Utara
Perundangan menurut UU No 12 Tahun 2011, Surat Keputusan Menteri yang dikategorikan kepada Keputusan Pemerintah lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan Peraturan Daerah Kabupaten Kota. Dibawah ini adalah hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No 12 Tahun 2011 :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-undangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-undangPERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten
79
Menurut Bapak Ir. Harris Simbolon, apabila Menteri Kehutanan mencabut SK 44 yang dikeluarkan tersebut dan kembali menyusun peta kehutanan melalui
survei langsung ke daerah, maka permasalahan ini bisa diselesaikan dengan mudah. Dalam wawancara dengan peneliti narasumber Bapak Ir. Harris Simbolon
mengatakan bahwa: “…bagaimana Rancangan Peraturan Daerah Tentang Tata Ruang yang sudah
lama rampung tersebut bisa disahkan kalau masih terganjal oleh SK Menteri Kehutanan No 44 itu? Kedudukan SK menteri kan lebih tinggi daripada Perda,
jadi kita di DPRD dan bahkan pemerintah Kabupaten tidak bisa berbuat apa- apa. Ya kita memang terus mendesak Menteri Kehutanan supaya itu dicabut,
tapi kan sampai sekarang belum juga dicabut. Perda kita mangkrak lah. Padahal Perda itu disusun berdasarkan kajian dan survei langsung ke daerah
dan dilakukan dengan sangat teliti. Sementara SK menteri no 44 itu dike luarkan tanpa ada kerja sama dengan pihak pemerintah di daerah, tidak ada
sosialisasi kepada masyarakat, bahkan ada indikasi menteri kehutanan asal saja membuat peta kehutanan itu, bagaimana tidak? Menurut SK Nomor 44
itu, ibu kota Kecamatan Aek Nabara Barumun, yaitu Pasar Aek Nabara itu juga termasuk kawasan hutan Kan tidak masuk akal sekali, tapi begitulah
kenyataannya…”
80
79
Lihat Undang-undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
80
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juni 2014 di Kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Bapak H. M Yunan Pulungan juga mengatakan bahwa usaha litigasi yang diupayakan oleh DPRD Padang Lawas akan sia-sia saja kalau SK Menteri No 44
tersebut tidak dicabut. Dalam wawancaranya dengan peneliti Bapak H. M Yunan Pulungan mengatakan bahwa :
“…susah payah pun kita buat perda itu, tapi percuma saja kalau SK 44 masih diberlakukan. Padahal biaya yang dike luarkan untuk membuat Perda itu juga
tidak sedikit dan waktunya juga tidak sebentar. Sejak anggota DPRD Padang Lawas periode 2010-2014 dilantik, Perda ini sudah kita kerjakan, tapi sampai
sekarang sudah mau habis masa jabatan, Perda itu masih belum juga bisa disahkan, ya karena terganjal SK 44 itu tadi. Kalau Cuma rekomendasi saja
seperti selama ini percuma, tetap dilanggar oleh perusahaan…”
81
Selain permasalahan kewenangan dan Tingkatan Perundangan, kendala yang juga harus dihadapi oleh DPRD Padang Lawas adalah permasalahan minimnya
Sumber Daya Manusia yang kompeten dibidangnya dan mengerti betul mengenai permasalahan sengketa lahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas SDM anggota
Akibat dari tidak adanya keputusan yang bersifat mengikat oleh DPRD Padang Lawas, kebanyakan dari rekomendasi-rekomendasi yang dike luarkan oleh
DPRD berakhir dengan pengingkaran persetujuan. Pihak-pihak yang telah menandatangani rekomendasi yang ditawarkan oleh DPRD Padang Lawas dengan
mudahnya mengingkari apa yang sudah disetujui bersama, akibatnya selama bertahun-tahun konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik. Tidak adanya sanksi
atau hukuman yang mengikat pihak-pihak yang bersengketa apabila mengingkari persetujuan. Sehingga pihak-pihak tersebut merasa tidak ada beban saat
mengingkari persetujuan tersebut.
81
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juni 2014 di rumah Bapak H.M Yunan Pulungan pukul 19.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
DPRD Padang Lawas belum bisa dikatakan baik, dari seluruh anggota DPRD hanya 17 orang saja yang menamatkan pendidikan strata satu dan hanya satu
orang yang menamatkan pendidikan strata dua. Sisanya merupakan tamatan Sekolah Mengengah Atas.
82
“…sumber daya manusia di DPRD juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi kinerja dari DPRD Padang Lawas, bukan hanya dalam
permasalahan penyelesaian konflik ini saja, tetapi juga dalam semua hal yang menyangkut kinerja DPRD. SDM kita belum bisa dibilang mumpuni dan baik.
Sebagian besar anggota DPRD kita tidak menguasai problem solving penyelesaian masalah sehingga memperlambat DPRD dalam memutuskan
langkah-langkah apa saja yang harus diambil…” Jadi kualitas SDM DPRD Kabupaten Padang Lawas
masih bisa dibilang belum baik. Dalam wawancara peneliti dengan narasumber Bapak Erwin Pane
menyebutkan bahwa:
83
“…DPRD itu kan collective collegia atau kepemimpinan kolektif, sehingga permasalahan apapun harus berdasarkan keputusan bersama
seluruh unsur anggota dan pimpinan DPRD. Sementara SDM DPRD Padang Lawas itu tidak semua mengerti mengenai permasalahan konflik.
Akibat dari ketidakmengertian itulah yang sering sekali menjadikan lambannya proses pengambilan keputusan di DPRD. Atau kadang
keputusan yang diambil tidak sempurna, karena ada anggota DPRD yang tidak mengetahui duduk perkara, tetapi pendapatnya harus tetap didengar,
karena yang bersangkutan memiliki hak. Jadilah kadang-kadang keputusan yang diambil tidak begitu bagus. Kita tidak bisa pungkiri, permasalahan
SDM ini memang sangat memberatkan kita di DPRD…” Sejalan dengan apa yang disebutkan oleh Bapak Erwin Pane, Bapak Ir.
Harris Simbolon dalam wawancaranya dengan peneliti mengatakan bahwa:
84
82
Lihat Lampiran Bagan Organisasi DPRD Kabupaten Padang Lawas
83
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni 2014 di Kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.00 WIB
84
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni 2014 di kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.20 WIB
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu Bapak H.M Yunan Pulungan dalam wawancaranya dengan penulis mengatakan bahwa :
“…SDM memang masih rendah, harus diakui banyak teman-teman yang tidak begitu mengerti mengenai duduk perkara. Itu sangat memperlambat
kinerja kita di DPRD…”
85
“…bukan hanya di DPRD saja, SDM Pemerintahan kita juga masih sangat jauh dari bisa dibilang baik. Mereka tidak mengerti konsep permasalahan
yang sedang dihadapi, tapi mau bagaimana lagi, itulah kenyataan dilapangan
yang harus dihadapi…” Permasalahan SDM ini bukan hanya berasal dari DPRD Padang Lawas
semata. Banyak pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penyelesaian konflik ini juga tidak kompeten dalam bidangnya. Hal ini disampaikan oleh ketiga anggota
DPRD yang menjadi narasumber peneliti. Menurut ketiga anggota DPRD tersebut, banyaknya orang-orang yang tidak kompeten dikalangan Pemerintah
Padang Lawas juga merupakan kendala yang menyulitkan DPRD dalam upaya penyelesaian sengketa lahan. Sama dengan permsalahan SDM di jajaran DPRD,
permasalahan SDM di Pemerintah daerah juga karena ketidakmengertian pihak- pihak tersebut terhadap permasalahan sehingga keputusan yang dihasilkan juga
tidak maksimal. Dalam wawancaranya dengan peneliti Bapak Erwin Pane mengatakan
bahwa:
86
85
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni 2014 di Rumah Bapak H.M Yunan Pulungan di Sibuhuan pukul 19.00 WIB
86
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni 2014 di Kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Bapak Ir. Harris Simbolon dalam wawancaranya dengan peneliti juga mengatakan bahwa :
“…dari pemerintahan sendiri juga banyak yang tidak kompeten dibidangnya. Sehingga tidak mengerti apa-apa mengenai konflik lahan.
Tapi karena DPRD di tingkat kabupaten merupakan bagian dari pemerintahan, jadi mau tidak mau kita juga harus bekerja sama dengan
mereka untuk menyelesaikan permasalahan sengketa lahan tersebut. Walaupun kadang-kadang kita geram juga, karena lambannya Pemerintah
dalam merespon apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Tugas kita DPRD lah yang terus menerus mendesak pemerintah supaya tanggap
dalam merespon permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita…”
87
“…bukan Cuma DPRD saja yang SDMnya masih rendah, Pemerintah Daerahnya juga masih rendah SDMnya. Ini sering sekali menyulitkan
DPRD ketika harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, memang ada SDMnya yang sudah mumpuni, tapi kebanyakan masih belum…”
Sementara Bapak H.M Yunan dalam wawancaranya dengan peneliti juga mengatakan bahwa :
88
1. Kewenangan yang dimiliki oleh DPRD di tingkat Kabupaten terbatas,
hanya bisa memberikan rekomendasi ataupun solusi-solusi damai. DPRD Padang Lawas tidak mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan suatu
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ketiga narasumber maka peneliti menyimpulkan bahwa yang menjadi kendala DPRD
Padang Lawas dalam menyelesaikan sengketa lahan yang terjadi di Kecamatan Aek Nabara Barumun adalah :
87
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni 2014 di Kantor DPRD Padang Lawas pukul 10.20 WIB
88
Wawancara dilakukan tanggal 28 Juni di rumah Bapak H.M Yunan Pulungan pukul 19.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
keputusan karena merupakan bagian dari lembaga Pemerintahan di Kabupaten.
2. Perturan Daerah yang sudah dirumuskan oleh DPRD Padang Lawas
bersama dengan Pemerintah Daerah Padang Lawas terkendala oleh SK Menteri No 44 yang kedudukan hukumnya lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah Mengenai Rancangan Tata ruang Kabupaten Padang Lawas yang ditujukan untuk bisa menyelesaikan
seluruh perbedaan penerbitan perizina penggunaan kawasan Hutan di Padang Lawas sampai sekarang masih belum bisa disahkan oleh DPRD
dan Bupati Padang Lawas karena terhalang SK menteri tersebut. 3.
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh beberapa anggota DPRD Padang Lawas memperlambat kinerja DPRD Padang
Lawas dalam mengupayakan penyelesaian sengketa lahan. SDM yang rendah juga mengakibatkan rendahnya kualitas anggota DPRD Padang
Lawas dalam membuat problem solving penyelesaian masalah 4.
Tidak kompetennya pihak-pihak terkait yang ikut bekerja sama dengan DPRD dalam menyelesaikan sengketa lahan juga meerupakan kendala
yang dihadapi oleh DPRD. Pihak-pihak tersebut termasuk Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Lawas. Ketidakkompetenan mitra kerja DPRD
ini memperlambat proses penyusunan kebijakan yang melibatkan DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam menyelesaikan
sengketa lahan yang terjadi di Kecamatan Aek Nabara Barumun.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan