30 spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 324,7 nm Gandjar dan
Rohman, 2007.
3.4.3.5 Perhitungan Kadar Logam
Konsentrasi logam ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier dari  kurva  kalibrasi  y  =  ax  +  b.  Kadar  logam  dalam  sampel  ditentukan
menggunakan rumus: Kadar logam µgml dalam sampel =
x V x F Vs
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel µgml V = Volume larutan dalam sampel
Fp = Faktor pengenceran Vs = Volume sampel ml
3.4.4 Uji Statistik
Kadar  besi  dan  tembaga  yang  diperoleh  dari  hasil  pengukuran  masing- masing  larutan  sampel  dianalisis  dengan  metode  standar  deviasi.  Menurut
Sudjana  2005  perhitungan  standar  deviasi  dapat  dihitung  dengan  rumus
sebagai berikut:
SD =
 
1 -
n X
- Xi
2
Keterangan : Xi
= Kadar sampel
X = Kadar rata-rata sampel
n = Jumlah perlakuan
Universitas Sumatera Utara
31 Untuk  mengetahui  diterima  atau  tidaknya  data  penelitian,  maka  data  yang  di
peroleh di analisis secara statistik dengan uji distribusi t. Untuk mencari t hitung digunakan rumus:
t
hitung
= n
SD X
Xi 
dan  untuk  menentukan  kadar  logam  di  dalam  sampel  dengan  interval kepercayaan 95,
α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar Logam: µ =
X
±  tα2, dk x SD  √n Keterangan:
X = Kadar rata-rata sampel
SD   = Standar Deviasi dk   = Derajat kebebasan dk = n-1
α = Interval kepercayaan
n = Jumlah perlakuan
3.4.5 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas  deteksi  didefinisikan  sebagai  konsentrasi  analit  terendah  dalam sampel  yang  masih  dapat  dideteksi,  meskipun  tidak  selalu  dapat  dikuantifikasi.
Batas kuantitasi didefinisikan  sebagai konsentrasi analit terendah dalam  sampel yang  dapat  ditentukan  dengan  presisi  dan  akurasi  yang  dapat  diterima  pada
kondisi operasional metode yang digunakan Gandjar dan Rohman, 2007.
Menurut  Harmita  2004,  batas  deteksi  dan  batas  kuantitasi  ini  dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku SYX =
 
2
2
 
n Yi
Y
Universitas Sumatera Utara
32 Batas deteksi LOD      =
S sl e
Batas kuantitasi LOQ    = S
sl e
3.4.6 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali  Recovery
Menurut  Harmita  2004,  uji  perolehan  kembali  recovery  dilakukan dengan  metode  penambahan  larutan  standar  standar    additional  method.
Larutan  baku yang  ditambahkan  yaitu 10  mL  larutan  baku besi konsentrasi 10 µgmL dan 0,1 mL larutan baku tembaga konsentrasi 10 µ gmL.
Untuk  uji  perolehan  kembali  logam  besi,  sebanyak  20  mL  limbah  cair sawit  dimasukan  kedalam  erlenmeyer  100  mL  kemudian  ditambahkan  10  mL
larutan  baku  besi  konsentrasi  10  µgmL.    Sedangkan  untuk  uji  perolehan kembali logam tembaga, sebanyak 20 mL limbah cair sawit dimasukan kedalam
erlenmeyer  100  mL  kemudian  ditambahkan  0,1  mL  larutan  baku  tembaga konsentrasi 10 µ gmL.
Kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti  yang telah dilakukan  sebelumnya.  Proses  pengukuran  uji  perolehan  kembali  dilakukan
sama dengan prosedur perhitungan kadar logam. Kadar baku yang ditambahkan ke dalam sampel C
A
dapat dihitung dengan persamaan:
C ∗
A
= KLB x VLB
VS
Keterangan: C
A
= Kadar baku yang ditambahkan ke dalam sampel µgmL KLB
= Konsentrasi larutan baku µgmL VLB
= Volume larutan baku yang ditambahkan mL
Universitas Sumatera Utara
33 VS
= Volume sampel mL Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini: Persen perolehan kembali =
C
F
− C
A
C∗
A
x 100
Keterangan: C
F
= kadar analit dalam sampel setelah penambahan bahan baku µgmL C
A
=  kadar  analit  dalam  sampel  sebelum  penambahan  bahan  baku µgmL
C
A
= kadar analit yang ditambahkan kedalam sampel µgmL
3.4.7 Uji Presisi